Kompas TV nasional peristiwa

Tuban Diguncang Gempa Susulan Beruntun Hari Ini, Sudah 16 Kali, Apa Penyebabnya?

Kompas.tv - 22 Maret 2024, 17:23 WIB
tuban-diguncang-gempa-susulan-beruntun-hari-ini-sudah-16-kali-apa-penyebabnya
Ilustrasi gempa bumi. Tuban, Jawa Timur diguncang rentetan gempa susulan hingga Jumat (22/3/2024) pukul 16.00 WIB (Sumber: Kompas.com/Shutterstock)
Penulis : Dian Nita | Editor : Desy Afrianti

4. Mag:3.6, 22-Mar-2024 16:28:08 WIB, Lok:6.09LS, 112.17BT (90 km TimurLaut TUBAN-JATIM), Kedlmn:10 Km

5. Mag:5.0, 22-Mar-2024 16:19:28 WIB, Lok:5.82LS, 112.43BT (127 km TimurLaut TUBAN-JATIM), Kedlmn:10 Km

6. Mag:4.5, 22-Mar-2024 16:14:51 WIB, Lok:5.70LS, 112.39BT (138 km TimurLaut TUBAN-JATIM), Kedlmn:10 Km

7. Mag:4.4, 22-Mar-2024 16:12:52 WIB, Lok:5.78LS, 112.48BT (133 km TimurLaut TUBAN-JATIM), Kedlmn:10 Km

8. Mag:4.7, 22-Mar-2024 16:06:51 WIB, Lok:5.79LS, 112.53BT (134 km TimurLaut TUBAN-JATIM), Kedlmn:10 Km

Baca Juga: BMKG Jelaskan Penyebab Gempa M6,0 di Tuban, Ada Aktivitas Sesar Aktif di Laut Jawa

Penyebab Gempa Tuban 

Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Dr. Ir. Amien Widodo, M.Si., mengatakan bahwa gempa magnitudo 6,5 yang berpusat pada 132 kilometer Timur Laut Tuban dipicu oleh sesar aktif di Laut Jawa.

"Gempa dengan kedalaman dangkal yang disebabkan oleh sesar aktif ini ialah peristiwa yang jarang terjadi," kata Amien, masih dikutip dari Antara.

Adanya pergeseran dan tekanan dari dua permukaan pada Laut Jawa ini menimbulkan getaran dengan skala Modified Mercally Intensity (MMI) III-IV. Intensitas tersebut dapat mengakibatkan guncangan dan retakan pada daerah permukaan.

"Semakin kuat skala intensitasnya, dampak yang dirasakan akan semakin berbahaya," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa pergeseran permukaan pada gempa Tuban terjadi secara horizontal sehingga tidak berpotensi tsunami.

Namun, gempa ini akan menghasilkan beberapa gempa susulan dengan skala magnitudo yang lebih rendah dari gempa pertama.

"Untuk mitigasinya, gempa tersebut perlu dimonitoring guna mengetahui apakah ada tekanan yang masih aktif atau tidak," tutur dosen Departemen Teknik Geofisika ITS itu.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x