Kompas TV nasional kesehatan

89,1% Masyarakat Minum Air yang Tak Aman, Kemenkes: Kini Tak Bisa Bicara soal Layak, tapi Harus Aman

Kompas.tv - 6 November 2021, 07:15 WIB
89-1-masyarakat-minum-air-yang-tak-aman-kemenkes-kini-tak-bisa-bicara-soal-layak-tapi-harus-aman
Ilustrasi kebiasaan minum air. Kemenkes mengungkapkan 89,1 persen masyarakat di Tanah Air masih meminum air yang masuk kategori tidak aman. (Sumber: Pexels)
Penulis : Isnaya Helmi | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan 89,1 persen masyarakat di tanah air masih meminum air yang masuk kategori tidak aman untuk dikonsumsi. 

Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes Vensya Sitohang megatakan, air yang dikonsumsi tersebut dapat dikatakan tidak aman karena masih mengandung banyak bakteri seperti mengandung E coli.

Diketahui, bakteri E coli adalah bakteri yang hidup di dalam usus manusia untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan.

Meski baik untuk menjaga kesehatan pencernaan, namun terdapat beberapa jenis bakteri E coli justru menyebabkan penyakit infeksi seperti infeksi pada kantung empedu, saluran kemih, selaput otak, paru-paru dan saluran pencernaan.

“Sekitar 89,1 persen masyarakat kita masih meminum air yang tidak aman,” kata Vesya dalam Diskusi Pegiat Air Minum dan Sanitasi secara virtual, Jumat (5/11/2021). 

Tentunya hal ini, sangat mengkhawatirkan, mengingat sumber air minum yang tidak aman bisa menjadi sumber dari berbagai penyakit bagi semua golongan.

Adapun salah satu penyakit yang dialami akibat mengkonsumsi air minum yang tidak aman yakni diare. 

Sebab itu, menurut penjelasannya jumlah masyarakat yang menderita penyakit diare di Tanah Air dapat terbilang masih tinggi.

Baca Juga: Kemenkes Klaim Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Telah Tembus 200 Juta Dosis

Melihat kondisi tersebut, Vesya kemudian menjelaskan  masyarakat memerlukan air yang dapat dikonsumsi secara aman.

“Bila bicara soal air minum, itu sekarang sudah tidak bisa kita bicara soal layak, tapi harus soal aman. Karena air minum yang layak bukan air minum yang aman,” ujarnya.

Menurut pemaparannya, untuk dapat mendorong masyarakat menjadi higienis, sehat dan memiliki akses sanitasi yang baik, diperlukan adanya bantuan dari Organisasi Masyarakat Setempat (OMS).

Di mana OMS dapat membantu dalam menyebarkan praktik baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya bantuan OMS, diharapkan banyak pihak yang akan terinspirasi untuk mencontoh dan memodifikasi inovasi-inovasi yang dibuat untuk meningkatkan kualitas sanitasi yang ada di masyarakat.

Tak hanya itu, diharapkan juga tejadi perluasan jejaring kerja sama untuk melakukan kampanye edukasi seperti setop buang air besar sembarangan juga membentuk budaya cuci tangan pakai sabun.

OMS, lanjut dia, juga dapat mendukung program sanitasi total berbasis masyarakat yang dijalankan Kemenkes untuk menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif dan mampu meningkatkan kebutuhan dan akses sanitasi yang ada pada masyarakat di arena pelayanan umum. 

“Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), telah bermitra dengan berbagai OMS dalam pelaksanaan STBM termasuk untuk kampanye dan advokasinya. Mudah mudahan ke depan akan semakin baik lagi dan semakin banyak OMS yang terlibat,” jelasnya. 

Diharapkan semakin banyak OMS yang tergabung bersama pemerintah untuk dapat menciptakan lingkungan hidup yang bersih sehingga masyarakat yang terkena berbagai penyakit akibat air yang tidak bersih dapat berkurang dan taraf kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik.

Baca Juga: Vaksinasi Anak, Kemenkes Tunggu Rekomendasi IDAI

 




Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x