> >

Budayawan Ridwan Saidi Jawab Protes Warga Ciamis Soal Arti Galuh

Berita daerah | 14 Februari 2020, 16:13 WIB
Budayawan Betawi Ridwan Saidi saat ditemui di kediamannya, Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (12/2/2016) siang. (Sumber: KOMPAS.com/Andri Donnal Putera)

KOMPAS TV - Ridwan Saidi, Budayawan Betawi, menjawab keberatan warga Ciamis, Jawa Barat, terkait pernyataannya soal arti kata ‘Galuh’. 

Pria yang akrab disapa Babeh itu berkukuh bahwa kata Galuh artinya brutal. Ia merujuk pada Bahasa Armenia.

Dahulu kala, Babeh menjelaskan, masyarakat ras kaukasia yang tinggal bersama pribumi kerap menggunakan bahasa Armenia.

Di masa itulah, masyarakat pribumi akrab dengan istilah Galuh yang menurut Ridwan berarti brutal. Seiring berjalannya waktu, penduduk lokal ketika itu salah mengartikan istilah Galuh.

“Jadi, mereka (masyarakat Pribumi) enggak mengerti arti Galuh itu apa. Tapi, dalam bahasa Armenia Galuh itu artinya seperti yang saya katakan tadi. Itu ada kamusnya,” kata Ridwan seperti dikutip dari Kompas.com pada Jumat (14/9/2020).

Baca Juga: Revitalisasi Taman Ismail Marzuki, Budayawan: Jangan Dikooptasi Kepentingan Bisnis

Babeh mengaku heran kesalahan masyarakat pribumi zaman dahulu itu bisa bertahan, bahkan sampai sekarang.

Namun demikian, Babeh mengaku siap datang ke Ciamis jika diminta menjelaskan secara detail sejarah arti kata Galuh yang menurutnya disalahartikan itu. 

“Saya pasti akan datang jika diundang,” kata dia.

Seperti diketahui, kasus ini menjadi perdebatan bermula ketika Ridwan Saidi memberikan pernyataan bahwa tidak ada kerajaan di Ciamis, Jawa Barat. 

Pernyataan yang ditayangkan di Channel Youtube Macan Idealis itu menanyangkan Ridwan Saidi mengatakan ada kekeliruan dalam penamaan Galuh yang menurutnya berarti brutal.

Menanggapi pernyataan Ridwan, Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis, Yat Rospia Brata, angkat bicara. Ia menuturkan Ridwan Saidi asal sebut Galuh artinya brutal.

Menurut Yat, Galuh bermakna hati yang terdalam atau nurani. "Kata siapa (Galuh berarti brutal)," ujar Yat.

Baca Juga: Gelar Aksi Bela KPK, Budayawan Dipolisikan?

Yat menambahkan, banyak instansi yang memakai nama Galuh. Nama tersebut di antaranya dipakai nama universitas dan instansi militer.

"Kami (memakai nama) Universitas Galuh. Kalau dibilang Galuh berarti brutal, masak universitas brutal? Ada juga Brigif Galuh. Ini bahaya sekali mengartikan Galuh sebagai brutal," ujar Yat.

Karena itu, Yat meminta Ridwan Saidi membuktikan ucapannya dengan datang ke Ciamis, Jawa Barat, untuk menjelaskannya lebih jauh.

"Jika tidak hadir, kami akan laporkan segala persoalan ini ke polisi," kata Yat.

Sementara itu, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mempertanyakan alasan Ridwan Saidi mengartikan Galuh dengan brutal. "Dasarnya apa? Kita tidak ujuk-ujuk (tiba-tiba) ada Galuh," kata Herdiat.

Baca Juga: Budayawan Sumsel Berencana Polisikan Ridwan Saidi

"Hasil penelitian, pengkajian ahli, profesor yang meneliti. Barang-barang bukti peninggalan (kerajaan) Galuh ada secara otentik." 

Menurut Herdiat, masyarakat Tatar Galuh tidak merasa brutal. Sebaliknya, justru merasa bangga dengan nama Galuh.

Herdiat menambahkan, Galuh berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna permata. Itu sebabnya, Galuh diartikan dapat menimbulkan cahaya untuk menyemangati masyarakat.

Lebih lanjut, Herdiat mengancam Ridwan akan membawa persoalan ini ke ranah hukum. Dengan catatan, jika Ridwan tak mengklarifikasi ucapannya. 

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU