Kompas TV nasional kesehatan

Duh, Anak Yatim di Sragen Diamputasi Karena Pijat, Dokter Tulang: Jangan Berobat Alternatif

Kompas.tv - 25 Februari 2021, 05:00 WIB
duh-anak-yatim-di-sragen-diamputasi-karena-pijat-dokter-tulang-jangan-berobat-alternatif
Ilustrasi patah tulang. Seorang anak yatim asal Sragen harus diamputasi setelah menjalani pijat karena patah tulang. (Sumber: Shutterstock)
Penulis : Ahmad Zuhad

Menanggapi kasus itu, dokter spesialis bedah ortopedi Asa Ibrahim Zainal Sadikin berharap hal ini tak lagi terjadi di kemudian hari.

“Semoga tidak terjadi lagi di indonesia kasus amputasi tangan pada anak akibat pengobatan alternatif patah tulang,” cuit dokter Asa melalui akun Twitter @asaibrahim.

Ia pun menghimbau masyarakat untuk tak gegabah memilih pengobatan alternatif saat mengalami patah tulang.

“Malah banyak lebih mahal pengobatan alternatif tertentu… Berkali2, tiap dateng bayar. sembuh, enggak. cacat, iya… Jangan sampe terjadi pada kamu/keluargamu ya,” tambahnya lagi.

Asa juga me-retweet ulang cuitan lamanya. Menurut Asa, pengobatan alternatif dapat menyebabkan cacat hingga kematian dalam kasus patah tulang.

“[K]alo ada masalah kasus patah tulang dsb, ke dokter dulu yaaaa … Kalo kasusnya ringan, ke dukun palingan bengkok2 dikit, kaku, tapi masi bisa sembuh… Kalo kasusnya berat? Jgn salah, bisa jadi berujung amputasi/kematian,” tulis Asa dalam salah satu cuitannya.

Ia memberi contoh, ada satu kasus di mana orang yang menderita patah tulang menjalani pijat dan akhirnya berujung kematian.

Dalam kasus itu, pasien meninggal setelah mengalami asidosis metabolik atau produksi asam tubuh berlebihan dan tetanus. Pasien sempat mengalami kejang berkali-kali.

Pasien sebelumnya mengalami patah tulang terbuka.

“Jadi yg namanya patah tulang itu ada dua jenis, yg pertama patah tulang tertutup (tdk ada luka) dan patah tulang terbuka (ada luka),” jelas Asa.

Asa menyebut, patah tulang terbuka dengan luka robek ini berbahaya atau “kegawatdaruratan”.

“Berbahaya karena ada lukanya, kalau tidak ditangani dgn baik bisa terjadi infeksi dan komplikasinya, mulai dari infeksi tulang, gagal penyatuan tulang, bhkan sperti pd kasus ini, sampai menyebabkan kematian. Lukanya hanya kecil, disepelekan, pdhl bisa jadi jalur masuk bakteri,” ungkap Asa.

Baca Juga: Kisah Pilu Seorang Ibu Yang Kehilangan 3 Anaknya Dalam Kebakaran Saat Menghangatkan Diri di Texas

Ia mengatakan, patah tulang terbuka harus segera ditangani dokter bedah paling lambat 6-8 jam setelah mengalami luka. 

Asa tak menyarankan pula membungkus area yang patah dengan kardus dan serbet serta sekadar menopangnya dengan kayu.

“Meskipun pada patah tulang tertutup juga sebaiknya segera dibawa ke medis, karena tdk jarang patah tulang tertutup jg bisa menimbulkan komplikasi, terutama pada patah tulang yg dibebat dgn sangat kuat oleh alternatif hingga tangannya ga dpt darah,” kata Asa.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x