Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Rusia Kembali Hajar Ukraina dengan Serangan Rudal Besar-Besaran

Kompas.tv - 9 Maret 2023, 21:42 WIB
rusia-kembali-hajar-ukraina-dengan-serangan-rudal-besar-besaran
Beberapa sepatu anak-anak tampak di antara reruntuhan gedung sekolah nomor 62 yang berada di sebuah jalan di mana bentrokan pertama antara pasukan Rusia dan Ukraina terjadi setahun lalu di Kharkiv, Ukraina, seperti terlihat pada Jumat, 24 Februari 2023. Serangan besar-besarn Rusia menghantam beberapa wilayah Ukraina Kamis pagi (9/3/2023). (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

KIEV, KOMPAS.TV - Serangan besar-besaran Rusia menghantam beberapa wilayah Ukraina, Kamis pagi (9/3/2023), termasuk ibu kota Kiev, pelabuhan Laut Hitam Odesa, dan kota terbesar kedua Kharkiv.

Serangan tersebut mematikan listrik di beberapa daerah dan menewaskan sedikitnya enam orang, kata pejabat regional seperti dilaporkan The Straits Times, Kamis.

Serangan Rusia menyerang wilayah yang luas, termasuk kota-kota yang membentang dari Zhytomyr, Vynnytsia, dan Rivne di barat hingga Dnipro dan Poltava di Ukraina tengah.

Pada Kamis, Rusia mengonfirmasi gelombang serangan baru.

Mereka mengatakan serangan, termasuk dengan rudal hipersonik Kinzhal, dilakukan sebagai respons atas insiden perbatasan awal bulan ini.

"Sebagai respons terhadap aksi terorisme pada 2 Maret oleh rezim Kiev di wilayah Bryansk, Angkatan Bersenjata Rusia melakukan serangan balasan massif," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan.

Rusia mengeklaim "nasionalis Ukraina" menyeberangi wilayah selatan Bryansk dan membunuh dua warga sipil. Sementara Ukraina menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "provokasi yang disengaja".

Wali Kota Kiev Vitali Klitschko mengatakan setidaknya dua orang terluka dalam serangan di ibu kota yang mematikan mesin pemanas di 40 persen wilayah kota tersebut pada Kamis.

Gubernur wilayah Odesa, Maksym Marchenko, mengatakan lewat Telegram, serangan roket massal mengenai fasilitas energi di kota pelabuhan itu dan memutus aliran listrik.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Memanas, Sekjen NATO: Bakhmut Bisa Jatuh dalam Hitungan Hari

Posisi pasukan Ukraina yang dihajar artileri Rusia di dekat Bakhmut pada 3 Maret 2023. Serangan besar-besaran Rusia menghantam beberapa wilayah Ukraina, Kamis pagi (9/3/2023), termasuk menghajar ibu kota Kiev, pelabuhan Laut Hitam Odesa, dan kota terbesar kedua Kharkiv. (Sumber: New York Times)

Gubernur wilayah Lviv barat Ukraina, Maksym Kozytski, mengatakan empat orang tewas saat rudal menghantam rumah mereka.

Sementara gubernur wilayah Dnipropetrovsk timur, Sergiy Lysak, mengatakan seorang pria berusia 34 tahun meninggal.

Gubernur wilayah Kharkiv, Oleh Synehubov, mengatakan kota dan wilayahnya dihantam 15 serangan, dengan target termasuk infrastruktur.

Serangan lain dilaporkan di kota Dnipro tengah dan wilayah-wilayah di seluruh negara.

Ukraina mengatakan pertahanan udaranya menembak jatuh hampir tiga puluh enam rudal yang ditembakkan oleh Rusia, yang menembakkan 81 rudal, termasuk enam rudal Kinzhal, dan delapan drone.

Terkait situasi di Bakhmut, pada Rabu (8/3/2023) malam, militer Ukraina mengatakan berhasil menahan serangan Rusia meskipun Rusia mengeklaim telah mengendalikan bagian timur kota tersebut.

Saat salah satu pertempuran paling berdarah dalam perang selama satu tahun ini, berlangsung di reruntuhan kota kecil itu, para pembela Ukraina – yang minggu lalu tampaknya bersiap-siap untuk mundur taktis – tetap bersikap keras kepala.

"Musuh terus melakukan serangan dan tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan penyerbuan ke kota Bakhmut," bunyi pernyataan Staf Jenderal Pasukan Bersenjata Ukraina di Facebook.

"Pertahanan kami berhasil menghalau serangan terhadap Bakhmut dan komunitas sekitarnya."

Pemimpin militer dan politik Ukraina kini berbicara tentang bertahan pada posisi mereka dan menimbulkan sebanyak mungkin korban pada pihak Rusia untuk mengurangi kemampuan bertempur mereka.

Baca Juga: Laporan Sementara Intelijen Barat: Pipa Nord Stream 2 Diduga Diledakkan Penyabot Ukraina

Tentara-tentara Ukraina menembakkan howitzer ke arah posisi pasukan Rusia di dekat Bakhmut, lokasi terjadinya pertempuraan sengit, di wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa, 7 Maret 2023. (Sumber: AP Photo/Libkos)

Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan dalam sebuah video pada Rabu, pertempuran mempertahankan Bakhmut dan sekitar wilayah Donbas adalah "prioritas utama" kami.

Dalam wawancara terpisah dengan CNN, ia mengatakan, "Kami berpikir di arah Donbas, Rusia memulai serangan. Ini merupakan serangan. Ini seperti agresi lambat karena mereka tidak memiliki cukup kekuatan dan tenaga."

