Kompas TV nasional sosok

Sosok Jenderal LB Moerdani dan Para Penembak Misterius dengan 532 Nyawa Melayang

Kompas.tv - 12 Januari 2023, 07:05 WIB
sosok-jenderal-lb-moerdani-dan-para-penembak-misterius-dengan-532-nyawa-melayang
Jenderal LB Moerdani dan Soeharto. (Sumber:Wartakota-Tribunnews)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

Namun, belakangan, diakui ada campur tangan pemerintah di balik Petrus. Presiden kedua Soeharto dalam autobiografinya, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, menyatakan Petrus ditujukan untuk menimbulkan efek jera kepada penjahat.

"Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak," ujarnya dalam buku yang terbit pada 1989 itu.

Namun karena mendapat tekanan internasional, pada 1985, Petrus diakhiri.

Berdasarkan penyelidikan Komnas HAM yang dirilis pada 2012 silam, para pelaku Petrus terdiri dari aparat militer dan sipil. Aparat militer seperti Koramil, Kodim, Kodam/Laksusda dan Garnizun. Mereka adalah pelaku yang melaksanakan perintah jabatan di bawah koordinasi Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Republik Indonesia (Pangkopkamtib). 

Lembaga tersebut, menurut Ketua Tim Penyelidikan Yosep Stanley Adi Prasetyo, berada di bawah komando dan pengendalian presiden.

Menurut Stanley, korban penembakan misterius ini terdiri dari dua kelompok. Pertama, mereka yang dikategorikan sebagai preman atau mantan residivis. Kedua, adalah orang yang salah tangkap, bahkan petani yang menolak digusur tanahnya oleh pemerintah, turut pula menjadi korban Petrus.

Komnas HAM menyimpulkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia berat ini harus disidik oleh Kejaksaan Agung. Tetapi dokumen dan rekomendasi Komnas HAM berlalu begitu saja. Jadi siapa yang paling bertanggung jawab? "Ya, Benny Moerdani," kata Stanley, Wakil Ketua Komnas HAM saat itu.

Baca Juga: Komnas Ham Rilis 8 Kasus Pelanggaran Ham di Papua Dan Papua Barat

Tapi, sang jenderal bertampang dingin kelahiran 2 Oktober 1932, di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, itu sudah meninggal pada 29 Agustus 2004 silam, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Jejak pelanggarannya yang banyak disebut di masa itu, terkubur bersama jasadnya.


 

 

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x