Kompas TV internasional kompas dunia

Perundingan Israel-Hamas Genting, Ini Posisi Terakhir Tuntutan Masing-masing

Kompas.tv - 31 Januari 2024, 14:08 WIB
perundingan-israel-hamas-genting-ini-posisi-terakhir-tuntutan-masing-masing
Kepulan asap serangan Israel terhadap Gaza hari Selasa, (30/1/2024). Para mediator dari Amerika Serikat dan Timur Tengah sempat optimis dengan perundingan Israel - Hamas, hari Selasa, (30/1/2024), namun situasi terakhir terlihat sulit dan runyam. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

KAIRO, KOMPAS TV - Para mediator dari Amerika Serikat dan Timur Tengah sempat optimis beberapa hari terakhir bahwa mereka mendekati kesepakatan gencatan senjata selama dua bulan di Gaza dan pembebasan lebih dari 100 sandera yang dipegang oleh Hamas, namun situasi terakhir terlihat sulit dan runyam.

Namun, pada hari Selasa, (30/1/2024) Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak dua tuntutan utama kelompok Hamas, yakni agar Israel menarik mundur pasukannya dari Gaza dan melepaskan ribuan tahanan Palestina, menunjukkan kesenjangan antara kedua pihak masih lebar.

Perang dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel, di mana Hamas dan kelompok lain diklaim menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 orang. Hampir setengah dari sandera tersebut dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu pada bulan November sebagai pertukaran untuk 240 tahanan Palestina.

Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 26.700 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Sekitar 85% dari populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa telah meninggalkan rumah mereka, dan PBB mengatakan seperempat dari populasi Gaza kelaparan.

Serangan ini juga telah menimbulkan dampak di seluruh wilayah, dengan kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman menyerang target-target Israel dan AS sebagai dukungan terhadap Palestina, menarik pembalasan dalam spiral balas dendam yang bisa memicu kebakaran besar di tingkat regional.

Berikut adalah gambaran di mana setiap pihak berdiri dalam mengakhiri konflik ini, seperti laporan Associated Press, Rabu, (31/1/2024)

Baca Juga: Netanyahu Berkeras Tolak Tarik Mundur Tentara Israel dari Gaza dan Lepaskan Ribuan Warga Palestina

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu hari Selasa, (30/1/2024) menyatakan bahwa tidak akan ada penarikan militer dari Gaza atau pelepasan ribuan militan yang ditahan, sekali lagi berjanji perang tidak akan berakhir tanpa kemenangan mutlak Israel atas Hamas. (Sumber: Times of Israel)

Posisi Netanyahu: Kemenangan Total Israel atas Hamas

Netanyahu berulang kali bersumpah untuk melanjutkan perang hingga Israel menghancurkan kapasitas militer dan pemerintahan Hamas serta mengembalikan semua sandera, dua tujuan yang semakin sulit dicapai dan dikhawatirkan oleh banyak orang Israel karena dianggap saling terpisah.

Berbicara di sebuah akademi militer pra-militer agama di Tepi Barat yang diduduki pada hari Selasa, ia mengatakan, "kami tidak akan menarik militer Israel dari Jalur Gaza dan kami tidak akan melepaskan ribuan teroris."

Ini tampaknya meniadakan kemungkinan kesepakatan dengan Hamas, tetapi juga bisa jadi merupakan manuver untuk memperkuat posisi Israel dalam perundingan tidak langsung yang sedang berlangsung.

Netanyahu semakin mendapat tekanan dari keluarga para sandera dan masyarakat umum untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas agar para sandera dapat pulang. Banyak orang Israel khawatir waktu semakin berjalan cepat.

Pada saat yang sama, koalisi pemerintahannya yang didominasi oleh garis keras ultranasionalis yang menentang kesepakatan, bisa runtuh jika dianggap terlalu lunak terhadap Hamas.

Militer Israel hanya berhasil menyelamatkan satu sandera, dan Hamas mengatakan beberapa telah tewas dalam serangan udara atau selama operasi penyelamatan yang gagal. Pada bulan Desember, pasukan Israel secara keliru membunuh tiga sandera yang telah melarikan diri dan mengibarkan bendera putih.

Baca Juga: Hamas Tetap Berkeras Pemulangan Sandera Bergantung pada Gencatan Senjata Permanen Israel di Gaza

Pemimpin politik puncak kelompok ini, Ismail Haniyeh, hari Selasa, (30/1/2024) mengatakan prioritas Hamas adalah penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Ia mengatakan setiap kesepakatan juga harus mengarah pada rekonstruksi, pencabutan blokade Israel-Mesir di wilayah itu, dan pembebasan semua tahanan pahlawan kami. (Sumber: AP Photo)

Hamas Ingin Perang Berakhir

Hamas menolak melepaskan lebih banyak sandera sampai Israel menghentikan serangannya dan menarik mundur seluruh pasukannya dari Gaza. Mereka menginginkan kesepakatan yang lebih luas yang mencakup gencatan senjata jangka panjang dan rekonstruksi.

Pemimpin politik puncak kelompok ini, Ismail Haniyeh, hari Selasa, (30/1/2024) mengatakan prioritas Hamas adalah "penarikan penuh" pasukan Israel dari Gaza. Ia mengatakan setiap kesepakatan juga harus mengarah pada rekonstruksi, pencabutan blokade Israel - Mesir di wilayah itu, dan pembebasan "semua tahanan pahlawan kami."

Hamas diyakini secara luas menahan sandera-sandera tersebut di dalam terowongan yang sangat dijaga di bawah tanah, menggunakan mereka sebagai perisai manusia untuk pemimpin tertinggi dan sebagai alat tawar-menawar untuk melepaskan ribuan tahanan Palestina. Ini termasuk tokoh kelompok perlawanan yang terlibat dalam serangan yang menewaskan warga sipil Israel.

Jika Hamas melepaskan sandera tanpa mengakhiri perang, itu akan membuat mereka rentan terhadap serangan Israel yang lebih besar begitu gencatan senjata berakhir. Kegagalan mengamankan pertukaran tahanan besar-besaran akan membuat Hamas jadi sasaran kritik keras dari pihak Palestina setelah kematian dan penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat serangan pada 7 Oktober.

Di sisi lain, jika Hamas berhasil mendapatkan gencatan senjata jangka panjang, penarikan pasukan Israel, dan pembebasan ribuan tahanan, itu akan dianggap sebagai pemenang perang, setidaknya oleh pendukungnya sendiri.

Baca Juga: Fakta Terbaru Negosiasi Hamas dan Israel yang Difasilitasi Mesir-Qatar: Makin Gencar tapi Sulit

Bos CIA William Burns dan bos Mossad David Barnea. Hamas hari Senin, (29/1/2024), menegaskan pembebasan tawanan yang mereka pegang akan memerlukan jaminan berakhirnya serangan Israel di Gaza dan penarikan semua pasukan Isrel dari Gaza. (Sumber: Times of Israel)

Titik Tengah yang Dicari Para Mediator Perundingan

Amerika Serikat, yang memberikan bantuan militer penting untuk serangan Israel, sebagian besar mendukung tujuan Israel dalam perang ini. Mereka menginginkan semua sandera dilepaskan dan jaminan Hamas tidak akan pernah bisa melakukan serangan seperti yang dilakukan pada 7 Oktober.

Tetapi pemerintahan Joe Biden juga punya kepentingan besar untuk mengakhiri perang yang telah menyebabkan ketidakstabilan regional dan memecah pemilih Demokrat menghadapi pemilihan presiden tahun 2024.

Negara-negara Arab, termasuk mediator kunci Mesir dan Qatar, telah meminta gencatan senjata sejak awal perang, atas kekhawatiran bahwa peang akan menciptakan ketidakstabilan yang lebih luas.

AS dan para mediator Arab tampaknya mencari titik tengah di mana sandera akan dilepaskan bertahap dalam periode dua bulan sebagai pertukaran untuk tahanan Palestina, bantuan kemanusiaan yang lebih dibutuhkan akan diizinkan masuk ke Gaza, dan pasukan Israel akan mundur sebagian.

Jeda dua bulan bisa memberikan waktu untuk merundingkan kesepakatan yang lebih besar.

Diplomat AS dan Arab telah berbicara tentang potensi kesepakatan besar di mana Arab Saudi akan mengakui Israel dan bergabung dengan negara-negara Arab lainnya, dan Otoritas Palestina yang didukung Barat membantu membangun dan mengelola Gaza, sebagai imbalan untuk jalan yang kredibel menuju pembentukan negara Palestina bersama Israel.

Tetapi Netanyahu, yang pemerintahannya menentang kemerdekaan Palestina, dan Hamas yang menolak mengakui Israel, juga telah menolak kemungkinan tersebut.




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x