Yevgeny Prigozhin, kepala kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner, mengatakan pasukannya telah merebut bagian timur Bakhmut.

Jika benar, pasukan Rusia akan menguasai hampir setengah kota dalam pengejaran mahal untuk kemenangan besar pertama mereka dalam beberapa bulan.

"Semua yang ada di sebelah timur Sungai Bakhmutka sepenuhnya berada di bawah kendali Wagner," kata Prigozhin lewat Telegram.

Sungai itu membelah Bakhmut, di pinggiran provinsi Donetsk, Ukraina yang sebagian besar sudah berada di bawah pendudukan Rusia. Pusat kota berada di sisi barat sungai.

Prigozhin pernah mengeklaim kesuksesan yang terlalu dini sebelumnya. 

Analis militer Ukraina, Oleg Zhdanov, mengatakan selain distrik Zabakhmutka di pinggiran timur Bakhmut, pasukan Rusia merebut distrik Ilyinivka di sisi utara.

"Situasinya kritis," katanya lewat sebuah video.

Ia menambahkan, pasukan Rusia juga membuat kemajuan di dekat Avdiivka di selatan Bakhmut serta di sebelah utara di sekitar Svatovo.

Baca Juga: Heboh Soal Rudal Kinzhal Rusia, Ini Perbedaan Rudal Hipersonik dan Kendaraan Luncur Hipersonik!

Sebuah gedung pusat kota di Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, terlihat rusak akibat gempuran pasukan Rusia, Jumat, 10 Februari 2023. Pemilik kontraktor militer swasta Grup Wagner Rusia yang terlibat pertempuran di Ukraina memperkirakan bahwa perang dapat berlangsung selama bertahun-tahun. (Sumber: AP Photo)

Kepala intelijen militer Lithuania mengatakan pada Kamis, Rusia memiliki cukup sumber daya untuk melanjutkan perang di Ukraina selama dua tahun.

"Sumber daya yang dimiliki Rusia saat ini cukup untuk melanjutkan perang dengan intensitas saat ini selama dua tahun," kata kepala intelijen, Elegijus Paulavicius, kepada wartawan di Vilnius.

"Berapa lama Rusia mampu melanjutkan perang juga akan tergantung pada dukungan untuk militer Rusia dari negara-negara seperti Iran dan Korea Utara. Tetapi jika Anda melihat apa yang dimiliki Rusia saat ini, seperti cadangan strategis, peralatan, amunisi, senjata - Rusia dapat melancarkan perang pada intensitas saat ini selama dua tahun," tambahnya.

Penilaian itu datang sehari setelah Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan Rusia sedang menerjunkan lebih banyak pasukan ke medan pertempuran.

"Mereka mengalami kerugian besar, tetapi pada saat yang sama, kita tidak dapat mengesampingkan Bakhmut pada akhirnya mungkin akan jatuh dalam beberapa hari mendatang," kata Stoltenberg sebelum digelarnya pertemuan tingkat menteri pertahanan Uni Eropa di Stockholm.

Ia mengatakan, hal ini tidak harus menjadi titik balik dalam perang tetapi menambahkan "kita tidak boleh meremehkan Rusia."

Para menteri pertahanan Uni Eropa setuju untuk mempercepat pasokan peluru artileri dan membeli lebih banyak peluru untuk membantu militer Ukraina, yang menghabiskan peluru lebih cepat daripada kemampuan produksi para sekutunya.

Dalam rencana tersebut, negara-negara Uni Eropa akan mendapatkan insentif finansial senilai 1 miliar euro untuk mengirim lebih banyak peluru artileri mereka ke Kiev. Sementara 1 miliar euro lainnya akan digunakan untuk mendanai pengadaan bersama peluru baru.

Baca Juga: Rusia Siap Bangun 6 Kapal Perang Mengerikan, Diperkuat Rudal Hipersonik Penghancur Kapal Induk

Rusia mengatakan telah mencaplok hampir 20 persen wilayah Ukraina dan mengatakan mengambil Bakhmut akan menjadi langkah menuju jatuhnya seluruh wilayah industri Donbas yang terletak di perbatasan.

Analisis Barat berpendapat nilai strategis Bakhmut tidak terlalu besar, meskipun kejatuhannya ke tangan Rusia akan membuat Presiden Vladimir Putin dan militer semakin bersemangat setelah serangkaian kekalahan dalam apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" itu.

Kiev mengatakan kerugian yang diderita oleh Rusia di sana dapat menentukan jalannya perang. Ukraina diperkirakan akan meluncurkan serangan balik ketika cuaca sudah membaik dan menerima lebih banyak bantuan militer Barat, termasuk tank.

Bulan-bulan pertempuran di timur menjadi salah satu yang paling mematikan dan merusak sejak Rusia menginvasi pada Februari 2022, memasukkan Bakhmut ke daftar kota-kota yang hancur termasuk Mariupol, Sievierodonetsk, dan Lysychansk.

Drone militer Ukraina menunjukkan skala kehancuran di Bakhmut, merekam blok apartemen terbakar dan asap membubung dari daerah permukiman.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan kurang dari 4.000 warga sipil - termasuk 38 anak-anak - dari populasi pra-perang sekitar 70.000 orang, tetap tinggal di Bakhmut.

Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat Avril Haines mengatakan kepada komite Senat, menurut Washington, militer Rusia tidak akan pulih dengan memadai pada tahun 2023 untuk membuat kemajuan besar.

Rusia menggambarkan invasinya terhadap Ukraina sebagai respons atas ancaman terhadap keamanan wilayahnya yang ditimbulkan dari kedekatan negara tetangganya itu dengan Barat.


 




Sumber : Kompas TV/Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x