Kompas TV regional sosial

Sejarawan Yogyakarta Berkumpul demi Kembalikan Warisan dan Nilai Sejarah

Kompas.tv - 12 April 2021, 13:49 WIB
sejarawan-yogyakarta-berkumpul-demi-kembalikan-warisan-dan-nilai-sejarah
Jaringan Sejarawan Merah Putih (Jas Merah) dibentuk di kediaman GKR Mangkubumi, Minggu (11/4/2021). (Sumber: dok. Jas Merah)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Iman Firdaus

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Jaringan Sejarawan Merah Putih (Jas Merah) dibentuk di kediaman GKR Mangkubumi, Minggu (11/4/2021).

Akademisi, praktisi, dan pegiat sejarah serta seni dan budaya pun sepakat untuk mengembalikan nilai-nilai serta warisan sejarah yang ada di Yogyakarta.

Pertemuan itu dihadiri oleh Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM Inajati Adrisijanti, peneliti bahasa dan budaya Jawa kuno dan Asia Selatan KRT. Manu J. Widyaseputra,  sejarawan Universitas Sanata Darma Yogyakarta, Baskara T. Wardaya, dosen Prodi Sejarah Peradaban Islam IAIN Surakarta Aan Ratmanto.

Kemudian ada  dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma F. Galih Adi Utama, Direktur Galangpress Yogyakarta Yulius F. Tualaka, pendiri museum Rumah Garuda yang juga dosen Jurusan Film dan Televisi Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta Nanang Rahmad Hidayat, pendiri Yayasan Rumah Studi Jawa "Makara Dhv ja Sura" Yogyakarta Radityo Krishartanto, serta ketua Sekber Keistimewaan DIY Widihasto Wasana Putra. 

Ada sejumlah rencana yang muncul dalam pertemuan para sejarawan dan pegiat seni budaya Yogyakarta tersebut. GKR Mangkubumi, misalnya,  berencana untuk melindungi dan menata berbagai situs, petilasan kuno, pesanggrahan, serta destinasi lain yang terkait dengan warisan sejarah.

Baca Juga: Satu Abad Sejarawan Sartono Kartodirjo, Penulis "Pemberontakan Petani Banten 1888"

“Termasuk menjaga kelestarian gunung Merapi, sungai-sungai hingga pesisir selatan,” ujar GKR Mangkubumi.

Ia mendapat tugas khusus dari ayahnya, Sultan HB X, untuk mengembalikan ruang-ruang sejarah seperti dulu. Misalnya, mengembalikan fungsi  kawasan alas bunder dan Wanagama di Gunungkidul sebagai hutan lindung.

GKR Mangkubumi mengingatkan orang-orang supaya tidak mudah memangkas atau meratakan pegunungan di kawasan karst pegunungan sewu.

KRT. Manu J. Widyaseputra atau akrab disapa Romo Manu fokus pada situs percandian. Ia menilai situs percandian yang banyak ditemui keberadaannya di tanah Jawa menunjukkan bahwa peradaban nusantara sangat maju, bahkan lebih hebat ketimbang luar negeri.

Contohnya, di India yang sementara ini dianggap pusat peradaban Hindu, tapi  di sana tidak diketemukan situs percandian dan hanya sebatas bangunan kuil-kuil.

Sementara di Jawa situs percandian baik yang bercorak Hindu Buddha dibangun sangat kompleks dengan nilai estetika yang luar biasa hebat.

“Salah satu warisan sejarah yang menurutnya penting diajarkan kepada generasi muda adalah alasan mendasar mengapa Pangeran Mangkubumi memilih kawasan yang sekarang disebut sebagai Yogyakarta ini sebagai pusat kekuasaan keraton,” ucapnya.

Baca Juga: Polemik Nobar Film G30S PKI, Sejarawan: Harusnya yang Dikhawatirkan Bangkitnya Orde Baru



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x