> >

Kisah di Balik Hubungan Harmonis Timnas Aljazair dengan Palestina

Kompas sport | 21 Desember 2021, 18:59 WIB
Pemain Timnas Aljazair merayakan kelolosan ke babak final Piala Arab 2021 dengan mengibarkan bendera Palestina. (Sumber: twiter.comshejae3a)

Perang kemerdekaan Aljazair tahun 1954-62 sangat memengaruhi kebjakan luar negeri negara tersebut dan bentuk dukungannya terhadap pembebasan negara-negara terjajah di seluruh dunia. 

Palestina sendiri mendirikan Palestinian Liberation Organization (PLO) sesaat usai Aljazair merdeka. 

Tahun demi tahun berlalu, tepatnya pada 1988, Aljazair dan PLO bertemu untuk mendeklarasikan negara Palestina.

"Kecintaan dan solidaritas Aljazair untuk Palestina sendiri muncul atas pengalaman memahami kehancuran yang diakibatkan penjajah," sebut jurnalis olahraga Aljazair, Maher Mezahi, dikutip dari Aljazeera. 

"Ada kesamaan sentimen membenci sistem (kolonial) itu," tambah Maher. 

Impak pembentukan negara Palestina sangat besar bagi rakyat Aljazair, terutama anak-anak muda masa kini yang mencintai sepak bola. 

Pada tahun 2019, ada gerakan protes pelengseran Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika. Gerakan protes ini disebut oleh komentator beIN Sport, Hafid Derradji, dimulai dari para suporter sepak bola di stadion-stadion. 

Menurut Tagreed Al-Amour, stadion-stadion sepak bola di Aljazair memiliki fungsi lain, sebagai tempat untuk mengukur kesadaran massa terhadap masalah sosial dan politik.  

Baca Juga: Kalahkan Beitar Jerusalem yang Anti-Palestina, Klub Sepak Bola Ini Dilarang Main di Markasnya

“Stadion sepak bola telah menjadi salah satu alat paling menonjol untuk menyuarakan dukungan, advokasi, atau meningkatkan kesadaran terhadap beberapa masalah politik dan sosial, melalui nyanyian, poster, atau lagu,” jelasnya.

“Stadion juga merupakan alat untuk mengukur kesadaran massa populer.”

Lewat stadion-stadion tersebut, muncullah salah satu chant suporter yang paling populer di Aljazair, 'Falasteen Chouhada' yang bisa diartikan 'Palestina, (tanah) para martir'. 

Usai perang kemerdekaan, Aljazair juga dijuluki sebagai 'Negara Sejuta Martir'.

Profesor Ilmu Politik Universita Oran, Youcef Fates, mengungkapkan 'Falasteen Chouhada' lahir dari kisah pembunuhan 500 rakyat Aljazair –yang mayoritas adalah anak-anak muda dan suporter sepak bola – oleh pemerintah pada kericuhan 1988. 

Versi lain 'Falasteen Chouhada' menurut Mahir Mezahi, juga menjadi tanda Intifada pertama. 

"Nyanyian itu adalah pokok lain dari tim nasional Aljazair. Tim nasional Aljazair telah menjadi semacam kendaraan untuk advokasi perjuangan Palestina di seluruh Aljazair," jelas Mezahi. 

Puncaknya, Timnas Aljazair dan Palestina melangsungkan pertandingan persahabatan pada 2016 silam, yang dihadiri 70.000 penonton. 

Dalam laga bersejarah tersebut, Palestina menang dengan skor 1-0. Tetapi, saat Timnas Palestina mencetak skor, puluhan ribu penonton tersebut riuh dalam suka cita. 

Dan tak lupa, mereka menyanyikan 'Falasteen Chouhada'. 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : aljazeera.com


TERBARU