Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Imbas Perang Rusia-Ukraina, Negara-negara Ini Batasi Ekspor Pangan

Kompas.tv - 8 Juni 2022, 10:57 WIB
imbas-perang-rusia-ukraina-negara-negara-ini-batasi-ekspor-pangan
Petani gandum di Mesir. Mesir sedang mencoba meningkatkan produksi gandum dalam negerinya karena perang menekan pasokan gandum internasional, yang diandalkan oleh negara-negara Timur Tengah dan Afrika untuk memberi makan jutaan orang yang hidup dari roti bersubsidi. (Sumber: AP Photo/Amr Nabil, File)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Perang Rusia-Ukraina telah membuat efek domino terhadap pasokan dan harga pangan dunia. Pasokan sejumlah bahan pangan kini semakin susah didapat dan harga hampir semua bahan pangan kini naik.

Hal itu membuat sejumlah negara mengamankan pasokan pangan untuk kebutuhan domestik mereka. Negara-negara tersebut akhirnya melarang ekspor pangan, yang akhirnya semakin memperketat pasokan global.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya ada 10 negara yang membatasi ekspor pangan dan pupuk.

Dikutip dari berbagai sumber, Ukraina sebagai negara yang diserang Rusia, membatasi ekspor gandumnya. Padahal Ukraina adalah salah satu produsen gandum terbesar di dunia.

Lalu ada Argentina yang melarang ekspor daging sapi hingga Desember 2023. Kemudian Azerbaijan yang membatasi dan melarang ekspor tepung, gluten gandum, biji minyak, tanaman obat dan industri hingga akhir tahun ini.

Baca Juga: Ingin Ekspor Gandum Ukraina Lewat Laut, Zelenskyy Minta Perlindungan Turki dan Inggris dari Rusia

Lalu Rusia melarang ekspor gandum, barley, jagung, minyak bunga matahari dan tepung bunga matahari hingga 31 Desember 2022. Selanjutnya Turki yang melarang ekspor biji-bijjan, minyak sayur, daging unggas, telur, sayuran, dan buah-buahan.

Ada juga Belarusia yang menjadi negara tetangga Ukraina yang membatasi ekspor beras, tepung gandum, pasta, jelai, soba, millet, triticale, biji rapeseed, bubur bit, dan makanan rapeseed.

Belum lama juga India yang melarang ekspor gandum, Malaysia melarang ekspor daging ayam. Bahkan Indonesia juga sempat melarang ekspor minyak kelapa sawit, namun saat ini larangan itu sudah dicabut.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ada juga negara yang membatasi ekspor pupuk. Yaitu Rusia, China, Vietnam, dan Kirgistan. Kebijakan negara-negara itu tentunya juga akan berdampak terhadap Indonesia.

Baca Juga: Luhut Teken Surat Audit Perusahaan Sawit dan Minyak Goreng Hari Ini

Salah satu dampaknya adalah kenaikan harga pangan, yang akhirnya membuat tingkat inflasi tinggi. Kondisi tersebut terjadi di sejumlah negara, dimana tingkat inflasi April 2022 lebih tinggi.

Selain kenaikan harga pangan, harga energi juga naik. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan tingkat inflasi di negara berkembang bisa mencapai 8,7 persen di bulan April.

“IMF di bulan April lalu melakukan revisi di mana untuk negara maju terjadi revisi dari 3,9 menjadi 5,7, kemudian untuk negara berkembang yang tadinya diperkirakan 5,9 menjadi 8,7 yoy,” kata Kepala BPS Margo Yuwono beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, harga bahan pangan yang naik di Indonesia adalah telur ayam ras, tepung terigu, daging sapi, dan mie kering instan.

Berdasarkan data BPS, inflasi komponen bahan makanan di Indonesia pada Mei 2022 sebesar 0,92 persen jika dibanding April 2022, month on month (mom). Lalu jika dibanding dengan Mei 2021, inflasi bahan pangan tercatat 5,93 persen year on year (yoy). Komponen ini pun memberi andil pada inflasi Mei 2022 sebesar 0,17 persen.

Baca Juga: Luhut Sebut Harga dan Stok Minyak Goreng Curah Akan Membaik dalam 3 Minggu

Sedangkan komponen energi memberi andil pada inflasi Mei 2022 sebesar 0,01 persen. Dengan sumbangan tersebut, komponen energi mencatat inflasi sebesar 0,04 persen mom pada Mei 2022. Dan bila dibandingkan dengan Mei 2021, terjadi inflasi sebesar 4,18 persen yoy.

“Tren kenaikan harga pangan dan energi ini bahkan sudah terjadi sejak awal tahun 2022. Memang hanya dipicu oleh krisis Rusia dan Ukraina yang kemudian mengganggu suplai. Ini kemudian memengaruhi kondisi global,” kata Margo.

Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut kenaikan biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk akan memperburuk krisis pangan, energi dan ekonomi di negara-negara miskin.

"Ini mengancam puluhan juta orang ke jurang kerawanan pangan, diikuti oleh kekurangan gizi, kelaparan yang massal dan ekstrem, dalam krisis yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun," ujar Guterres.



Sumber :



BERITA LAINNYA



Close Ads x