Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Sorgum, Pangan Sehat yang Kalah Pamor dengan Gandum Mulai Dikembangkan

Kompas.tv - 30 Agustus 2021, 11:29 WIB
sorgum-pangan-sehat-yang-kalah-pamor-dengan-gandum-mulai-dikembangkan
Beras sorgum sebagai salah satu sumber karbohidrat masyarakat NTT. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV – Sorgum merupakan sumber pangan yang mengandung berbagai nutrisi baik. Bahkan kandungan protein dan kalsium pada sorgum lebih tinggi dari beras.

Sayangnya, sumber pangan ini kalah pamor dengan beras dan gandum. Padahal, di tingkat global, sorgum masuk dalam lima besar sumber pangan setelah gandum, pagi, jagung, dan jali-jali (barley).

Masyarakat di Nusa Tengagara Barat sendiri sudah lama mengenal biji sorgum yang menjadi bahan pangan alternatif beras.  Oleh karena itu, melihat ketahanan pangan nasional Indonesia masih rawan lantaran kebutuhan pangan saat ini sangat bergantung pada beras. Sorgum bisa menambah pilihan sajian konsumsi di antara banyak ragam pangan pokok di Indonesia.

Melansir dari Kompas.id, beras mengandung protein 6,8 persen per 100 gram dan kalsium 6 persen per 100 gram.  Sementara sorgum mengandung protein sampai  11 persen per 100 gram dan kalsium 28 persen per 100 gram.  Sorgum juga memiliki nilai indeks glikemik  rendah sehingga cocok untuk pasien diabetes.

Keunggulan yang lain dari sorgum adalah lebih adaptif. Sorgum bisa tumbuh  dengan baik di lahan basah dan kering. Karena itu, sorgum amat potensial untuk ditanam di daerah dengan curah hujan sedikit. Di Indonesia terdapat 37.000 kilometer persegi lahan kering dan marjinal.

Bahan baku sirup

Berbagai keunggulan ini membuat para peneliti di  Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengembangkan varietas unggul dari tanaman sorgum.

Baca Juga: Provinsi Kalbar Bakal Kembangkan Sorgum di Lahan 100 Hektar Tahun 2022

Tak hanya mengembangkan sorgum sebagai sumber pangan, para peneliti juga mengembangkannya sebagai pakan ternak dan sorgum manis sebagai bahan baku sirup/gula.

Peneliti pemuliaan tanaman Batan, Soeranto Human menyampaikan, dengan teknologi nuklir, varietas atau genetik tanaman sorgum bisa dikembangkan menjadi lebih baik. Keragaman genetik dari benih sorgum juga lebih cepat didapatkan. Tanaman yang dihasilkan pun lebih unggul.

Untuk benih sorgum  sebagai sumber pangan, tanaman yang dihasilkan memiliki batang lebih pendek dan jumlah biji lebih banyak. Dengan batang  lebih pendek membuat tanaman lebih tahan saat tertiup angin.

Nasi Goreng Sorgum (Sumber: Kompas.id/Hendra A Setyawan)

Produktivitas varietas unggul ini 5-6 ton per hektar atau  bisa dua kali  rata-rata produksi tanaman sorgum secara umum. Ditargetkan, varietas ini bisa dikembangkan lagi  menjadi tujuh ton per hektar.

Untuk  benih sorgum yang dikembangkan sebagai pakan ternak, tanaman yang dihasilkan memiliki daun  lebih panjang dan batang  tinggi. Olahan sorgum untuk pakan ternak ini juga dapat disimpan lebih lama.

Sementara tanaman yang dihasilkan dari  benih sorgum manis dapat diolah sebagai bahan baku sirup ataupun gula. Nira dari batangnya ini pun bisa  difermentasi  agar menghasilkan bioetanol yang bisa dimanfaatkan sebagai bioenergi atau  bahan bakar kompor khusus ataupun kendaraan bermotor.

Pengembangan sorgum

Pohon sorgum (Sumber: Kompas.tv/Ant)

Di lain sisi, dalam pengembangan varietas unggul sorgum, Soeranto mengatakan, keterbatasan lahan untuk pelepasan benih dalam pengujian menjadi kendala. Selain itu, dukungan pendanaan untuk pengembangan varietas ini juga sangat terbatas.

“Untuk sorgum kita hanya mendapatkan dukungan pendanaan Rp 28 juta. Itu kecil sekali sehingga akhirnya kita melakukan kerja sama dengan mitra di luar negeri melalui IAEA (Badan Energi Atom Internasional),” katanya, seperti dikutip dari Kompas.id, Senin (30/8/2021).

Sebelumnya, Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan menyampaikan, pengembangan varietas tanaman unggul menjadi prioritas penelitian di Batan. Itu termasuk pada varietas unggul sorgum.

Sebagai bentuk dukungan, pemerintah  berencana  membangun fasilitas iradiator gamma merah putih. Saat ini baru ada satu iradiator gamma  di Indonesia, yaitu di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Pemanfaatan  sorgum bagi  ketahanan dan kemandirian pangan nasional ini perlu dukungan lebih lanjut. Selain perlu dukungan dana dan infrastruktur riset, diperlukan juga sosialisasi  lebih masif  untuk mengenalkan dan menjadikan sorgum sebagai sumber pangan harian masyarakat.

Baca Juga: Jaga Ketahanan Pangan dengan Memanen Sorgum

 



Sumber : Kompas TV/Kompas.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x