Kompas TV entertainment seni budaya

Kontroversi Pakaian Papua yang dikenakan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono, Bagaimana Menyikapinya?

Kompas.tv - 7 Desember 2022, 16:47 WIB
kontroversi-pakaian-papua-yang-dikenakan-kaesang-pangarep-dan-erina-gudono-bagaimana-menyikapinya
Kontroversi busana Papua yang dikenakan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono saat melakukan sesi prewedding. (Sumber: Instagram/@kaesangp)
Penulis : Fiqih Rahmawati | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Foto prewedding Kaesang Pangarep dan Erina Gudono saat mengenakan pakaian khas Papua langsung menuai kontroversi usai diunggah di akun Instagram @kaesangp pada Minggu (4/12/2022).

Tak sedikit netizen yang mengkritik penggunaan busana yang dikenakan oleh putra bungsu Presiden Jokowi itu.

Salah satu kritikan yang menyita perhatian datang dari Chief Editor Suara Papua, Arnold Belau. Dia mengatakan bahwa Kaesang seharusnya mengenakan koteka, bukan sali.

Baca Juga: Selain Larangan Pakai Batik Parang Lereng, Ini Aturan Tamu Undangan Pernikahan Kaesang dan Erina

Foto prewedding @kaesangp : Noken khas Wamena. Harusnya pake koteka. Bukan sali. Di Wamena sali biasanya hanya dipake oleh perempuan. Sali/cawat yg di foto itu khas pesisir pantai selatan (mimika we, Asmat, Merauke dan sekitarnya). Mungkin konsepnya yg penting Papua,” tulis Arnold di akun Twitternya, Minggu.

Menanggapi kontroversi yang muncul, antropolog dari Universitas Indonesia, Raymon M Menot, mengatakan bahwa Kaesang dan Erina sedang memakai busana tradisional, bukan busana adat Papua.


 

Busana tradisional mengandung unsur busana adat, bisa dikenakan seluruhnya atau sebagian. Sementara, busana adat memiliki aturan pemakaian dan kelengkapannya, sesuai pakem yang ada.

“Kenapa? Karena dalam busana adat terbentang status sosial secara adat dari orang yang memakainya. Umumnya demikian pada masyarakat adat di Nusantara. Pasti ada satu atau dua unsur elemen/atribut tertentu,” kata Raymon, seperti dikutip dari Kompas.id.

Baca Juga: Ini Gambaran Adat Panggih yang akan Dilakukan Jokowi di Pernikahan Kaesang-Erina

Namun demikian, pada busana yang dikenakan Kaesang dan Erina, Raymon mengatakan bahwa ada beberapa elemen yang memang tidak sesuai dengan busana suku yang ada.

"Misalnya, laki-laki Papua di pegunungan umumnya menggunakan koteka, tetapi laki-laki Papua di pesisir tidak. Lihat busana laki-laki orang Biak di Utara dan orang Kamoro di Selatan,” tambahnya.

Dalam kehidupan masyarakat pengusung budaya tersebut, mengenakan pakaian adat dalam acara adat mereka merupakan hal yang biasa. Akan menjadi sangat berharga jika orang di luar masyarakat pengusung budaya itu mengenakan pakaian adat mereka.

”Namun ya perlu sesuai dengan statusnya dalam adat. Kacau kalau kain yang harusnya digunakan bangsawan tapi dipakai orang biasa. Biasanya sih disuruh ganti,” ujarnya.

Terlepas dari kontroversi yang muncul, Raymon bilang bahwa mengenakan busana tradisional merupakan bentuk memuliakan budaya tradisional. 

”Tidak ada minus ketika mengenakan busana tradisional. Siapa lagi yang akan pakai kalau bukan bangsa kita sendiri. Minus itu kalau Presiden pakai busana tradisional Skotlandia di upacara 17an,” tandasnya.

Baca Juga: Saat Ngunduh Mantu Kaesang dan Erina Hari Minggu, Pengamanan Gereja di Solo Ditingkatkan

Senada dengan Raymon, desainer senior Edward Hutabarat tidak mempersoalkan busana prewedding Kaesang-Erina, sebab setiap individu memiliki pilihan masing-masing untuk berkontribusi dalam melestarikan budaya tradisional.

Edward bahkan berpendapat bahwa mengenakan pakaian adat dalam foto pranikah seperti Kaesang-Erina,  tak harus benar-benar terikat aturan adat. 

”Kan pasangan itu bukan ingin menghadiri pesta adat di mana tiap orang harus memakai pakaian adat sesuai pakem,” ujar Edward.




Sumber : Kompas.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x