Kompas TV internasional kompas dunia

Singgung Pertempuran 1958 Lawan China, Presiden Taiwan: Tak Ada Ancaman yang Bisa Goyahkan Kami

Kompas.tv - 24 Agustus 2022, 05:30 WIB
singgung-pertempuran-1958-lawan-china-presiden-taiwan-tak-ada-ancaman-yang-bisa-goyahkan-kami
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (tengah-kiri) saat menerima kunjungan delegasi Jepang di Taipei, Selasa (23/8/2022). (Sumber: Kantor Kepresidenan Taiwan via AP)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Iman Firdaus

TAIPEI, KOMPAS.TV - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menegaskan bahwa negaranya bertekad mempertahankan diri dari setiap ancaman. Ia menyinggung konflik bersenjata lawan China pada 1958 sebagai contoh keteguhan pertahanan diri negara-kepulauan tersebut.

Pertempuran 1958 atau umum dikenal sebagai Krisis Selat Taiwan Kedua adalah konflik bersenjata antara China lawan Taiwan. Konflik yang berlangsung pada 23 Agustus hingga 2 Desember 1958 ini berakhir dengan gencatan senjata.

Pada Selasa (23/8/2022), saat menerima tamu luar negeri dari lembaga wadah pemikir Institusi Hoover Universitas Stanford Amerika Serikat (AS), Tsai menyampaikan kehendak pertahanan diri tersebut.

Taiwan sendiri belakangan ini dikunjungi sejumlah tamu luar negeri usai kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi yang membuat China berang pada awal Agustus lalu.

Pada Selasa (23/8), Tsai menerima kunjungan delegasi parlemen Jepang dan peneliti AS. 

Baca Juga: Masih Panas, China Protes Kunjungan Gubernur Indiana dan Anggota Parlemen Jepang ke Taiwan

Ketika menerima delegasi Stanford, Tsai menyebut militer dan warga sipil bekerja sama menjaga Taiwan ketika krisis tahun 1958.

“Pertempuran untuk melindungi Tanah Air kami tersebut menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada ancaman macam apa pun yang dapat menggoyahkan tekad bangsa Taiwan mempertahankan negara mereka. Tidak pada masa lalu, tidak sekarang, tidak pada masa depan,” kata Tsai dikutip Associated Press.

Pernyataan Tsai ini disampaikan di tengah eskalasi situasi dengan China. Setelah kunjungan Pelosi, Beijing menggelar latihan militer besar-besaran di sekeliling Taiwan.

China menganggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya. Pemerintahan Xi Jinping telah menyatakan bahwa reunifikasi akan dilakukan, bahkan jika menunutut pengerahan kekuatan.

China memandang kunjungan tamu luar negeri ke Taiwan sebagai interferensi urusan dalam negerinya sekaligus mendorong Taiwan untuk meresmikan kemerdekaan. Taiwan selama ini memiliki kemerdekaan de facto dari China.

“Kami, juga, akan menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Taiwan punya tekad dan kepercayaan diri untuk menjaga perdamaian, keamanan, kemerdekaan, dan kesejahteraan kami sendiri,” kata Tsai.

Di tempat terpisah, Kementerian Luar Negeri China merilis pernyataan yang mengecam kunjungan delegasi Jepang. Delegasi ini dipimpin oleh Keiji Furuya, anggota parlemen berhaluan konservatif yang sebelumnya mengkritik tindakan militer Beijing.

China menyebut kunjungan delegasi Furuya “jelas mencampuri urusan dalam negeri China.”

“China sangat menyayangkan langkah mengerikan ini dan akan mengambil tindakan tegas dan kuat untuk mempertahakan kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” demikian tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri China.

Baca Juga: Mahathir: Amerika Serikat Berusaha Memprovokasi Perang di Taiwan
 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x