Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Harga Terus Naik, Beras Jadi Komoditas Pemicu Inflasi Indonesia

Kompas.tv - 1 Maret 2024, 04:05 WIB
harga-terus-naik-beras-jadi-komoditas-pemicu-inflasi-indonesia
Seorang pedagang beras di pusat penjualan beras di Pasar Baru Kudus, Jawa Tengah menata beras yang baru saja dibeli, Senin (19/2/2023). (Sumber: Akhmad Nazaruddin Lathif/Antara)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Desy Afrianti

Naiknya harga beras pun berkebalikan dengan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang berangsur turun. Dalam sepekan terkahir, 22-29 Februari 2024, harga rerata nasional GKP tersebut turun tipis dari Rp 7.170 per kg menjadi Rp 7.110 per kg.

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Bustanul Arifin menyebut fenomena El Nino menjadi penyebab utama kenaikan harga beras belakangan ini. Namun, menurutnya, faktor produktivitas padi yang masih rendah juga tidak bisa diabaikan.

Produktivitas padi nasional hanya naik tipis sekali dari 5,24 ton per hektar pada 2022 menjadi 5,26 ton per hektar pada 2023.

”Karena terlalu mengandalkan luas panen, makanya begitu luas panen terganggu El Nino, produktivitasnya juga tidak akan naik,” kata Bustanul dikutip Kompas.id.

Bustanul menyebut produktivitas padi Indonesia saat ini berada di fase pertumbuhan mendatar atau leveling off di angka sekitar 5 persen. Hal tersebut terjadi sejak Indonesia mengalami lompatan produksi padi dari 2,64 ton per hektare pada 1976 menjadi 5,14 ton per hektar pada 2014.

Indonesia diketahui kalah dari negara tetangga, Vietnam dan Thailand dalam hal lompatan produksi padi yang mencapai rerata 6 ton per hektare. Kenaikan produktivitas itu terjadi karena kedua negara tersebut menerapkan penggunaan benih unggul hasil riset serta melakukan inovasi dan adaptasi teknologi.

”Kedua negara itu telah menerapkan pertanian presisi dan smart farming. Indonesia perlu belajar dari kedua negara tersebut,” kata Bustanul.

Sementara itu, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas Nyoto Suwignyo menyebut Perum Bulog terus berupaya menstabilkan harga dan pasokan beras. Salah satunya melalui dana dekonstrasi dari pemerintah pusat untuk mengendalikan inflasi.

Nyoto Suwignyo menyebut anggaran dana dekonsentrasi bagi pemerintah daerah pada tahun ini sebesar Rp 154,74 miliar. Namun, menurutnya, anggaran dekonsentrasi tersebut belum dimaksimalkan.

”Namun, masih banyak pemerintah provinsi yang belum memanfaatkan dana tersebut. Dari 38 provinsi, baru enam provinsi yang telah merealisasikan dana itu. Itu pun masih sangat kecil,” katanya.

Baca Juga: Harga Beras Masih Tinggi Jelang Ramadan, KPPU Bahas Bersama Kementerian dan Asosiasi Pengusaha




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x