> >

Kisah Perantau Asal Padang yang Sukses Tinggalkan Jakarta, Waswas Sampai Tak Bisa Tidur Usai Sahur

Berita daerah | 25 April 2020, 15:20 WIB
Yani, calon penumpang di Bandara Halim Perdanakusuma, Makasar, Jakarta Timur, Jumat (24/4/2020). (Sumber: (Tribun Jakarta/Nur Indah Farrah Audina))

JAKARTA, KOMPAS TV - Seorang perantau asal Padang, Sumatera Barat, bernama Yani Fitri sukses meninggalkan Jakarta menuju kampung halamannya pada hari pertama diterapkannya larangan mudik, Jumat (24/4/2020).

Wanita berusia 35 tahun itu mengaku tidak tahu nasibnya akan seperti apa jika bertahan hidup di Ibu Kota di tengah pandemi Covid-19.

Yani sempat menceritakan kisahnya di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sebelum bertolak ke Padang.

Ia mengaku bekerja sebagai manajer penyanyi Minang. Karenanya, biasa berpergian antarprovinsi dan kota.

Namun imbas pandemi Covid-19 membuat sejumlah acaranya dibatalkan. Hal itu pun berdampak pada penghasilannya.

Baca Juga: Bisa Jadi Jalur Alternatif Mudik, Jalur Puncak Sepi Petugas

"Aku mau pulang ke Padang, memang orang tuaku di sana. Kerjaanku manajer penyanyi Minang dan kebetulan kemarin itu lagi ada promo film. Dari 18 kota, kita baru datangi dua kota dan sisanya di-cancel," kata Yani kepada TribunJakarta.com, Jumat (24/4/2020).

Selama di Jakarta, ia menyewa kamar kos dan bertahan hidup selama dua bulan dari uang simpanannya. Padahal, awalnya uang tersebut untuk orang tuanya di kampung.

"Aku sempat mikir dalam hati separah apa situasi ini dan ternyata memang seperti ini. Akhirnya dua bulan di kosan pakai uang simpanan saja. Ini uang buat orang tua malah dipakai untuk bertahan hidup di Jakarta," ujarnya.

Yani memilih pulang ke Padang menjelang awal Ramadan. Ia memutuskan pulang karena uang simpanannya sudah menipis.

"Akhirnya aku pesan tiket ke Padang naik maskapai Batik Air dan dapat penerbangan pukul 12.45 WIB. Waktu itu aku pesan tiket hari Rabu (22/4/2020)," ucapnya.

Awalnya, Yani sudah merasa lega karena pemesan tiket melalui jasa travel sudah disetujui.

Namun, pada Kamis (23/4/2020), ia merasa waswas usai membaca berita terkait Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H.

Seperti diketahui, Pasal 19 Permenhub menyebutkan larangan sementara penggunaan transportasi udara untuk setiap warga negara termasuk maskapai penerbangan komersial maupun pesawat pribadi.

Dalam pasal itu disebutkan, transportasi udara tidak diperbolehkan menuju wilayah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan atau yang sudah ditetapkan sebagai zona merah Covid-19.

"Di situ sudah mulai ragu. Hati saya ragu karena katanya mulai hari ini pukul 00.00 WIB, tak boleh melakukan penerbangan penumpang," katanya.

Baca Juga: Dibiarkan Lewat, Ini Indikasi Kendaraan Pemudik Menurut Petugas

"Di situ aku langsung mikir, kalau enggak bisa pulang berarti aku mati kelaparan di Jakarta. Sebab, aku sudah enggak ada uang simpanan sama sekali.”

Terlebih, pada Kamis (23/4/2020) merupakan hari terakhir dia menyewa indekos. "Ditambah hari ini kosan terakhir. Saya makanya sudah ragu. Kalau gagal berangkat, siapa yang mau nanggung hidup saya?" tutur dia.

Datang Lebih Awal

Hari yang ditunggunya pun tiba. Ia mengaku tak bisa tidur usai sahur hari pertama. Ia mulai mencari informasi bagaimana kondisi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta.

Yani kemudian memilih untuk berangkat ke bandara lebih cepat. "Dari di kosan saya sudah tanya teman soal Bandara Soetta ada penerbangan atau enggak. Makanya, ini saya berangkat lebih awal," ujarnya.

Sesampainya di lokasi, raut wajah Yani terlihat gusar. Sambil membawa barang bawaannya, ia bertanya ke pusat informasi dan sejumlah petugas untuk kepastian keberangkatannya hari ini.

"Tadi nanya, tapi masih disuruh tunggu. Alhamdulillah ada kabar baik dan saya sudah bisa lakukan check in tiket," katanya.

Yani mengatakan, keluarganya di Padang sudah menyiapkan ruangan untuk dirinya melakukan karantina mandiri selama 14 hari sesuai protokol kesehatan.

"Jadi di sana sudah disiapkan kamar. Saya akan karantina mandiri selama 14 hari dan ada persyaratan yang sudah disiapkan," ucpnya.

Kamar yang disiapkan oleh keluarga Yani ialah kamar paling depan dengan sirkulasi udara lebih baik.

Baca Juga: Larangan Mudik, Sejumlah Penumpang Kapal Lolos Pemeriksaan Petugas

"Keluarga di kamar belakang dan kamar saya di depan. Jadi kalau mau berjemur saya bisa keluar lewat jendela," katanya.

Ia dan keluarganya juga sudah membuat aturan detail bagaimana hidupnya selama 14 hari di rumah. Begitu tiba di depan rumah, Yani akan memberikan pesan ke keluarganya.

Hal ini agar keluarganya segera menuju kamar belakang dan ia masuk ke rumah. "Jadi barang di tinggal di depan, saya masuk ke kamar. Pas saya di kamar baru mereka keluar," katanya.

Peraturan kedua yang disepakati dengan keluarganya ialah tak keluar kamar sampai 14 hari, sehingga untuk cucian kotor, makan sahur, dan berbuka akan diantarkan oleh orang tuanya.

"Setelah orang tua saya ketuk pintu, 5 menit kemudian saya baru ambil," kata Yani. (Nur Indah Farrah Audina)

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU