> >

Kisah Marc-Vivien Foe, Pahlawan Terlupakan Kamerun yang Meninggal di Atas Lapangan

Kompas sport | 12 Februari 2022, 07:14 WIB
Marc-Vivien Foe (kanan) berpose dengan Paolo Di Canio saat membela West Ham United pada 1999. Foe meninggal dunia pada 2003. (Sumber: Alastair Grant/Associated Press)

YAOUNDE, KOMPAS.TV - Marc-Vivien Foe adalah salah satu talenta terbaik yang pernah disaksikan Kamerun. Hidupnya yang singkat mewarnai masa gemilang The Indomitable Lions, meraih dua Piala Afrika pada 2000 dan 2002.

Kiprah gemilang Foe mesti berakhir secara tragis di semifinal Piala Konfederasi 2003. Ketika bertanding lawan Timnas Kolombia, pemain berposisi gelandang itu kolaps di tengah lapangan.

Marc-Vivien Foe tak sadarkan diri selama 45 menit dan upaya resusitasi kepadanya gagal. Ia dinyatakan meninggal dunia saat dibawa ke pusat medis Stade de Gerland, Lyon, Prancis.

Hasil otopsi menunjukkan bahwa Foe menderita kardiomiopati hipertrofik, sebuah kondisi jantung turunan yang meningkatkan risiko kematian tiba-tiba selama aktivitas fisik.

Kematian mendadak Foe membuat dunia sepak bola berduka. Saat itu, ia sedang menimba karier di Eropa, membela Manchester City setelah berkiprah di RC Lens, West Ham United, dan Olympique Lyonnais.

Di Kamerun, jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer dan dihadiri ribuan orang. Marc-Vivien Foe dimakamkan selayaknya pahlawan nasional yang gugur.

Baca Juga: Gento, Di Stefano, dan Puskas: Riwayat Lini Serang Terbaik pada Masa Keemasan Real Madrid

Pada saat kematiannya, Marc-Vivien Foe sedang membangun kompleks sekolah sepak bola di kampung halamannya di timur Yaounde. Saat itu pemerintah setempat berjanji akan meneruskan mimpi Foe tersebut.

Namun, 20 tahun kemudian, kompleks yang dibangun Foe tinggal reruntuhan.

Impian Foe yang terlupakan

Marc-Vivien Foe dimakamkan di kompleks bakal sekolah yang diinginkannya. Kuburan sang pemain menghadap lapangan sepak bola, tetapi bukanlah tipe lapangan yang dikehendakinya.

Menurut pantauan Associated Press pada 2 Februari 2022 lalu, situasi di sekitar makam Foe menyedihkan. Kematian sang pemain terasa lebih tragis dengan menyaksikan reruntuhan tempat impiannya.

Lapangan yang disediakan Foe sudah ditumbuhi pepohonan palem bertahun-tahun sebelumnya. 

Akan tetapi, kompleks tersebut masih digunakan untuk main bola oleh anak-anak setempat. Sepetak lapangan tanah dibuat dengan fasilitas seadanya.

Tiang gawangnya terbuat dari kerangka logam yang sudah bobrok dan condong ke satu sisi. Sekitar lapangan pun dipenuhi sampah.

Situasi sekitar lapangan tak kalah menyedihkan. Terdapat bangunan dengan tembok yang rontok di sana-sini, jendelanya pun hilang dicuri.

Tempat yang sedianya menjadi perwujudan mimpi Marc-Vivien Foe itu bahkan pernah dijadikan markas kriminal dan pecandu narkoba.

“Saya merasa paman saya telah dilupakan. Bahkan tidak ada yang datang dan menziarahi kuburnya. Ini menyedihkan,” kata Nama Mvogo, keponakan Foe.

Nama Mvogo, keponakan Marc-Vivien Foe, menziarahi makam pamannya di kompleks sekolah sepakbola yang terbengkalai di Yaounde, Kamerun, 2 Februari 2022. (Sumber: Sunday Alamba/Associated Press)

Nama Mvogo mengaku, kegiatan mengunjungi dan membersihkan kuburan pamannya setiap pekan. Namun, pemandangan terbengkalai di kompleks itu selalu membuatnya terpukul.

Mvogo berharap momen Piala Afrika 2021 yang digelar di Kamerun dan baru saja selesai dengan menempatkan Timnas Senegal sebagai juaranya, akan membuat pemerintah memerhatikan proyek sekolah Foe atau setidaknya menghargainya. Namun, nama Marc-Vivien Foe sama sekali tak disinggung.

Satu-satunya penghiburan bagi Mvogo adalah publik sepakbola Kamerun tak sepenuhnya melupakan sosok Marc-Vivien Foe. Kendati pemerintah tak menepati janjinya, sosok Foe tetap terkenang.

Ewodo Yves Laurent, pelatih sekolah sepak bola yang kini menggunakan kompleks Foe, mengatakan bahwa ia selalu menyinggung kiprah Foe untuk menginspirasi anak-anak, walaupun anak-anak itu belum lahir ketika sang pemain meninggal.

“Saya bicara kepada mereka tentang Marc-Viven Foe, yang mana juga memotivasi saya untuk datang ke sini. Ketika saya melihat apa yang diperbuatnya, dan kehidupannya, saya bertanya ke diri sendiri mengapa tidak melanjutkan mimpinya?” kata Laurent.

Patung Marc-Vivien Foe di kompleks sekolah sepak bolanya yang terbengkalai di Yaounde, Kamerun. Foto diambil pada 2 Februari 2022. (Sumber: Sunday Alamba/Associated Press)

Kini, dua sekolah sepak bola setempat menggunakan lapangan jelek dekat kuburan Foe. Anak-anak tetap semangat berlatih kendati memakai fasilitas tak layak.

Mvogo tak tahu apakah pemerintah atau siapa pun berniat melanjutkan pembangunan sekolah sepakbola Foe. 

Meskipun peluangnya tipis, kunjungan tokoh-tokoh tertentu ke makam Marc-Vivien Foe selalu membuatnya sedikit berharap.

Ia menyebut eks rekan setim pamannya di Timnas Kamerun, Eric Djemba-Djemba berziarah belakangan ini.

“Dia (Djemba-Djemba) mengatakan bahwa dia tidak mungkin tidak mampir ke sini ketika berada di Kamerun,” kata Mvogo.

Bagi Mvogo, kendati kompleks itu kini terbengkalai, setidaknya ingatan tentang Foe tetap hidup di kepala sebagian orang.

Baca Juga: Kamerun Dituduh Curangi Regulasi Covid-19 Piala Afrika, Eto`o: Tolong Hormati Negara Saya


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU