Kompas TV regional update

Angkat Putra Mahkota, Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Solo Sebut Raja dan Istri Langgar Aturan

Kompas.tv - 26 Desember 2022, 13:44 WIB
angkat-putra-mahkota-ketua-lembaga-dewan-adat-keraton-solo-sebut-raja-dan-istri-langgar-aturan
Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng menerangkan peristiwa geger Keraton Solo di Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Senin (26/12/2022). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Iman Firdaus

SURAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng mengungkapkan menyebut penentuan atau pengangkatan putra mahkota Keraton Surakarta oleh Pakubuwono (PB) XIII melanggar adat.

"Kalau saya kemarin, waktu dia (pihak PB XIII) menyampaikan ada putra mahkota, ini apalagi, Sinuwun (PB XIII) ini kan sudah melanggar adat, dengan menutup Keraton itu sudah melanggar adat, apalagi dia berbuat semaunya sendiri, ngangkat istrinya katanya, ngangkat anaknya, itu melanggar adat semua," kata Gusti Moeng di Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, Senin (26/12/2022).

Gusti Moeng menjabarkan, Keadaan PB XIII yang saat ini sedang sakit, kata dia, dimanfaatkan oleh oknum-oknum dari luar Keraton Solo atau Surakarta yang tidak mengetahui adat-istiadat Kasunanan Surakarta.

"Taunya katanya itu perintah Sinuwun (PB XIII). Loh Sinuwun itu kan sebagai ketua kami, jangan begitu dong, ini juga sebagai sedulur tua kami, harusnya kan melindungi semua," jelas Gusti Moeng.

Ia mengatakan, PB XIII yang semestinya menjalankan roda adat Keraton Surakarta bagi seluruh warga, justru dipaska menjadi satu keluarga sendiri.

"Memang sebetulnya beliau ini sebagai 'toh' (simbol -red) bagi sentono semuanya, mengayuh sebagai seluruh warga Keraton Surakarta, tapi dipaksa Sinuwun (PB XIII) itu menjadi satu keluarga sendiri dengan istri dan anaknya, ini yang jadi rusak," ujarnya.

Baca Juga: Geger Keraton Solo, Gusti Moeng: Semua Ini Dipicu dari Kesepakatan yang Dilanggar

Gusti Moeng menilai, turunnya kesehatan PB XIII itu membuat sang istri merasa berhak menjalanan wewenang raja, sehingga hal itu menimbulkan konflik Keraton Surakarta.

"Terus merasa si istri ini karena Sinuwun (PB XIII) sakit, dia yang menjalankan dan memerintah-memerintahkan yang sama sekali dia tidak tahu adat, tidak tahu aturan di keraton," tuturnya.

"Sehingga dia itu, dengan kondisi yang kemarin itu, sebetulnya mempertahankan kedudukannya, ini yang membikin kacau," imbuhnya.


Ia pun mengaku tak tahan dengan sikap istri raja tersebut, sebab menurutnya sebagai sebuah lembaga adat, Keraton Surakarta merupakan sumber pembelajaran adat-istiadat Jawa kepada masyarakat.

"Lha saya sudah tidak tahan dengan melihat seperti ini, kami sendiri sebetulnya sebagai sebuah lembaga adat, Keraton ini banyak memberikan pembelajaran kepada masyarakat," ujarnya.

Ia mengatakan, dirinya selaku ketua LDA tidak ingin mengganggu PB XIII yang kini bertahta sebagai raja. Secara adat, kata dia, yang menjadikan raja sesuai peraturan adat adalah LDA.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x