Oleh: Trias Kuncahyono, Jurnalis Harian Kompas
SUATU ketika, pada 19 Mei 2014, ketika berkunjung ke Vatikan, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa, mengatakan kepada Paus Fransiskus, "Saya harap, suatu hari Anda Yang Mulia, mengunjungi Bahrain."
Bahrain adalah negara kecil. Hanya seluas 760 km2, lebih gede sedikit dibandingkan Singapura, 728,6 km2.
Vatican City (Stato della Citta del Vaticano, Negara Kota Vatikan) atau biasa disebut Vatikan, juga negara kecil, bahkan sangat kecil, hanya 49 hektare atau 0,49 km2. Luas Jakarta 661,5 km2.
Dengan luas hanya 49 hektare, Vatikan berpenduduk 605 orang (data 2022) atau 0,00001 persen dari total penduduk dunia (population-hub.com). Penduduk Bahrain per 1 Juli 2022 menurut worldpopulationreview.com berjumlah 1.472.233 orang, ini termasuk 800.000 orang (53 persen) bukan warga negara Bahrain. Mereka adalah para pekerja asing, misalnya dari India, Sri Lanka, Bangladesh, dan Filipina.
Dari hampir 1,5 juta jiwa itu, 24,0 persen penganut Islam Suni dan 46,0 persen Syiah; sisanya 30 persen lain-lain, termasuk Katolik. Menurut sensus terakhir yayasan Aid to the Church in Need (ACN), di Bahrain ada sekitar 140.000 orang Kristen, dan 80.000 orang di antaranya adalah Katolik.
Beberapa dari mereka adalah orang Arab Kristen, tetapi kebanyakan dari mereka adalah pekerja imigran dari Filipina, Sri Lanka, atau Bangladesh.
Sekalipun penduduk Bahrain mayoritas kelompok Syiah, namun yang memegang kendali kekuasaan adalah Suni. Monarki dan elite politik didominasi Suni (mengingatkan Irak zaman Saddam Hussein); sementara mayoritas penduduk, Syiah.
Kata David Pollock dari Washington Institute (2017), ini yang menjadikan Bahrain telah lama diselimuti misteri dan polemik bersama.
Nama negara itu diambil dari istilah Arab, al-bahrayn, yang berarti "dua laut" (britannica.com). Memang Bahrain diapit dua teluk: Teluk Bahrain (sebelah barat) dan Teluk Persia (sebelah timur).
Negara 33 pulau ini terdiri atas dua kelompok pulau yang terpisah, yang bersama-sama membentang sekitar 30 mil (50 km) dari utara ke selatan dan 10 mil (16 km) dari timur ke barat.
Pulau Bahrain meliputi tujuh per delapan dari total luas daratan negara itu dan dikelilingi oleh pulau-pulau yang lebih kecil. Dua di antaranya - Al-Muharraq dan Sitrah, keduanya di timur laut - digabungkan ke Pulau Bahrain melalui jalan lintas yang telah memfasilitasi pengembangan perumahan dan industri.
Pulau-pulau lain dalam kelompok tersebut adalah Nabi alih, Al-Muhammadiyyah (Umm al-Sabban), Umm al-Na'san (dihubungkan oleh King Fahd Causeway), dan Jiddah.
Kelompok kedua terdiri dari Kepulauan Hawar, yang terletak di dekat pantai Qatar, sekitar 19 km tenggara Pulau Bahrain; perselisihan dengan Qatar atas kepemilikan pulau-pulau itu diselesaikan pada tahun 2001, ketika Mahkamah Internasional menganugerahkannya kepada Bahrain.
Bahrain yang merdeka pada tahun 1971 itu, pada tahun 2001, menyepakati Piagam Aksi Nasional (National Action Charter). Piagam diratifikasi lewat referendum nasional: 98,4 persen pemilih mendukung transformasi emirat turun-temurun menjadi monarki konstitusional, diperintah oleh Raja Hamad bin Isa Al Khalifa.
Selain itu Piagam juga menetapkan adanya pemilihan anggota parlemen dan hak pilih universal bagi laki-laki dan perempuan.
Lokasi Bahrain di tengah Teluk Arabia, menjadikannya negeri kecil itu menempati posisi strategis. Bahrain berada di rute laut yang sangat sibuk sangat penting. Ini memberikan keunggulan kompetitif bagi Bahrain.
Memang, Bahrain bukanlah negara yang merupakan kekuatan ekonomi besar. Meskipun terletak di kawasan penghasil utama minyak dunia, namun Bahrain hanya memiliki sedikit cadangan tidak seperti Kuwait, Uni Emirat Arab, atau Arab Saudi.
