Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Bunga Acuan Naik Lagi, Gubernur BI Yakin Rupiah Menguat, Bisa Turun di Bawah Rp15.000?

Kompas.tv - 20 Januari 2023, 08:36 WIB
bunga-acuan-naik-lagi-gubernur-bi-yakin-rupiah-menguat-bisa-turun-di-bawah-rp15-000
Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya jadi 5,75 persen pada Kamis (19/1/2023) kemarin. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan itu akan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya jadi 5,75 persen pada Kamis (19/1/2023) kemarin. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan itu akan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. 

Perry memaparkan, nilai tukar rupiah mengalami penguatan sejak awal tahun 2023. Hingga 18 Januari 2023, rupiah menguat 3,18 persen secara point to point dan 1,20 persen secara rerata terhadap dollar AS dibandingkan dengan level Desember 2022. 

Menurut Perry, tren penguatan rupiah disebabkan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik. 

Penguatan rupiah juga ditopang oleh stabilitas yang terjaga, imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.

"Nilai tukar rupiah ke depan akan menguat sejalan dengan prospek ekonomi yang membaik dan akan menurunkan inflasi lebih lanjut," kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta,  seperti dikutip dari Kompas.com. 

Baca Juga: Mobil Pengangkut Uang Terbalik di Padang Pariaman, Uang Miliaran Rupiah Berhamburan

Perry menyebut jika rupiah menguat saat ini lebih baik dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. 

Misalnya seperti mata uang Peso Filipina menguat sebesar 2,08 persen sejak 1 Januari 2023 atau secara year to date (ytd), Ringgit Malaysia sebesar 2,04 persen ytd, dan Rupee India sebesar 1,83 persen ytd. 

Ia menekankan, rupiah harus terus menguat karena diperlukan untuk mengendalikan inflasi, terutama inflasi karena barang impor (imported inflation). Jika rupiah melemah, barang impor yang masuk ke RI harganya jadi lebih mahal, karena dibeli dalam dollar AS. 

"Nilai tukar Rupiah menguat sehingga mendukung stabilitas perekonomian," ucapnya. 

Ia menjelaskan, BI sudah melalukan beberapa upaya untuk menperkuat rupiah. Diantaranya dengan memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. 

Baca Juga: Kabar Gembira, Bunga KPR Belum Naik dan Cenderung Turun, BRI Termasuk

Kemudian, BI juga melanjutkan penjualan atau pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan suku bunga acuan dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah. 



Sumber : Kompas.com, Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x