Kompas TV internasional kompas dunia

Pakar WHO: Kasus Covid-19 India Hanya Ilusi, Aslinya Jauh Lebih Besar!

Kompas.tv - 18 Mei 2021, 16:29 WIB
pakar-who-kasus-covid-19-india-hanya-ilusi-aslinya-jauh-lebih-besar
Sejumlah anggota keluarga tampak meletakkan karangan bunga di atas jenazah Rajendra Prasad Mishra (62) yang meninggal akibat Covid-19 sebelum dikremasi di tepi Sungai Gangga, Prayagraj, India, pada Sabtu (8/5/2021). (Sumber: AP Photo/Rajesh Kumar Singh)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Purwanto

NEW DELHI, KOMPAS.TV – Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkhawatirkan angka penularan kasus Covid-19 di India jauh lebih besar daripada laporan resminya. Kendati pada Senin (17/5/2021) kasus harian cenderung menurun, namun tingkat kematian masih berkisar di angka 4 ribu orang per hari.

Menurut WHO, angka penularan Covid-19 di India tidak dapat dijadikan patokan karena kurangnya pengujian di pedesaan, tempat Covid-19 menyebar dengan cepat. Pun, akses menuju tempat pelacakan sulit dijangkau.

Sejumlah ahli menyatakan, kendati angka kasus penularan Covid-19 mengalami penurunan selama beberapa hari terakhir, tidak ada kepastian bahwa penularan Covid-19 telah mencapai puncaknya. Ini lantaran kekhawatiran varian B.1617 yang lebih menular.

Kasus penularan baru dilaporkan telah mulai menurun sejak pekan lalu. Pada Senin (17/5/2021), Kementerian Kesehatan India mencatat angka 281.386 kasus baru selama 24 jam terakhir, turun di bawah 300.000 untuk pertama kali sejak 21 April. Angka kematian harian kini mencapai 4.106.

“Masih banyak bagian negara yang belum mengalami puncak, mereka masih naik,” kata kepala ilmuwan WHO Dr. Soumya Swaminathan seperti dikutip dari harian The Hindu melalui The Straits Times.

Baca Juga: Pemerintah India Benarkan Ratusan Jasad yang Terdampar di Tepi Sungai Gangga adalah Korban Covid-19

Ia merujuk pada tingginya angka positif nasional yang mengkhawatirkan. Angka itu hanya sekitar 20 persen dari tes yang dilakukan, dan ada kemungkinan bahwa yang terburuk akan terjadi.

“Pengujian masih belum layak dan cukup di sebagian besar negara bagian. Dan jika Anda lihat tingginya angka positif, sudah jelas bahwa kami tidak melakukan cukup pengetesan. Dan angkanya sesungguhnya tidak berarti apa-apa karena mereka mengambil sendiri; angkanya harus diambil dalam konteks seberapa banyak pengujian dilakukan, dan menguji angka positif,” papar dia.  

Gelombang epidemi pertama India yang memuncak pada September tahun lalu terkonsentrasi di kawasan perkotaan, dan tes pengujian Covid-19 dilakukan dengan lebih cepat. Gelombang kedua yang terjadi sejak Februari hingga kini, berkecamuk di kawasan pedesaan, tempat 2/3 dari 1,35 miliar penduduk India tinggal. Di kawasan pedesaan, tes pengujian Covid-19 terbilang masih sangat kurang.

“Penurunan kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di India hanya ilusi,” kata profesor kedokteran S. Vincent Rajkumar dari Klinik Mayo di Amerika Serikat melalui cuitannya di Twitter.

Baca Juga: India Darurat Covid-19, Amitabh Bachchan Sumbang Rp4 Miliar

“Pertama, karena terbatasanya tes, jumlah total kasus benar-benar di bawah angka sesungguhnya. Kedua, kasus yang terkonfirmasi hanya dapat terjadi di tempat yang bisa mengonfirmasi ini: kawasan perkotaan. Kawasan pedesaan tidak dihitung.”

Perdana Menteri Narendra Modi mendapat kecaman karena lambatnya peluncuran kampanye imunisasi di produsen vaksin terbesar dunia itu. Hingga saat ini, India telah memvaksinasi penuh lebih dari 40,4 juta orang, atau hanya 2,9 persen dari populasinya.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x