Perekonomiannya lebih bergantung pada pengolahan dan pemurnian minyak mentah dari negara-negara tetangga, peleburan alumunium, produksi pupuk, jasa sektor keuangan, layanan komersial, komunikasi, dan pariwisata.
Hal itu beda dengan Arab Saudi, tetangganya sebelah barat dan Uni Emirat Arab, yang merupakan kekuatan ekonomi besar di kawasan. Tetapi, dari sinilah, Bahrain memperoleh keunggulan kompetitifnya.
Sebab, Bahrain terletak dekat dengan negara-negara itu, dan secara geografis dekat dengan Kuwait, Qatar, serta Oman. Maka, Bahrain menjadi titik masuk yang lebih mudah dan lebih hemat biaya ke pasar GCC (Dewan Kerja Sama Negara-negara Teluk: Bahrain, Omarn, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, yang didirikan 25 Mei 1981) yang diharapkan akan menjadi pasar gabungan terbesar keenam di dunia pada tahun 2030.
Karena lokasinya yang strategis itu, maka Portugis, misalnya, pada tahun 1522 menduduki pulau itu hingga 1602. Bahkan, Bahrain merupakan salah satu palungan peradaban tertua di kawasan, yakni peradaban Dilmun, yang hidup sekitar 6.000 tahun silam.
Karena itu, sejak dahulu kala selalu menjadi perhatian para penguasa pada zamannya di kawasan itu.
Sejarah menceritakan, pernah menjadi bagian wilayah Sumeria, Assyria, Babilonia, dan Persia. Sejak tahun 1830 menjadi daerah protektorat Inggris dan baru tahun 1916, Inggris mengakui kedaulatan Bahrain di bawah keluarga Al Khalifah, kakek moyang penguasa Bahrain sekarang ini. Namun, baru pada tahun 1971, Inggris angkat kaki dari Bahrain.
Karena letaknya yang strategis, AS menempatkan Armada Kelima AL-nya di Bahrain. Menurut American Security Project (Juni 2018), penempatan pangkalan militer itu berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Militer 1991, yang sudah disepakati sejak 1971. Bahkan, kehadiran AL AS di Bahrain sudah sejak 1948.
Pada tahun 2018, AS masih menempatkan 7.000 personel militernya. Tetapi, dalam Integrated Country Strategy, AS (25 April 2022) disebutkan bahwa AS menempatkan lebih dari 8.500 personel militernya di Bahrain.
Mereka ini bertanggung jawab atas wilayah Teluk Arabia, Teluk Oman, Laut Merah, dan Laut Arabia, termasuk Selat Hormuz, Terusan Suez, dan Selat Bab al Mandeb. Dan, ngawasi Iran.
Selain memiliki pangkalan AL, AS juga memiliki pangkalan AU di Bahrain. Yakni Pangkalan AU Sheikh Isa, tempat jet-jet tempur dan pesawat intai AS, mangkal. Pangkalan AU Sheikh Isa juga menjadi pusat operasi pasukan khusus AS.
Saking pentingnya Bahrain bagi kepentingan militer, AS menganggap negara pulau itu "sekutu utama non-NATO." Sementara Inggris baru membuka pangkalan militer pertamanya Terusan Suez timur di Bahrain, tahun 1971 (AP, 4 September 2019).
Bahrain juga salah satu negara, selain Uni Emirat Arab, yang ikut menandatangani perjanjian Abraham Accords dengan Israel pada 15 September 2020, yang menandai perubahan strategis dalam dinamika regional.
Ke negeri kecil yang memiliki nilai stategis tinggi itulah, Paus Fransiskus berkunjung.
Dengan menempuh penerbangan sekitar 11 jam dari Roma, Paus Fransiskus memenuhi undangan resmi dalam bentuk sebuah surat pribadi dari Raja Hamad bin Isa Al Khalifa, serta undangan dari Gereja Bahrain.
Paus memenuhi undangan itu dan sekaligus menghadiri penutupan "Bahrain Forum for Dialogue: East and West for Human Coexistence", 4 November 2022. Paus Fransiskus berada di Bahrain dari 3 - 6 November 2022.
Forum dialog dihadiri lebih dari 200 tokoh agama dari seluruh dunia mewakili semua agama dan sekte yang ada.
Dengan semangat yang sama, sehari sebelumnya, selama dua hari, 2-3 November 2022, di Bali diselenggarakan G20 Religion Forum (Forum Agama G20) yang diinisiatori oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Forum dihadiri para pemimpin berbagai agama dari 32 negara di seluruh dunia. (Bersambung...)
Baca Juga: Antara Roma dan Manama (I)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.