Kompas TV internasional kompas dunia

Laporan PBB: 2.000 Tentara Anak Rekrutan Pemberontak Houthi Yaman Tewas Terbunuh dalam Pertempuran

Kompas.tv - 30 Januari 2022, 15:14 WIB
laporan-pbb-2-000-tentara-anak-rekrutan-pemberontak-houthi-yaman-tewas-terbunuh-dalam-pertempuran
Laporan terbaru PBB mengatakan hampir 2.000 anak rekrutan pemberontak Houthi Yaman tewas dalam pertempuran antara Januari 2020 dan Mei 2021, dan kubu pemberontak itu terus mengelola kamp dan pelatihan yang memaksa anak-anak menjadi tentara anak dan pergi berperang ke garis depan. (Sumber: Al-Arabiya)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Purwanto

Rangkaian serangan udara koalisi terjadi menyusul dua serangan Houthi di dekat bandara internasional Abu Dhabi menggunakan rudal dan drone pengebom, menewaskan tiga orang.

Panel ahli mengatakan kelompok Houthi melanjutkan serangan udara dan laut mereka ke Arab Saudi, dengan target yang paling dekat dengan perbatasan dan dengan frekuensi beberapa kali seminggu.

Serangan tersebut berupa kombinasi drone dan roket artileri jarak pendek. Kubu pemberontak Houthi juga terus menyerang jauh di dalam Arab Saudi menggunakan drone jarak jauh serta rudal jelajah dan balistik, kata mereka.

Di Laut Merah, kata para ahli, alat peledak improvisasi yang terbawa air digunakan untuk menyerang kapal komersial yang berlabuh di pelabuhan Saudi, dalam beberapa kasus lebih dari 1.000 kilometer dari pantai Yaman. "Tampaknya hampir pasti perangkat tersebut diluncurkan dari 'kapal induk', yang akan menarik ranjau laut improvisasi itu pada sebagian besar perjalanan menuju wilayah sasaran," kata mereka.

“Tujuan dari serangan ini terutama politik, yaitu Houthi ingin mendorong Riyadh menerima penyelesaian politik yang bermanfaat bagi mereka,” kata para ahli.

“Ini sangat kontras dengan penggunaan rudal dan drone di Yaman, yang tujuannya seringkali untuk mencapai tingkat kematian maksimum.”

Baca Juga: Arab Saudi Sebut Penjara Sasaran Serangan Udara di Yaman Tidak Berstatus Dilindungi dalam Perang

Laporan terbaru PBB mengatakan hampir 2.000 anak rekrutan pemberontak Houthi Yaman tewas dalam pertempuran antara Januari 2020 dan Mei 2021, dan kubu pemberontak itu terus mengelola kamp dan pelatihan yang memaksa anak-anak menjadi tentara anak dan pergi berperang ke garis depan. (Sumber: Guardian)

Laporan setebal 303 halaman itu mengatakan pelanggaran hukum kemanusiaan dan HAM internasional kini seperti menjadi “norma dibanding pengecualian” dalam konflik Yaman, mengutip penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, penghilangan paksa, penyiksaan dan perlakuan buruk “yang dilakukan oleh semua pihak.”

Para migran menjadi sangat rentan terhadap pelanggaran hak asasi manusia, kata para ahli, dan di daerah-daerah yang dikuasai Houthi, penahanan dan sistem peradilan digunakan “untuk memadamkan oposisi atau perbedaan pendapat, terutama terhadap jurnalis, perempuan, dan kaum agama minoritas.”

Laporan tahunan PBB, yang mencakup peristiwa hingga 5 Desember 2021, mengatakan Houthi dan pasukan paramiliter yang setia kepada mereka terus melanggar embargo senjata PBB.

“Sebagian besar jenis drone, alat peledak improvisasi yang diluncurkan melalui perairan, dan roket jarak pendek, dirakit di daerah yang dikuasai Houthi menggunakan bahan yang tersedia secara lokal, serta komponen komersial, seperti mesin dan elektronik, yang bersumber dari luar negeri menggunakan jaringan perantara yang kompleks di Eropa, Timur Tengah dan Asia,” kata panel tersebut.

Para ahli mengatakan bukti menunjukkan komponen senjata dan peralatan militer lainnya “terus dipasok melalui darat ke pasukan Houthi oleh individu dan entitas yang berbasis di Oman.”

Oman, yang berbatasan dengan Yaman, tetap netral dalam perang dan merupakan satu-satunya negara regional selain Iran yang mempertahankan hubungan dengan Houthi.

Amerika Serikat dan Arab Saudi menuduh Iran memasok senjata ke kelompok Houthi sehingga melanggar embargo senjata.

Para ahli melaporkan penyitaan beberapa timbunan pasokan senjata buatan Iran, namun Iran membantah terlibat memasok senjata kepada pemberontak Houthi.



Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x