Kompas TV regional gaya hidup

Cara Mengajarkan Anak Berkomunikasi dengan Orang Lain

Kompas.tv - 7 Maret 2023, 14:00 WIB
cara-mengajarkan-anak-berkomunikasi-dengan-orang-lain
Komunikasi yang baik akan membuat anak lebih mampu berempati dan beradaptasi. (Sumber: Freepik/pressfoto)
Penulis : Ristiana D Putri | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Komunikasi adalah hal esensial yang harus dimiliki manusia. Dengan komunikasi, kita bisa terkoneksi dengan orang lain. Selain itu, kita juga jadi lebih mudah menyampaikan maksud yang ada di pikiran.

Kemampuan ini perlu diajarkan sejak dini. Pasalnya, jika tak dimulai sejak dini, anak akan jadi pribadi yang pasif. Mereka pun jadi kurang percaya diri dan enggan berbaur dengan orang lain sehingga berdampak pada kehidupan sosialnya.

Seperti tokoh Diandra dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua episode “Cerita Tugas Piket Diandra” dengan tautan akses dik.si/DopingPiket. Ia pun mengalami kendala komunikasi dengan teman-teman kelasnya sehingga tugas piketnya pun terbengkalai.

Manfaat Mengajarkan Komunikasi pada Anak Sejak Dini

Mengutip Learn At Corner Stone, komunikasi yang efektif berdampak pada proses pembelajaran dan pertukaran informasi yang anak teruma. Seorang anak yang mampu mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan idenya dengan jelas di depan orang lain lebih mungkin berprestasi lebih baik di sekolah daripada siswa yang enggan berkomunikasi.

Baca Juga: Pentingnya Membangun Mental Pantang Menyerah

Anak-anak dengan keterampilan komunikasi yang kuat juga akan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Ini terjadi karena mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. Mereka pun lebih siap untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan perasaan secara lebih efektif.

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak

Sama seperti yang lainnya, keterampilan komunikasi anak juga dapat ditingkatkan dengan latihan dan bantuan orangtua. Mengutip PBS Kids, berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi anak.

Buka ruang diskusi sesering mungkin

Sebagai orang tua, penting mendorong anak untuk memulai atau bergabung dalam obrolan atau diskusi sebanyak mungkin. Dari situ, mereka akan belajar bagaimana cara bersosialisasi dengan melatih keterampilan percakapan.

Orangtua bisa mulai dengan percakapan biasa, misalnya melakukan saat makan bersama atau selama perjalanan. Tanyakan bagaimana perasaan atau cerita menarik yang mereka alami hari ini. Kemudian, tanggapi jawabannya dengan asertif agar percakapan terus mengalir.

Melalui hal tersebut, anak pun jadi mendapat perspektif lain dari orangtua. Mereka juga jadi tak takut untuk mengungkapkan hal yang mengganggu. Pasalnya, ini merupakan salah satu kendala bagi anak yang sering dirundung, yaitu enggan berkomunikasi karena takut dimarahi.

Gunakan metode tiga L

Sulit bagi anak-anak untuk fokus ketika mereka sedang bercerita. Biasanya, anak menjadi terlalu antusias sehingga topik pembicaraan pun jadi melebar ke mana-mana. Namun, hal ini bisa diperbaiki dengan metode tiga L (Look, Listen, dan Learn).

Saat mereka mulai meracau, ajaklah anak untuk melihat (look) menatap mata kita untuk menunjukkan bahwa mereka siap mendengarkan. Jika kontak mata terlalu sulit, anak bisa melihat pangkal hidung atau bagian tengah dahi.

Kedua, yaitu mendengarkan (listen). Saat mereka sudah fokus, ajarkan anak untuk mendengarkan saat lawan bicaranya sedang bersuara. Namun, jika ada hal yang tak ia pahami, dorong sang anak untuk bertanya.

Baca Juga: Manfaat Fabel bagi Perkembangan Karakter Anak

Ketiga adalah belajar (learn), yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Orangtua bisa mengajarkan anak untuk mencari informasi baru dengan bertanya. Beri tahu mana saja informasi yang dapat mereka tanyakan dan tidak.

Ganti “Saya tidak tahu” dengan “Saya pikir”

Ketika anak kecil merasa lelah, mereka akan sering berkata “Saya tidak tahu” atau “Terserah” untuk menghindari pembicaraan. Hal ini biasanya dimiliki oleh anak-anak pemalu yang takut melakukan kesalahan.

Untuk mengubahnya, ajarkan untuk mulai merespons dengan “Saya pikir” saat menjawab. Dengan respons ini, anak tidak perlu merasa terbebani dengan kesalahan karena mereka berbicara untuk berbagi pikirannya.

Lantas, bagaimana dengan nasib Diandra? Apakah ia berhasil mengganti hari piketnya setelah menghilang selama tiga hari?

Dengarkan kisah lengkapnya dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua episode “Cerita Tugas Piket Diandra” dengan tautan akses dik.si/DopingPiket

Akses juga playlist-nya di YouTube Medio by KG Media untuk mengetahui dongeng-dongeng lainnya yang tak kalah seru!

Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x