Kompas TV nasional politik

Baliho di Masa Pandemi Covid-19 Tak Signifikan Naikan Elektabilitas untuk Menjadi Presiden

Kompas.tv - 14 Agustus 2021, 20:06 WIB
baliho-di-masa-pandemi-covid-19-tak-signifikan-naikan-elektabilitas-untuk-menjadi-presiden
Ilustrasi. Baliho Ketua DPR RI Puan Maharani (Sumber: Kompastv/Antara)
Penulis : Vidi Batlolone | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Baliho sejumlah tokoh politik  yang telah terpajang di berbagai kota, diyakini tidak berpengaruh banyak terhadap popularitas mereka untuk berlaga di Pemilu 2024.

Sebaliknya, pemasangan baliho di tengah kondisi pandemi Covid-19, bisa membuat publik memiliki kesan negatif terhadap sang tokoh.

Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Indonesian Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra kepada Kompas TV, Sabtu (14/8/2021).

Ia mengungkapkan pendapat tersebut, terkait hasil survei bertajuk “Refleksi Penanganan Pandemi dan Dampak Konstelasi Politik 2024” yang diluncurkan IPO pada Sabtu ini.

Baca Juga: Arteria Dahlan: Memang Bisa Pakai Baliho Popularitas dan Elektabilitas Naik? Enggak!

Dalam survei tersebut, sejumlah tokoh yang telah 'menebar' baliho, tampak belum memiliki elekabilitas signifikan.

Sebut saja misalnya Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketua DPR Puan Maharani, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.

Dari 20 nama yang disodorkan kepada responden sebagai calon presiden, Airlangga, Puan dan Muhaimin masing-masing berada di urutan 9, 12 dan 15.

Sementara di tiga besar teratas dalam survei tersebut ialah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Sandiaga Uno.

Baca Juga: Sebar Baliho Berwajah Puan Maharani, PDIP: Tidak Ditujukan untuk Kepentingan Elektoral

Dalam survei dengan 1.200 responden tersebut elektabilitas Airlangga Hartarto hanya 2,5 persen, Puan Maharani 1,9 persen, sementara tingkat keterpilihan Muhaimin Iskandar 0,55 persen.

Menurut Dedi Kurnia Syah Putra, baliho seharusnya efektif untuk meningkatkan keterkenalan dan keterpilihan politikus.

Namun persoalannya, para tokoh tersebut memasang baliho di momentum yang kurang tepat yaitu ketika masyarakat sedang dalam keadaan prihatin menghadapi pandemi Covid-19.

“Bisa dibilang, secara momentum pemasangan baliho saat ini dianggap tidak bijak, tidak tepat dalam waktu pemasangan,” kata Dedi.

Dia menilai pemasangan baliho justru bisa menjadi bumerang.

Baca Juga: Pengamat: Parpol yang Pasang Baliho Tidak Yakin Popularitas dan Elektabilitas Figur

Sebab, alih-alih mendapat apresiasi positif dari warga, yang didapat justru reputasi negatif.

“Masyarakat malah menilai tokoh-tokoh yang memasang baliho saat ini, kurang peka dan kurang empati karena memikirkan politik saat situasi sulit yang dihadapi masyarakat,” tuturnya.

Lagipula, untuk mendongkrak popularitas pun, belum tentu efektif karena ketimbang memikirkan soal politik, perhatian masyarakat lebih fokus bagaimana menghadapi persoalan hidup di masa pandemi.

Baca Juga: Ramai Baliho Pilpres 2024, Ganjar Pilih Fokus Tangani Covid-19




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x