Kompas TV nasional sosial

Potensi Gempa M8,7 dan Tsunami 10 Meter di Cilacap, Kepala BMKG Sebut Bukan Ramalan tapi Kajian

Kompas.tv - 30 Juli 2022, 06:16 WIB
potensi-gempa-m8-7-dan-tsunami-10-meter-di-cilacap-kepala-bmkg-sebut-bukan-ramalan-tapi-kajian
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Mantan rektor UGM ini meluruskan perihal adanya potensi gempa dan tsunami 10 meter di Cilacap merupakan sebuah kajian bukan ramalan. (Sumber: Instagram Dwikorita Karnawati )
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengkhawatirkan potensi terjadinya tsunami hingga 10 meter di Cilacap, Jawa Tengah, akibat gempa bumi M8,7.

Kepala Dwikorita Karnawati, menyebut potensi gempa bumi dan tsunami tersebut merupakan hasil permodelan tsunami dengan skenario terburuk.

Penjelasan itu disampaikan Dwikorita saat membuka sekolah lapang gempa bumi (SLG) yang digelar BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara di Cilacap, Rabu (27/7/2022).

Menurutnya, Cilacap yang berada di garis Pantai Selatan Jawa menghadap langsung zona tumbukan lempeng antara lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Eurasia.

“Dari hasil pemodelan tsunami dengan skenario terburuk, dikhawatirkan berpotensi terjadi tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 meter di pantai Cilacap, sebagai akibat dari gempabumi dengan kekuatan M = 8,7 pada zona megathrust dalam tumbukan lempeng tersebut," ungkapnya melalui keterangan tertulis.

Dalam kegiatan itu, Dwikorita mengingatkan masyarakat akan ancaman gempa bumi dan tsunami di sepanjang selatan Pulau Jawa.

Baca Juga: Gempa di Pacitan Hari Ini Termasuk Gempa Bumi Dangkal, Ini Penjelasan BMKG

Karenanya, Ia meminta pemerintah daerah dan masyarakat untuk terus meningkatkan kesiap-siagaan guna mengantisipasi skenario terburuk.

Dwikorita menyebut prakiraan skenario terburuk itu bukanlah ramalan, namun merupakan hasil kajian ahli dan pakar kegempaan.

Namun, perihal kapan waktunya terjadi, kata dia, hal tersebut belum dapat diketahui, mengingat hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa.

Perhitungan skenario terburuk tersebut, lanjut Dwikorita menjadi pijakan untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi.

Sehingga, jika terjadi gempa bumi dan tsunami sewaktu-waktu, diharapkan pemerintah dan masyarakat sudah siap dan tahu apa-apa saja yang harus dilakukan, termasuk kapan dan kemana harus berlari menyelamatkan diri secara mandiri atau kelompok.

"Masyarakat harus paham apa yang mesti dilakukan dan disiapkan, termasuk sarana prasarananya, keterampilan untuk menyelamatkan diri, jalur evakuasi, tempat aman yang semua harus sudah dipersiapkan secara matang.”

“Apalagi, khusus Kabupaten Cilacap, wilayah pantai merupakan kawasan padat penduduk, termasuk kantor pemerintahan, pusat perekonomian, dan lain sebagainya," imbuhnya.

Ia menambahkan, BMKG bekerja sama dengan pemerintah daerah , BNPB/BPBD dan multi pihak terkait, rutin menggelar SLG di titik-titik rawan gempa bumi dan tsunami karena sangat bermanfaat untuk memberi edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan di daerah dalam mengelola risiko dan bencana.

"Keterlibatan pihak swasta di kawasan industri di Kab. Cilacap juga sangat dinantikan dalam menguatkan Sistem Peringatan Dini Daerah yang telah dibangun dengan swadaya masyarakat dengan jumlah yang masih terbatas,” urainya.

Hal itu, lanjut dia, mengingat kawasan industri dan perekonomian di Pantai Cilacap juga masuk dalam zona rawan gempa dan tsunami.

“Tentunya pihak swasta/industri harus bersiap pula dengan menguatkan Sistem Peringatan Dini di kawasan industri tersebut," imbuh Dwikorita.

"Tanpa sistem mitigasi dan peringatan dini yang andal, dampak ikutan dari gempa dan tsunami di kawasan industri berpotensi memperparah intensitas kerusakan yang diakibatkan," lanjutnya

Lewat SLG, BMKG memberikan informasi mengenai potensi bahaya gempabumi dan tsunami di daerah pelaksanaan.

Sejak tahun 2021, pelaksanaan workshop SLG fokus pada edukasi gempabumi dan tsunami sekaligus menjadi wadah BMKG bersama masyarakat/komunitas untuk membentuk Masyarakat Siaga Tsunami (Tsunami Ready Community) untuk lebih menguatkan Ketangguhan Desa Tangguh Bencana (DESTANA).


Pada pelaksanaan workshop SLG, BMKG juga membantu pemerintah daerah dengan memberikan Peta Bahaya Tsunami di lokasi pelaksanaan.

Hal tersebut bertujuan agar sebagai acuan pemerintah daerah dalam menyusun mitigasi gempabumi dan tsunami di daerahnya.

Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 4,0 Guncang Selatan Yogyakarta Malam Ini, BMKG: Kedalaman 10 Km

Sementara itu, Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji, mengucapkan terimakasih dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada BMKG yang telah mengadakan SLG di Kabupaten Cilacap.

"Gempa dan tsunami tidak ada yang bisa memprediksi, semuanya dari Tuhan, dari Allah. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka harus siap. Kesiapan ini harus disertai dengan edukasi melalui SLG ini," kata Bupati.



Sumber : Kompas TV, bmkg.go.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x