Kompas TV nasional peristiwa

Satu Abad Sejarawan Sartono Kartodirjo, Penulis "Pemberontakan Petani Banten 1888"

Kompas.tv - 15 Februari 2021, 05:00 WIB
satu-abad-sejarawan-sartono-kartodirjo-penulis-pemberontakan-petani-banten-1888
Sejarawan Sartono Kartodirdjo (15 Februari 1921-7 Desember 2007) (sumber: insideindonesia.org)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Sejarawan Indonesia, Profesor Sartono Kartodirjo, hari ini tepat satu abad usia kelahirannya. Sartono yang lahir di  Wonogiri, Jawa Tengah, 15 Februari 1921 itu, meninggal di Yogyakarta 7 Desember 2007. 

Salah satu karyanya, "Pemberontakan Petani Banten 1888", menjadi salah satu rujukan dalam melihat pemberontakan sosial di Indonesia. "Pemberontakan Petani Banten 1888" merupakan tesis  Sartono di Departemen of Sociology and Modern History of Southeast Asia, Universiteit Amsterdam, Belanda pada tahun 1966. Tesis ini meraih predikat cum laude dengan promotor Profesor W.F. Wertheim.

Sartono merupakan sejarawan Indonesia sekaligus pelopor dalam penulisan sejarah dengan pendekatan multidimensi. Ilmu sejarah, tidak melulu hanya dilihat dari narasi dan penanggalan belaka, namun juga harus melibatkan disiplin ilmu lain seperti antropologi, sosiologi dan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu sejarah juga dilihat bukan hanya kisah para pemenang, raja-raja dan penguasa, tapi juga kisah para petani dan rakyat jelata.

Baca Juga: Sejarawan Terus Desak Ridwan Kamil Buru Penjual Surat Nikah dan Cerai Soekarno-Inggit

Dalam pengantar buku tentang pemberontakan petani Banten itu Sartono menyebutkan, "Kita yang hidup dalam abad krisis-krisis, yang melahirkan pembaharuan dan revolusi, tentunya akan menganggap studi mengenai gerakan-gerakan sosial tidak hanya menarik tapi juga bermanfaat."  

Lulusan Jurusan Sejarah Universitas Indonesia 1956 ini, memperoleh gelar M.A di Yale University, Amerika serikat, dibawah bimbingan Profesor H.J. Benda.

Semasa hidupnya Sartono dikenal sebagai ilmuwan yang asketis, yang menekankan pentingnya olah jiwa bagi para cendekiawan dan profesional. Sikap asketis yang dijalani oleh seorang ilmuwan, kata Sartono, akan melahirkan sikap logis, kritis, analitis dan diskursif. 

Baca Juga: Sejarawan JJ Rizal Berpendapat Mengenai Pemutaran Film G30S/PKI

Beberapa karya yang dihasilkan oleh guru besar Universitas Gadjah Mada ini, antara lain "Pengantar Sejaran Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emporium Sampai Imperium", "Masyarakat Kuno dan Kelompok-kelompok Sosial", dan "Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia Suatu Alternatif".

Sartono meningal dunia  di RS Panti Rapih, Yogyakarta dalam usia 87 tahun. Sepanjang hidupnya dia senantiasa memberikan teladan dan inspirasi bagi ilmuwan di tanah air.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x