Kompas TV internasional kompas dunia

Korut Tembak Rudal Balistik Jarak Jauh, Mampu Hantam Sasaran hingga 1.500 Km

Kompas.tv - 13 September 2021, 10:02 WIB
korut-tembak-rudal-balistik-jarak-jauh-mampu-hantam-sasaran-hingga-1-500-km
Peluru kendali balistik jarak jauh Korea Utara yang baru saja diuji coba, mampu menghantam sasaran di jarak 1.500km, seperti laporan KCNA, Senin 13 September 2021 (Sumber: BBC/KCNA)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

SEOUL, KOMPAS.TV - Korea Utara melakukan uji coba rudal jelajah jarak jauh yang sukses selama akhir pekan, media pemerintahnya, KCNA, mengatakan pada Senin (13/09/2021), di tengah kebuntuan yang berlarut-larut dengan Amerika Serikat mengenai denuklirisasi seperti dilansir Straits Times mengutip Bloomberg, Senin (13/09/2021)

Rudal-rudal itu terbang 1.500 km sebelum mengenai target mereka dan jatuh ke perairan teritorial negara itu selama tes yang diadakan pada hari Sabtu dan Minggu, kata KCNA.

Itu dilihat sebagai peluncuran rudal pertama Korea Utara setelah menguji rudal balistik jarak pendek taktis versi baru pada bulan Maret lalu.

Korea Utara juga melakukan uji coba rudal jelajah hanya beberapa jam setelah Presiden AS Joe Biden menjabat pada akhir Januari.

Pengembangan peluru kendali memberikan "signifikansi strategis untuk memiliki sarana pencegahan lain yang efektif dalam menjamin keamanan negara kita dan secara kuat menahan manuver militer pasukan musuh," kata KCNA.

“Dalam uji coba ini, tes rinci bagian-bagian peluru, sejumlah uji daya dorong di darat, berbagai tes penerbangan, tes kontrol dan panduan, tes kekuatan hulu ledak, dilakukan dengan sukses.”

Ini akan menjadi rudal jelajah pertama di Korea Utara yang secara eksplisit ditunjuk sebagai peran 'strategis',” kata Ankit Panda, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS. “Ini adalah eufemisme umum untuk sistem berkemampuan nuklir.”

Tidak jelas apakah Korea Utara telah menguasai teknologi yang dibutuhkan untuk membangun hulu ledak yang cukup kecil untuk dibawa pada rudal jelajah, tetapi pemimpin Kim Jong Un mengatakan awal tahun ini bahwa mengembangkan bom yang lebih kecil adalah tujuan utama.

Baca Juga: Hingga 2022 Korea Utara Diskors oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC)

Kim Jong-un ketika menghadiri perayaan kemerdekaan Korea Utara di Pyongyang, Rabu (8/9/2021) tengah malam waktu setempat. (Sumber: Associated Press)

Militer Korea Selatan tidak mengungkapkan apakah mereka telah mendeteksi tes tersebut, tetapi mengatakan pada hari Senin pihaknya sedang melakukan analisis terperinci bekerja sama dengan Amerika Serikat.

Rodong Sinmun, surat kabar resmi Partai Buruh yang berkuasa Korea Utara, memuat foto-foto rudal jelajah jarak jauh baru yang terbang dan ditembakkan dari peluncur darat.

Rudal itu adalah senjata strategis yang telah dikembangkan selama dua tahun terakhir dan elemen kunci dari rencana lima tahun yang digariskan pada Januari untuk memajukan ilmu pertahanan dan persenjataan, kata KCNA.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tampaknya tidak menghadiri tes tersebut, dengan KCNA mengatakan bahwa Pak Jong Chon, anggota politbiro kuat Partai Buruh dan sekretaris komite pusatnya, mengawasinya.

Korea Utara yang tertutup telah lama menuduh Amerika Serikat dan Korea Selatan melancarakan "kebijakan bermusuhan" terhadap Pyongyang.

Pembicaraan yang bertujuan untuk membongkar program nuklir dan rudal balistik Korea Utara dengan imbalan keringanan sanksi AS mandek sejak 2019.

Baca Juga: Tertipu Hidup 'Surga di Bumi' Selama Puluhan Tahun, Warga Jepang Gugat Pemerintah Korea Utara

Sebuah foto peluncuran rudal Korea Utara dipajang di Pos Pengamatan Unifikasi di Paju, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Korea Selatan, Rabu, 24 Maret 2021. (Sumber: AP Photo/Ahn Young-joon)

Pelaksanaan uji coba itu dilakukan hanya sehari sebelum kepala negosiator nuklir dari Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang bertemu di Tokyo untuk mencari cara memecahkan kebuntuan dengan Korea Utara.

Menteri luar negeri China, Wang Yi, juga dijadwalkan mengunjungi Seoul pada Selasa untuk melakukan pembicaraan dengan rekannya, Chung Eui-yong.

Pemerintahan Joe Biden di Amerika Serikat mengatakan pihaknya terbuka untuk diplomasi agar bisa mencapai denuklirisasi Korea Utara, tetapi tidak menunjukkan kesediaan untuk melonggarkan sanksi.

Pekan lalu, Korea Utara menggelar parade militer pertamanya sejak Joe Biden menjadi presiden AS, dengan pemimpin Kim Jong Un memimpin sebuah acara di mana pajangan persenjataan negaranya ditampilkan lebih sedikit dari pameran sebelumnya.

Tidak ada rudal balistik, yang lebih cepat dan lebih sulit untuk dicegat daripada rudal jelajah dalam parade tersebut, namun Kementerian pertahanan Korea Selatan menolak mengomentari berita itu.

Sung Kim, utusan AS untuk Korea Utara, mengatakan pada bulan Agustus di Seoul dia siap untuk bertemu dengan pejabat Korea Utara “di mana saja, kapan saja.” Pengaktifan kembali hotline antar-Korea pada bulan Juli meningkatkan harapan untuk memulai kembali negosiasi, tetapi Korea Utara berhenti menjawab panggilan ketika latihan militer tahunan Korea Selatan-AS dimulai bulan lalu, yang telah diperingatkan oleh Pyongyang dapat memicu krisis keamanan.




Sumber : Kompas TV/Straits Times/KCNA/Bloomberg


BERITA LAINNYA



Close Ads x