Kompas TV nasional peristiwa

Said Didu Hapus Cuitan dan Minta Maaf Usai Dipolisikan Soal Dugaan Ujaran Kebencian

Kompas.tv - 24 Desember 2020, 00:28 WIB
said-didu-hapus-cuitan-dan-minta-maaf-usai-dipolisikan-soal-dugaan-ujaran-kebencian
                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
Said Didu (Sumber: KOMPAS.com/MURTI ALI LINGGA )
Penulis : Tito Dirhantoro

JAKARTA, KOMPAS TV - Mantan Sekretaris Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhammad Said Didu, meminta maaf atas cuitannya, sehingga membuatnya dilaporkan ke Bareskrim Polri pada hari ini, Rabu (23/12/2020).

Permintaan maaf tersebut disampaikan Said Didu melalui media sosial Twitter lewat akun @msaid_didu dengan sebuah utas.

Baca Juga: Said Didu Dilaporkan ke Bareskrim Polri, Diduga Buntut Sindir Menag di Twitter

“Sehubungan dengan adanya penafsiran terhadap mention saya yang mengomentari pernyataan Pak Qodari. Yang saya baca di media bahwa ‘presiden butuh Menag yngg keras kepada kelompok islam tertentu’ yang saya komentari bahwa terima kasih infonya bahwa Bapak Presiden membutuhkan Menag seperti itu," tulis Said Didu lewat akun Twitternya pada Rabu (23/12/2020).

Said Didu menjelaskan, cuitannya ditafsirkan seakan menuduh seseorang dan bermuatan SARA, karena itu dalam waktu tidak terlalu lama dirinya memilih menghapus cuitannya itu.

“Dalam waktu tidak terlalu lama mention saya tersebut saya hapus demi kebaikan bersama,” ucap Said Didu. 

Said Didu menegaskan, bahwa dirinya tidak menuduh siapa pun atas cuitannya itu, apalagi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. 

Baca Juga: Said Didu Vs Luhut, Diperiksa Soal Pencemaran Nama Baik

Menurutnya, ada kesalahan pengertian terkait kata ‘menggebuk’. Maksudnya adalah untuk meluruskan secara hukum.

Said Didu pun meminta maaf atas kesalahan tersebut. Dia mengatakan presiden membutuhkan Menteri Agama yang seperti itu.

“Jika ada pihak merasa tersinggung dengan mention saya tersebut, saya mohon maaf. Terima kasih,” ujar Said Didu.

Sebelumnya, Said Didu dinilai oleh pihak pelapor telah melakukan penghinaan terhadap Menteri Agama, Yaqut Cholil Quomas.

Baca Juga: Said Didu Cs Bentuk New KPK Dukung Keadilan Buat Novel Baswedan

Adapun bentuk penghinaan yang dimaksud yaitu terkait cuitan Said Didu di Twitter yang mengatakan bahwa Presiden menginginkan Menteri Agama untuk ‘menggebuk’ Islam.

“Terima kasih atas penjelasan mas Qodari. Akhirnya kami tahu bahwa Bpk Presiden inginkan Menag utk "menggebuk" islam. Sekali lagi terima kasih,” tulis Said Didu lewat akun @msaid_didu melalui cuitannya yang belakangan sudah dihapus.

Menanggapi cuitan tersebut, Ketua Pimpinan Anak Cabang Ansor Jagakarsa bernama Wawan melaporkan Said Didu ke Baresrim Polri. Pelaporan itu dilakukan atas nama pribadi.

“Kami telah melaporkan hari ini, alhamdulillah diterima Bareskrim Polri. Jadi, kita laporkan akun Twitter Muhammad Said Didu,” kata Wawan kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (23/12/2020).

Baca Juga: Muncul Kabar Said Didu Jadi Tersangka, Polisi Membantah

Wawan menuturkan laporannya itu telah diterima oleh polisi dengan nomor LP/B/0719/XII/2020/BARESKRIM tertanggal 23 Desember 2020.

Lebih lanjut, Wawan menjelaskan alasan dirinya melaporkan Said Didu. Itu karena pernyataan Said Didu dinilai terlalu menghakimi Gus Yaqut selaku Menteri Agama yang baru. 

Namun demikian, kata dia, yang perlu diingat bahwa Ketua Umum GP Anshor itu baru saja dilantik menjadi Menteri Agama.

"Itu, isi Twitternya sudah di screenshot mengenai bahwa bapak presiden inginkan Menag untuk menggebuk Islam,” ujar Wawan. 

Baca Juga: Beredar Kabar Said Didu Jadi Tersangka Pencemaran Nama Baik, Ini Faktanya

“Ini kita bisa lihat ada ujaran kebencian juga terkait SARA, yang kedua tentang 207 KUHP penghinaan terhadap penguasa.”

Wawan menduga telah terjadi pelanggaran dugaan tindak pidana ujaran kebencian atau permusuhan individu dan antar golongan (SARA) serta kejahatan terhadap penguasa umum.

Hal tersebut, kata dia, sebagaimana sesuai dengan Pasal 45A ayat (2) Jo Pasal 28 ayat (2) dan/atau Pasal 207 KUHP.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x