Kompas TV internasional kompas dunia

Malawi Bakar 19.610 Dosis Vaksin AstraZeneca Kedaluwarsa Meski Sempat Ditentang WHO

Kompas.tv - 19 Mei 2021, 23:25 WIB
malawi-bakar-19-610-dosis-vaksin-astrazeneca-kedaluwarsa-meski-sempat-ditentang-who
Menteri Kesehatan Malawi Khumbize Chiponda meletakkan vaksin-vaksin AstraZeneca yang sudah kedaluwarsa dalam sebuah insinerator atau tempat pembakaran di Rumah Sakit Pusat Kamuzu di Lilongwe, Malawi, Rabu (19/5/2021). (Sumber: AP Photo/Jacob Nankhonya)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Tito Dirhantoro

BLANTYRE, KOMPAS.TV - Malawi membakar 19,610 dosis vaksin AstraZeneca yang sudah kedaluwarsa di Rumah Sakit Pusat Kamuzu di ibukota Lilongwe, Rabu (19/5/2021).

Aksi pembakaran vaksinCovid-19 ini dilakukan di tengah seruan Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika yang sempat menentang pembakaran itu.

Melansir Associated Press pada Rabu (19/5/2021), Menteri Kesehatan Malawi, Khumbize Kandodo Chiponda, memimpin pembakaran itu.

“Kami menghancurkan vaksin-vaksin ini karena menurut kebijakan pemerintah, tidak boleh ada komoditas kesehatan kedaluwarsa yang bisa digunakan,” katanya.

“Secara historis, di bawah program imunisasi yang diperluas di Malawi, tidak ada vaksin kedaluwarsa yang telah digunakan.”

Chiponda menegaskan, pembakaran vaksin kedaluwarsa itu akan mencegah mereka yang memiliki persepsi negatif terhadap vaksinasi, memanfaatkan adanya vaksin kedaluwarsa sebagai alasan menghindari vaksinasi.

“Kami menghancurkan vaksin-vaksin ini di depan publik agar tetap dapat bertanggung jawab terhadap warga Malawi. Vaksin-vaksin yang kedaluwarsa tidak akan digunakan dalam program vaksinasi,” kata Chiponda.

“Atas nama pemerintah, saya meyakinkan seluruh warga Malawi bahwa tidak akan ada seorang pun yang diberikan vaksin Covid kedaluwarsa.”

Baca Juga: Program PBB COVAX Pastikan Beli 500 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Negara Miskin

Vaksin-vaksin yang dibakar itu merupakan sisa dari 102.000 dosis vaksin yang tiba di Malawi pada 26 Maret lalu. Vaksin-vaksin ini hanya memiliki masa edar selama 18 hari hingga kedaluwarsa pada 13 April. Sekitar 80.000 lebih dosis vaksin lainnya, yang didonasikan oleh Uni Afrika, kata Chiponda, berhasil digunakan dalam program vaksinasi.

Sebelumnya, WHO sempat meminta agar Malawi tak membakar vaksin-vaksin kedaluwarsa itu. Namun, sayang, kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Malawi, Joshua Malango, permintaan itu datang terlambat.

“Kami telah menghentikan observasi atas mekanisme penyimpanan yang layak dan vaksin-vaksin ini, bagaimana pun juga, akan tetap rusak,” katanya.

Baca Juga: Penelitian WHO: Jam Kerja Terlalu Panjang Sangat Berbahaya bagi Kesehatan dan Bisa Mematikan

Semula, WHO meminta negara-negara yang memiliki vaksin kedaluwarsa agar tetap menyimpan vaksin-vaksin itu sampai bisa ditentukan apakah vaksin-vaksin itu masih dapat digunakan atau tidak.

Namun, WHO kemudian menyatakan bahwa vaksin-vaksin yang sudah dikirimkan oleh pabriknya dengan tanggal kedaluwarsa yang sudah ditentukan, harus dihancurkan.

“Meskipun tindakan membuang vaksin sangat disesalkan dalam konteks program imunisasi, WHO merekomendasikan agar dosis-dosis kedaluwarsa ini dikeluarkan dari rantai distribusi dan dibuang dengan aman,” demikian bunyi pernyataan WHO pada 17 Mei lalu seperti dikutip dari BBC.

Baca Juga: Pakar WHO: Kasus Covid-19 India Hanya Ilusi, Aslinya Jauh Lebih Besar!

Penghancuran vaksin-vaksin kedaluwarsa itu disaksikan oleh sejumlah pejabat tinggi.

“Agar meningkatkan transparansi,” ujar sekretaris kesehatan Charles Mwansambo.

Malawi mendapatkan pengiriman pertama vaksin AstraZeneca sebanyak 360.000 dosis pada awal Maret lalu dari Covax, program Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menyediakan vaksin bagi negara-negara menengah dan miskin.

Setelahnya, Malawi kembali menerima pengiriman 50.000 dosis vaksin AstraZeneca dari pemerintah India. Ditambah donasi vaksin dari Uni Afrika, Malawi memiliki total 512.000 dosis vaksin AstraZeneca.

Hingga kini, sebanyak 212.615 dosis telah digunakan. Menurut CDC Afrika, Malawi memiliki 34.216 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi, termasuk 1.153 kematian.

Baca Juga: Apa Kabar Covax, Rencana Penyediaan Vaksin Bagi Negara-Negara Miskin Dunia?

Malawi, seperti halnya dengan negara-negara Afrika lainnya, bergantung pada vaksin AstraZeneca yang didistribusikan oleh Covax dan Uni Afrika.

Namun, kini pasokan vaksin tersebut terbilang langka karena India, penyedia vaksin utama bagi Covax, berhenti mengekspor vaksin.

India akan melanjutkan ekspor jika telah cukup memvaksinasi sebagian besar dari total populasinya yang mencapai 1,4 miliar penduduk.

Institut Serum India berharap memulai mengirimkan vaksin Covid-19 ke Covax dan negara-negara lain pada akhir tahun ini.

Keterlambatan ini jelas akan memperlambat upaya global mengimunisasi orang-orang demi melawan Covid-19.

Institut Serum India merupakan pembuat vaksin terbesar di dunia. Pada Maret lalu, perusahaan itu menunda seluruh ekspor vaksin Covid-19 demi mengatasi krisis Covid-19 yang melanda India.

Saat itu, WHO mengharapkan pengiriman vaksin Covid-19 dari India akan berlanjut pada bulan Juni. Keterlambatan ini akan mempengaruhi sekitar 90 juta dosis vaksin.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x