Kompas TV internasional kompas dunia

Badai Besar Hantam Teluk Benggala India, 120 Orang Dilaporkan Tewas

Kompas.tv - 20 Mei 2021, 23:57 WIB
badai-besar-hantam-teluk-benggala-india-120-orang-dilaporkan-tewas
Ujung ekor Topan Tauktae telah menyebabkan hujan turun di seluruh India utara. (Sumber: AFP) 
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Hariyanto Kurniawan

BENGGALA, KOMPAS.TV - Sebuah badai besar kembali terjadi di Teluk Benggala di lepas pantai timur India pada hari Kamis (20/5/2021), yang menyebabkan sedikitnya 120 orang dipastikan tewas.

Badai tersebut terjadi beberapa hari setelah keluarnya ramalan cuaca usai bencana angin topan terbesar, Topan Tauktae melanda bagian barat negara itu dalam beberapa dekade terakhir.

Para ilmuwan mengatakan, angin topan di wilayah berpenduduk padat itu menjadi lebih kuat karena perubahan iklim menyebabkan suhu laut yang lebih hangat.

Bahkan sebelum Topan Tauktae menghantam pantai Senin malam, hujan deras dan angin kencang menewaskan sekitar 20 orang di bagian barat dan selatan India.

Di Gujarat, angin kencang juga menghancurkan jendela, menumbangkan puluhan ribu pohon dan mematikan aliran listrik bagi sebagian besar warga. 

Baca Juga: Sepanjang 2021, 244 Tenaga Medis di India Gugur dalam Perang Melawan Gelombang Covid-19

Pada hari Rabu, menurut pejabat setempat, jumlah korban tewas dilaporkan meningkat menjadi 53 orang. 

Namun, jumlah korban bisa jauh lebih banyak, dengan surat kabar lokal mengatakan hampir 80 orang tewas di negara bagian itu. 

Sebagian orang yang tewas diakibatkan oleh runtuhnya rumah atau tembok.

Sekitar 200.000 warga dievakuasi sebelum topan terjadi dan beruntungnya, tidak ada masalah serius yang dilaporkan dari rumah sakit Covid.

Topan yang melemah saat bergerak ke timur laut juga menyebabkan hujan lebat di Allahabad dan New Delhi dan dilaporkan menjadi hari terbasah dan terdingin di bulan Mei dalam 70 tahun.

Baca Juga: Rekor Lagi! India Catatkan Angka Kematian Tertinggi, 4.529 Orang Meninggal Dalam Sehari

Instalasi minyak lepas pantai juga terkena dampak dengan gelombang setinggi delapan meter yang menghantam menyebabkan lepasnya satu alat pengebor minyak dan beberapa kapal pendukung dengan sekitar 700 orang berada di dalamnya.

Sebanyak 600 orang berhasil diselamatkan oleh angkatan laut, tetapi 49 orang tewas dan 26 lainnya masih hilang dari tongkang akomodasi untuk pekerja yang lepas dari jangkarnya saat badai dan tenggelam.

Sejauh ini, 37 jenazah telah ditemukan dan pesawat angkatan laut serta helikopter saat ini masih menjelajahi Laut Arab untuk mencari lebih banyak orang yang selamat.

Kepala Insinyur Kapal Rahman Shaikh mengatakan kepada Indian Express dari rumah sakit bahwa kapten dan perusahaan telah gagal menanggapi peringatan topan dengan cukup serius yang mengakibatkan tragedi itu terjadi. 

"Kami memiliki lubang besar. Air mulai masuk. Kami mencoba menggunakan sekoci penyelamat di sisi kiri, tetapi hanya dua yang bisa diluncurkan dan 14 (lainnya) bocor," katanya kepada surat kabar dikutip dari AFP

Baca Juga: Pakar Sebut Vaksin Covid-19 Buatan Amerika Serikat Efektif Lawan Varian Asal India

"Saya melihat kematian datang tetapi diselamatkan oleh rahmat Allah," katanya.

"Kami beruntung masih hidup," kata seorang anggota awak kapal setelah turun dari kapal angkatan laut di Mumbai pada Rabu.

"Kami bergantung pada tongkang dan untungnya jaket pelampung membantu kami saat air melewati kepala kami," tambahnya.

Dalam peringatan terbarunya, Departemen Meteorologi India mengatakan badai siklon akan melanda negara bagian Benggala Barat dan Odisha timur sekitar tanggal 26 Mei.

Para ilmuwan mengatakan, angin topan di bulan April dan Mei sebelum musim hujan memang sering terjadi. 

Baca Juga: Angkatan Laut India Temukan 22 Mayat dari Tongkang yang Tenggelam

Mei lalu, lebih dari 110 orang tewas setelah "topan super" Amphan melanda India timur dan Bangladesh yang meratakan desa, menghancurkan pertanian dan menyebabkan jutaan orang hidup tanpa listrik.

Meski begitu, korban badai siklon baru-baru ini jauh lebih rendah daripada bencana sebelumnya yang pernah menewaskan ribuan orang. 

Penurunan jumlah korban ini adalah akibat dari ramalan cuaca yang semakin baik dan rencana respons bencana yang lebih baik.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x