Kompas TV entertainment lifestyle

3 Tips Mengatasi Konflik dengan Pasangan

Kompas.tv - 11 Agustus 2020, 15:34 WIB
3-tips-mengatasi-konflik-dengan-pasangan
Ilustrasi pasangan (Sumber: Kompas.com/Shutterstock)
Penulis : Desy Hartini

Penulis: Elsa Anindya

KOMPAS.TV - Dalam menjalani hubungan romantis bersama pasangan, tentunya tidak selalu diwarnai kebahagiaan. Ada kalanya kalian mengalami perbedaan pendapat maupun konflik dalam hubungan.

Namun, konflik yang dihadapi dengan tepat dan dimaknai pembelajarannya dapat membuat proses pengenalan diri satu sama lain menjadi lebih mendalam.

Selain itu, mengelola permasalahan dengan cara tepat, akan membuat hubungan kita lebih sehat. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi konflik dengan pasangan.

Baca Juga: Konflik Baim Wong dan QQPRO Lanjut, Astrid Geram Dituding Telah Terima Uang Ganti Rugi

1. Beri Ruang dan Waktu untuk Kendalikan Emosi

Saat menghadapi suatu konflik tubuh kita biasa langsung merespons melalu sistem flight or fight dalam otak. Respon langsung ini sebenarnya kurang dapat diandalkan dalam mengatasi konflik dengan pasangan.

Pasalnya, emosi yang menggebu-gebu justru hanya akan berdampak buruk seperti penggunaan intonasi tingi atau berteriak, penggunaan kekerasan fisik yang tidak diperlukan, hingga pengambilan keputusan tanpa pertimbangan matang.

Oleh karena itu, sebaiknya kendalikan emosi terlebih dahulu. Berikan ruang satu sama lain untuk memproses segalanya terlebih dahulu, minta waktu untuk berpikir dan mencari solusi permasalahan kalian dengan kondisi emosi yang lebih stabil.

Cara selanjutnya yang bisa kita lakukan untuk berada dalam kondisi yang lebih tenang adalah dengan menyadari napas dan mengatur ritme bernapas dalam ketukan 4-7-8.

Tarik napas yang dalam selama 4 detik, tahan napas selama 7 detik, dan buang naas secara perlahan selama 8 detik. Ulangi teknik pernapasan 4-7-8 sampai kamu benar-benar merasa rileks dan siap melakukan pembicaraan lagi dengan pasangan.

Baca Juga: 5 Fenomena Psikologi dalam Kehidupan yang Tidak Kita Disadari

2. Pengunaan I-statement Disertai Kalimat Asertif

Selama ini tanpa kita sadari, dalam berkonflik dengan pasangan mungkin kita sering bernada menuduh, menyalahkan, dan menuntut. Padahal tujuan kita sebenarnya hanya ingin pasangan dapat mengerti dan memahami perasaan yang kita alami.

Penyampaian yang kurang tepat kepada pasangan dapat membuat kesalahpahaman dan menjadikan perdebatan yang tidak diperlukan bahkan masalah malah semakin runyam.

Oleh karena itu, kita perlu berupaya agar komunikasi saat berkonflik lebih jelas dan berfokus solusi. Salah satunya dengan menggunakan i-statement disertai kalimat asertif.

Penggunaan i-statement disertai kalimat asertif menitikberatkan pada pernyataan yang berisi pengakuan diri atas apa yang sebenarnya dirasakan atas perilaku tertentu dan menyatakan dengan jelas dampak yang terjadi pada diri dikarenakan perilaku orang lain  tersebut.

Sederhananya, yaitu mengganti pernyataan menyalahkan “Kamu.....” menjadi kalimat pengakuan “Aku…..” lalu dilanjutkan dengan kalimat asertif, kalimat yang menyampaikan keinginan dan kondisi diri apa adanya yang disampaikan secara lugas, terus terang, tanpa berniat menyerang ataupun menyalahkan lawan bicara.

Baca Juga: Kokologi, Permainan Psikologi dari Jepang yang Bisa Ungkap Kepribadian

Mari lihat contoh kalimat-kalimat di bawah ini:

“Kamu masih sayang sama mantan kamu, ya!?”, bila menggunakan i-statement dan kalimat asertif menjadi “Aku merasa insecure dan tidak nyaman kalau temanmu membandingkan diriku dengan mantanmu, bisakah kamu membantuku untuk merasa lebih aman?”

“Kamu gak pernah ada waktu buatku”, dengan i-statement disertai kalimat asertif menjadi “Aku merasa kurang terkoneksi denganmu akhir-akhir ini, aku tahu kita sedang sama-sama sibuk, alangkah lebih baiknya kalau kita menyediakan waktu di akhir pekan untuk berkegiatan bersama”

Penggunaan i-statement disertai kalimat asertif ini dapat saling membantu satu sama lain untuk lebih mengerti kondisi sebenar-benarnya yang dialami oleh pasangan.

Selain itu, dengan terlatih menyatakan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan, kita dan pasangan dapat menjadi rekan untuk saling bertumbuh.

Belajar untuk memahami diri sendiri, menyatakan secara terus terang atas perilaku orang lain dan dampaknya terhadap diri kita, serta menyampaikan keinginan untuk menemukan solusi atas permasalahan yang dialami bersama.

Baca Juga: Batal Haji, Ini Dampak Psikologisnya.

3. Forgive and Forget

Kerap kali secara sengaja maupun tidak sengaja, saat kita berkonflik kita kembali mengungkit permasalahan-permasalahan di masa lalu yang sebenarnya sudah terselesaikan.

Padahal ada pepatah yang bilang forgive and forget, maafkan dan lupakan. Memang, muncul juga pepatah lainnya, yaitu forgive, but do not forget. Maafkan, tapi jangan lupakan. Akan tetapi, itu semua kembali lagi pada kebiijakan diri masing-masing.

Kita bebas memilih untuk memaafkan pasangan dan melupakan masalahnya, atau memaafkan masalahnya dan langsung melupakan pasangan. Namun, jika kita memilih untuk tetap menjalin hubungan dengan pasangan, pilihlah juga hal yang dapat membuat kita tenang.

Apabila sudah memutuskan untuk memaafkan dengan tulus, tentunya kita tidak boleh mengungkit-ungkit apa yang telah terselesaikan. Hindari mengungkit permasalahan yang lalu, saat sedang menghadapi permasalahan baru.

Mengungkit masalah di masa lalu hanya akan membuat perdebatan semakin panjang tiada akhir. Siapa yang bisa mengubah masa lalu? Toh, sampai saat ini belum ada satu pun ajaran atau penelitian yang membuktikan kita bisa mengubah masa lalu. Apabila kita mengungkit masa lalu, permasalahan baru yang terjadi saat ini malahan tidak bisa diselesaikan dengan baik.

Itulah mengapa pentingnya memastikan setiap permasalahan yang terjadi dengan pasangan telah benar-benar selesai dan termaafkan sehingga tidak malah timbul masalah karena kebiasaan mengungkit-ungkit permasalahan masa lalu.

Kalau pun ada yang mau diingat-ingat, ingatlah pembelajarannya. Sementara, kalian menerapkan prinsip saling memaafkan dan melupakan permasalahan, kalian juga perlu menerapkan prinsip untuk menyadari dan mengingat pembelajarannya.

Dengan demikian, pembelajaran dari tiap permasalahan di masa lalu dapat menjadi bekal untuk menghadapi situasi saat ini guna mewujudkan masa depan bersama yang lebih baik.

#Konflik #Tips 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x