Kompas TV cerita ramadan risalah

Mengenang Hadratusyaikh Hasyim Asy ari, Ulama Pendiri NU yang Wafat 7 Ramadan 1336 H

Kompas.tv - 10 April 2022, 03:05 WIB
mengenang-hadratusyaikh-hasyim-asy-ari-ulama-pendiri-nu-yang-wafat-7-ramadan-1336-h
Sosok Hadratusyaikh Hasyim Asy'ari pendiri NU dan ulama berpengaruh di Indonesia yang wafat 7 Ramadan. (Sumber: Tebuireng Online)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejarah Islam di Indonesia berhutang pada sosok Hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari. Ia adalah ulama yang bergeral Hadratusyaikh atau mahaguru dari ulama-ulama di Indonesia, sekaligus pahlawan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Beliau yang mencetuskan fatwa Resolusi Jihad yang mengilhami pertempuran heroik di Surabaya pada 10 November 1945. Sejarah mencatat, peristiwa ini jadi tonggak penting eksistensi Republik Indonesia di tengah agresi militer yang menginginkan Indonesia kembali jatuh ke tengan penjajah pasca kemerdekaan. 

Hadratusyaikh Hasym Asy’ari lahir pada Selasa, 14 Februari 1871 atau 24 Dzulqadah 1287 H di Pesantren Gedang, Tambakrejo, Jombang. Pesantren ini berada di 2 KM dari arah utara kota Jombang.

Dikutip dari buku Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari: Moderasi, Keumatan Kebangsaan (Kompas, 2010) karya Zuhairi Misrawi, sosok ini merupakan sosok penting bagi Islam di Indonesia.  

Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari merupakan sosok penting karena dua hal.

Pertama, Kiai Hasyim Asy’ari merupakan ulama yang secara konsisten mengembangkan dan mengusung paham ahlusunnah waljamaah.

Di Indonesia, paham ini dianut oleh mayoritas oleh umat Islam di Indonesia. Ahlussunah wal jamaah adalah paham keagamaan yang dalam akidah berpegang pada teologi al-Asy’ariyah dan al-Maturidiyah.

Dalam fikih pada empat mazhab besar dalam Islam, yakni Mazhab Syafii, Hanafi, dan Hambali dan Maliki. Sedangkan pada ranah tasawuf bersandar pada Imam Ghozali dan Imam Junaid al-Bagdhadi.

Konsekwensi dari metode berpikir ini membuat Ahlussunah wal Jamaah yang dibawa dan dikembangkan oleh Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari membuat Islam di Indonesia tidak kehilangan jati diri pada akar tradisi lokal nusantara, serta tidak menjadikannya terputus dengan jaringan keilmuan ulama-ulama dunia, khususnya berhaluan sunni yang moderat.

Kedua, Kiai Hasyim merupakan sosok penting karena mendirikan NU bersama sejumlah ulama. Organisasi ini didirikan pada tahun 1926 di Surabaya, Jawa Timur, dan berkembang terus hingga kini jadi organisasi Islam dengan pengikut terbesar di Indonesia.

Sosok Kiai Hasyim Asy’ari, menurut Zuhairi Misrawi dalam buku tersebut, menginspirasi banyak pihak agar berjihad di ranah pendidikan umat dan menjadikan paham ahlussunah wal jamaah sebagai fondasi membangun umat.

“Paham tersebut terbukti menjadikan Islam sebagai kekuatan konstruktif, yang salah satunya adalah setiap muslim tidak menganggap dirinya sebagai umat yang paling benar dan tidak mudah terjebak dalam klaim kebenaran,” tulis Zuhairi Misrawi.

Baca Juga: Prof Zakiah Daradjat, Sosok Ulama Perempuan, Ilmuwan dan Hamka versi Muslimah

Hadratusyaikh Hasyim Asy'ari Mendirikan NU

NU atau Nadhlatul Ulama bermakna kebangkitan ulama. Organisasi kebangkitan ulama itu secara resmi didirikan pada 16 Rajab 1344 hijriah atau bertepatan dengan 31 Januari 1926 Masehi, dengan KH Hasyim Asy'ari dipercaya sebagai Rais Akbar.

Berdirinya NU bukan sekedar keinginan untuk membangun barisan ulama belaka.

NU berdiri untuk merespons situasi dunia Islam kala itu, khususnya setelah tumbangnya khilafah Turki Usmani dan berganti jadi republik, serta Hijaz atau Arab Saudi yang mulai konservatif dengan naiknya Kerajaan Saud.

Dipimpin oleh KH Hasyim Asy’ari, para ulama ahlussunah wal jamaah merasa harus merapatkan diri guna menjaga agar mazhab ini senantiasa lestari dan terus berkembang di tengah pertentangan dan pergolakan pemikiran di dunia Islam.

Lewat NU pula, pemikiran beliau berkembang dan hingga kini melahirkan jutaan murid dan pesantren yang tersebar di seantero negeri untuk mewartakan Islam moderat lewat paham ahlussunah wal jamaah.

Beliau wafat pada 17 November 1964 atau pada 7 Ramadan 1443 Hijriah. Beliau dikebumikan di Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. 

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x