Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva (3-Terakhir): Kami Melihat Niat Tulus Indonesia Mencari Solusi Damai

Kompas.tv - 24 Mei 2022, 07:10 WIB
dubes-rusia-lyudmila-vorobieva-3-terakhir-kami-melihat-niat-tulus-indonesia-mencari-solusi-damai
Presiden Joko Widodo sebagai pemegang Presidensi G20 telah mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk hadir dalam perhelatan ke KTT G20 di Bali November mendatang.(Sumber: -)
Penulis : Iman Firdaus

 

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo sebagai pemegang Presidensi G20 telah mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk hadir dalam perhelatan ke KTT G20 di Bali November mendatang.

Rusia menyambut baik undangan tersebut. Bahkan Rusia mengapresiasi niat tulus Indonesi untuk mencari solusi damai atas krisis yang sudah berlangsung lebih dari tiga bulan ini.

"Kami sangat menghargai posisi Indonesia yang berimbang," kata Dubes Lyudmila Georgievna Vorobieva. Berikut petikannya dalam wawancara bersama jurnalis KOMPAS TV Frisca Clarissa, Senin (23/5/2022).  

Baca Juga: Jokowi Undang Putin dan Zelensky ke G20, DPR Fraksi Golkar Bilang Begini

Presiden Joko Widodo sebagai pemegang Presidensi G20 telah berkomunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, juga negara lain untuk mendukung solusi damai untuk mengakhiri invasi Rusia. Setelah Indonesia juga mengundang Ukraina, apakah Presiden Putin akan datang ke G20?

Kami sangat menghargai posisi Indonesia yang berimbang. Kami melihat niat tulus dari pihak Indonesia untuk mencari solusi damai atas krisis ini.

Tentu tidak ada satu orang normal pun akan mengatakan perang itu baik. Tentu saja perang selalu menjadi tragedi. Jadi, kami menghargai posisi berimbang Indonesia. Dan Indonesia sebagai Ketua G20 tentu berhak mengundang siapa pun yang mereka anggap perlu ke KTT G20. Undangan untuk Presiden Putin telah dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo.

Reaksi Presiden Putin?

Kami menerima informasi awal dari presiden bahwa dia memiliki niat untuk menghadiri G20 di Bali. Tetapi masih ada waktu lima bulan lagi sebelum KTT diselenggarakan. Tentu saja tergantung bagaimana situasinya berkembang.

Tetapi, sekali lagi, kami menghargai bahwa Indonesia telah mengambil sikap, tidak ada yang harus diasingkan dari KTT G20. Dan KTT G20 harus berkonsentrasi pada masalah keuangan serta ekonomi, bukan masalah politik.

Baca Juga: Jokowi: Presidensi G20 Indonesia Kami Manfaatkan untuk Memperjuangkan Kepentingan Negara Berkembang

Dalam pandangan Rusia, apakah G20 masih relevan dan efektif untuk mencapai tujuan KTT dalam situasi saat ini?

Tentu saja, jika tidak ada negara yang diasingkan, G20 tetap menjadi satu-satunya forum internasional yang prioritasnya mencari jalan keluar dari berbagai masalah ekonomi dan keuangan yang semakin parah. Sebenarnya, hal itu terjadi karena kebijakan sanksi pihak Barat. 

Tentu sangat penting bagi dunia untuk mencari solusi. Sekali lagi, Indonesia mewakili suara negara-negara berkembang sehingga dapat didengar di kancah global. Dan bahwa perubahan ini sekarang mengalami transformasi besar menjadi lebih penting.

Kebijakan luar negeri Indonesia tidak memihak. Bisakah Indonesia menjadi mediator atau pihak ketiga untuk membantu kesepakatan damai terjadi antara Rusia dan Ukraina?

Saya benar-benar ragu bahwa mitra Barat kita akan mengizinkan kesepakatan damai terjadi antara Rusia dan Ukraina. Mereka melakukan apa pun yang mereka bisa untuk membuat krisis ini berlangsung selama mungkin yang akan kita lihat.

Menunggu dan melihat saja tentang ini?

Tentu saja orang-orang dan Rusia ingin melihat krisis ini diselesaikan sesegera mungkin dan perang harus berakhir. Tentu saja. Tetapi masalahnya adalah apa yang terjadi di Ukraina memiliki implikasi geopolitik yang sangat serius, tentu saja. Dan begitu banyak aktor yang terlibat dalam situasi ini. Mayoritas aktor ini adalah mereka yang tidak memiliki niat untuk menyelesaikan krisis ini.

Dan saya tidak berbicara tentang Rusia. Kami ingin menyelesaikan situasi ini dan melakukan operasi ini sesegera mungkin karena kami tidak ingin melihat lebih banyak korban. Kami ingin menyelamatkan Ukraina dan kami melakukan itu.

Baca Juga: Respons Amerika Soal Presiden Jokowi Undang Putin ke G20

Dan contoh yang sangat baik adalah menyerahkan diri. Dari Batalyon Azov di Azovstal tidak ada serangan, tak ada pengeboman besar-besaran, dan mereka menyerah. Hidup mereka diselamatkan. Tetapi sayangnya, banyak pihak ingin krisis ini berlangsung lama. Dan jelas itu bukan Rusia.

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x