Kompas TV regional sosial

Sejarawan Yogyakarta Berkumpul demi Kembalikan Warisan dan Nilai Sejarah

Kompas.tv - 12 April 2021, 13:49 WIB
sejarawan-yogyakarta-berkumpul-demi-kembalikan-warisan-dan-nilai-sejarah
Jaringan Sejarawan Merah Putih (Jas Merah) dibentuk di kediaman GKR Mangkubumi, Minggu (11/4/2021). (Sumber: dok. Jas Merah)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Iman Firdaus

Salah satu temuan yang didapatkannya dari mempelajari naskah-naskah kuno adalah pada masa lampau situs-situs kerajaan terletak di sisi utara. Sementara di selatan atau yang sekarang wilayah Yogyakarta ini dulunya disebut sebagai Sapta Sendawa.

Sapta artinya tujuh dan sendawa dari asal kata "sindu" yang artinya sungai. Jadi Yogyakarta dialiri tujuh sungai mulai dari Progo, Bedog, Winongo, Code, Gajah Wong, Kuning, dan Opak.

Ketujuh sungai ini pada masa kuno berfungsi sebagai maritim sungai dengan berbagai fungsi. Di sepanjang aliran tujuh sungai ini terdapat banyak asrama tempat kaum Brahmana melelahkan diri. 

Yogyakarta dipilih karena tempat ini bukan wilayah kosong melainkan telah dihuni oleh kaum Brahmana yang secara turun temurun melahirkan tradisi peradaban luhur.

“Inilah salah satu unsur penting yang membuat Yogyakarta memiliki banyak nilai keistimewaan, dan bukan kebetulan jika dikemudian waktu di wilayah Yogyakarta saat ini berkembang pusat-pusat pendidikan dan dikenal orang sebagai tempat untuk belajar," kata Romo Manu.

Sejarawan muda Aan Ratmanto menekankan pentingnya pelurusan sejarah Indonesia khususnya pada 1945 hingga 1950. Pada masa itu, Sultan HB IX memegang peran sentral bagi keberlangsungan NKRI. 

Dari arsip-arsip sejarah ditemukan fakta menarik, Presiden Soekarno, yang waktu itu sedang dalam masa pembuangan, memberikan mandat kuasa penuh kepada Sultan HB IX untuk menjalankan roda pemerintahan transisi pada periode 1 Mei hingga 30 Juli 1949.

Ibu kota Republik Indonesia waktu itu berada di Yogyakarta.

Baca Juga: Sejarawan Terus Desak Ridwan Kamil Buru Penjual Surat Nikah dan Cerai Soekarno-Inggit

Pada malam hari 30 Juni 1949 melalui siaran RRI, Sultan HB IX menyatakan Proklamasi kemerdekaan RI untuk yang kedua kalinya. 

"Sayangnya fakta sejarah menarik ini belum masuk dalam materi pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah bahkan kampus-kampus,” kata Aan.

Bahkan diorama di Monumen Yogya Kembali sekali pun tidak ada yang mengilustrasikan peran penting Sultan HB IX.

Widihasto Wasana Putra sebagai penggagas Jas Merah, mengajak sejarawan untuk menaruh kepedulian dan bergerak bersama-sama menjaga keberlangsungan Indonesia sebagai bangsa besar lewat beragam topik dan kajian kesejarahan.

Topik-topik ini akan diinventarisasi dan dikaji lalu dituangkan ke dalam konten media audiovisual sebagai materi pembelajaran sejarah bagi semua,  menaruh kepedulian serupa untuk bergerak bersama-sama.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x