Kompas TV internasional kompas dunia

Menlu Yordania: Israel Jelas Lakukan Kejahatan Perang di Gaza, Perang Bisa Melebar ke Timur Tengah

Kompas.tv - 19 November 2023, 07:50 WIB
menlu-yordania-israel-jelas-lakukan-kejahatan-perang-di-gaza-perang-bisa-melebar-ke-timur-tengah
Menlu Yordania Ayman Safadi menuduh Israel jelas-jelas melakukan kejahatan perang dan mengeluarkan kritik pedas terhadap perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza, hari Sabtu (18/11/2023), menggambarkannya sebagai "agresi terang-terangan" terhadap warga sipil Palestina yang mengancam untuk merambah Timur Tengah secara luas. (Sumber: AP Photo/Omar Sanadiki)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

AMMAN, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Yordania menuduh Israel jelas-jelas melakukan kejahatan perang dan mengeluarkan kritik pedas terhadap perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza, pada Sabtu (18/11/2023), menggambarkannya sebagai "agresi terang-terangan" terhadap warga sipil Palestina yang mengancam untuk merambah Timur Tengah secara luas.

Ayman Safadi memberikan penilaian kerasnya, menuduh Israel melakukan "kejahatan perang" dengan mengepung Jalur Gaza dan memutuskan pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Ini menunjukkan seberapa tegangnya hubungan antara Israel dan Yordania, yang mencapai kesepakatan perdamaian tahun 1994.

"Semua orang harus berbicara dengan jelas tentang bencana yang dibawa perang Israel, bukan hanya bagi Gaza, tetapi bagi kawasan secara umum," kata Safadi dalam pertemuan Manama Dialogue Institut Strategis Internasional di Bahrain, seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (18/11/2023).

"Ini bukan waktu untuk memutar kata. Ini waktu untuk menyatakan fakta apa adanya."

Menlu Yordania menegaskan, "Ini bukanlah tindakan membela diri. Ini agresi terang-terangan, korban dari agresi ini adalah warga Palestina yang tidak bersalah."

Israel belum menanggapi langsung komentar Safadi, yang mencakup seruan untuk gencatan senjata segera dan menghentikan pertempuran.

Namun, Brett McGurk, Koordinator Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih untuk Timur Tengah, hadir dan mengatakan "pembebasan sejumlah besar tawanan akan menghasilkan jeda signifikan dalam pertempuran dan gelombang besar bantuan kemanusiaan."

"Tidak ada kembali ke situasi 6 Oktober (sebelum Hamas menyerang pada 7 Oktober). Itu berlaku untuk Israel. Itu berlaku untuk Palestina," kata McGurk. "Tidak ada negara yang bisa hidup dengan ancaman teror seperti yang kita lihat dari Hamas pada 7 Oktober di perbatasan mereka. Dan pada saat yang sama, Palestina layak mendapatkan keamanan dan penentuan nasib sendiri."

Baca Juga: Palestina: Israel Perintahkan Semua Orang Kosongkan RS Al Shifa dan Pergi ke Selatan

Salat jenazah korban pengeboman Israel di Gaza. Menlu Yordania Ayman Safadi menuduh Israel jelas-jelas melakukan kejahatan perang dan mengeluarkan kritik pedas terhadap perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza, hari Sabtu (18/11/2023), menggambarkannya sebagai "agresi terang-terangan" terhadap warga sipil Palestina yang mengancam untuk merambah Timur Tengah secara luas. (Sumber: AP Photo)

Josep Borrell, diplomat tertinggi Uni Eropa menambahkan, "Paham sepenuhnya tanpa pembebasan para tawanan, tidak ada yang bisa dipecahkan."

Safadi kemudian memberikan tanggapan tajam terhadap itu, "Israel menyandera 2,3 juta warga Palestina."

Perang dimulai dengan serangan tak terduga Hamas pada 7 Oktober di selatan Israel. Hamas membunuh sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 240 pria, wanita, dan anak-anak, membawa mereka kembali ke Jalur Gaza.

Israel merespons dengan kampanye serangan udara, kemudian serangan darat yang mengepung Kota Gaza di bagian utara Jalur Gaza.

Lebih dari 11.400 warga Palestina dibunuh Israel lewat serangan udara ke perumahan, kamp pengungsi, sekolah, dan rumah sakit, dua pertiganya perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan Palestina. Ada juga laporan 2.700 orang hilang, diyakini terkubur di bawah puing.

Jumlah ini tidak membedakan antara warga sipil dan Hamas, dan Israel mengeklaim telah membunuh ribuan milisi.

Manama Dialogue tahunan di Bahrain biasanya berfokus pada kekhawatiran negara-negara Arab Teluk tentang Iran di wilayah tersebut.

Baca Juga: Yordania Berang atas Kebiadaban Israel di Gaza, Tolak Tandatangani Kesepakatan Energi dan Air

Warga shalat jenazah anak kecil korban yang terbunuh serangan Israel di Khan Younis. Menlu Yordania Ayman Safadi menuduh Israel jelas-jelas melakukan kejahatan perang dan mengeluarkan kritik pedas terhadap perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza, pada Sabtu (18/11/2023), menggambarkannya sebagai "agresi terang-terangan" terhadap warga sipil Palestina yang mengancam untuk merambah Timur Tengah secara luas. (Sumber: AP Photo)

Namun, perang Israel-Hamas tahun ini menjadi pusat perhatian, sebagian karena Bahrain dan Uni Emirat Arab mencapai kesepakatan pengakuan diplomatik dengan Israel pada tahun 2020.

Jumat malam, Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad Al Khalifa membuka pertemuan dengan seruan pertukaran tawanan antara Hamas dan Israel serta penghentian pertumpahan darah.

"Anda ingin menyebutnya gencatan senjata. Anda ingin menyebutnya jeda. Anda bisa menyebutnya apa pun yang Anda inginkan," kata sang pangeran. "Niatnya adalah penghentian serangan sehingga orang bisa mengevaluasi. Orang bisa mengubur korban tewas mereka. Orang akhirnya bisa mulai berduka. Dan mungkin orang bisa mulai bertanya-tanya tentang kegagalan intelijen yang menyebabkan krisis ini pada awalnya."

Mengomentari sebelum pertemuan hari Sabtu, Safadi menggambarkan pemerintahan Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, koalisi terkanan paling keras yang pernah memimpin negara itu, bertujuan mengusir Palestina dari Jalur Gaza. Dia mengatakan itu "akan menjadi ancaman langsung terhadap keamanan nasional" di Yordania dan Mesir.

"Selama bertahun-tahun mereka semua mengatakan satu-satunya cara untuk maju adalah dengan mengusir Palestina dari tanah leluhur mereka dan menghapus Palestina dari muka bumi," kata Safadi.

Setelah perang, Safadi mengatakan negara-negara Arab juga tidak akan "datang dan membersihkan kekacauan yang diperbuat Israel."

"Saya akan bicara sangat jelas. Saya tahu berbicara atas nama Yordania tetapi setelah mendiskusikan masalah ini dengan banyak pihak, hampir semua saudara kita, tidak akan ada pasukan Arab yang pergi ke Gaza. Tidak akan ada. Kami tidak akan mau dilihat sebagai musuh," katanya. "Bagaimana mungkin seseorang berbicara tentang masa depan Gaza ketika kita tidak tahu seperti apa Gaza yang akan tersisa setelah agresi ini berakhir?"

Baca Juga: Murka, Yordania Siagakan Pasukan di Perbatasan Israel, Buka Semua Opsi dan Kaji Ulang Perdamaian

Seorang ibu warga Gaza dan anaknya korban pengeboman Israel. Menlu Yordania Ayman Safadi menuduh Israel jelas-jelas melakukan kejahatan perang dan mengeluarkan kritik pedas terhadap perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza, pada Sabtu (18/11/2023), menggambarkannya sebagai "agresi terang-terangan" terhadap warga sipil Palestina yang mengancam untuk merambah Timur Tengah secara luas. (Sumber: OHCHR / United Nations)

Safadi bersikeras satu-satunya cara ke depan adalah solusi dua negara untuk Israel dan Palestina, meskipun proses perdamaian sudah mati selama bertahun-tahun.

McGurk juga menawarkan apa yang dia gambarkan sebagai "lima tidak" untuk perang ini: "Tidak ada pengusiran paksa, tidak ada pendudukan kembali, tidak ada pengurangan wilayah, tidak ada ancaman terhadap Israel, tidak ada pengepungan."

Sementara itu, upaya untuk Israel mencapai kesepakatan pengakuan diplomatik baru dengan negara-negara Arab, terutama Arab Saudi, tampaknya langsung mampet.

Mengabaikan isu Palestina dalam upaya menciptakan perdamaian regional adalah suatu kesalahan yang akan berujung pada bencana. Situasi saat ini, yang hanya berfokus pada perang daripada proyek regional atau integrasi, merupakan bukti dari dampak dari pendekatan yang keliru tersebut.

"Kami sudah mengatakan, adalah sebuah kesalahan ketika menganggap bahwa Anda bisa melewatkan isu Palestina untuk menciptakan perdamaian regional," katanya. "Hal ini hanya akan membawa bencana. Dan sekarang kita berada di sini. Tunjukkan kepada saya siapa yang membicarakan proyek regional selama perang ini, pada saat ini, siapa yang membicarakan tentang integrasi? Semuanya berkisar pada perang." kata McGurk.

Namun, McGurk menegaskan Palestina punya peran penting dalam setiap kesepakatan diplomatik yang mungkin terjadi antara Israel dan Arab Saudi.

"Dalam hal ini, apa yang benar sebelum 7 Oktober sekarang bahkan lebih benar," katanya. "Isu sentral itu harus diatasi. Dan seiring Hamas menurun, kami bertekad untuk membantu mengatasinya."


 

 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x