Kompas TV nasional politik

Soroti Anak dan Mantu Jokowi di Bursa Pilkada, Pakar: Konstitusi Kita Tak Dirancang untuk Keluarga

Kompas.tv - 14 Maret 2024, 20:00 WIB
soroti-anak-dan-mantu-jokowi-di-bursa-pilkada-pakar-konstitusi-kita-tak-dirancang-untuk-keluarga
Pakar hukum tata negara, Feri Amsari, dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Kamis (14/3/2024). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pakar Hukum Tata Negara, Feri Amsari, menyoroti masuknya anak dan menantu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang masuk dalam bursa pemilihan kepala daerah (pilkada).

Dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Kamis (14/3/2024), Feri menyebut bahwa negara ini bukan republik keluarga.

“Pertama ini bukan republik keluarga ya, bukan kerajaan, bukan juga membangun dinasti para kroni. Jadi aneh saja kalau terjadi perubahan yang luar biasa di era Jokowi dengan menempatkan keluarganya,” kata Feri.

“Saya pikir omong kosong kalau kita bicara prestasi Gibran. Bagaimana prestainya bisa diukur? Keluarga Jokowi apa prestasinya? Bukankah Gibran baru dua tahun, belum ada nilainya itu untuk dianggap sebagai layak punya kapasitas.”

Baca Juga: Pro-Kontra soal Jabatan 'Ketua Koalisi Parpol', Analis Politik: Jokowi Butuh Kendaraan Politik

Keluarga Jokowi, kata Feri, juga tidak sejak awal masuk ke ruang politik, naum anehnya partai politik justru berkeinginan mendorong dengan alasan memiliki pengalaman.

“Keluarganya juga tidak masuk dalam ruang politik sedari awal. Lalu anehnya partai politik kemudian berkeinginan untuk mendorong dengan catatan ini pengalaman, bagi saya itu hanya kamuflase ya.”

“Jokowi sedang membangun politik dinasti, semua pelaku kepentingan merasa nyaman dan ingin melanjutkan dinasti itu,” ungkapnya.

Mereka, lanjut Feri, tidak siap bertarung untuk menyuarakan kepentingan daulat pubik dan konstitusi.

“Kalau untuk catatan bagi Partai Golkar, dengan segala hormat menurut saya ini menjadi tabiat dan mungkin juga menjadi salah satu penyakit Partai Golkar untuk terus bersandar di pohon besar yang rindang, yang bernama Jokowi.”

“Bagi saya ini tabiat harus diubah kalau mau berpikir demokrasi ini diselamatkan, bukan untuk menempatkan keluarga-keluarga terutama keluarga yang memiliki kekuasaan,” imbuhnya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x