> >

Cerita Jamaika, Negara Penghasil Banyak Pelari Cepat Dunia, Ini Rahasianya

Olimpiade tokyo | 4 Agustus 2021, 07:00 WIB
Trio sprinter putri Jamaika, Elaine Thompson-Herah, Shelly-Ann Fraser-Pryce dan Shericka Jackson saat final 100m putri di Stadion Nasional, Tokyo, Jepang, 31 Juli 2021 ketika mereka bertiga menyapu semua medali nomor atletik yang sangat bergengsi ini. (Sumber: Kompastv/Ant/Reuters)

SOLO, KOMPAS.TV- Pada Olimpiade Tokyo 2020 ini, pelari-pelari cepat Jamaika mendominasi cabang olahraga (cabor) atletik khususnya nomor-nomor lari jarak pendek.

Tak mengherankan, karena memang selama ini Jamaika terkenal sebagai negara penghasil sprinter-sprinter kelas dunia. 

Elaine Thompson-Herah, Shelly-Ann Fraser-Pryce dan Shericka Jackson diketahui sudah memperoleh tiga medali Olimpiade Tokyo 2020. Bahkan Thompson-Herah sukses membawa pulang medali emas 100m putri di Stadion Nasional yang menjadi arena utama Tokyo 2020.

Nama ketiga pelari itu seakan melengkapi sprinter Jamaika lainnya yang sempat berjaya. Sebut saja Usain Bolt, Warren Weir hingga Yohan Blake. 

Kenapa bisa seperti itu?  Mengapa Jamaika yang merupakan negara pulau seluas 11.000 km persegi atau hampir seluas Gorontalo dan berpenduduk 2,7 orang atau hampir sama banyak dengan jumlah penduduk Sulawesi Tenggara itu begitu menguasai lari jarak pendek dunia?

Baca Juga: Olimpiade Tokyo: Jamaika Sapu Bersih Medali Atletik 100 Meter Putri

Melansir Antara, Selasa (3/8/2021), ada anggapan bahkan setengah guyon bahwa rahasia Jamaika rutin menghasilkan sprinter kelas dunia adalah tanaman ubi.

Iya ubi, yang di Indonesia lebih sering dijadikan keripik atau kolak ketika puasa Ramadan tiba.

Menurut sejumlah peneliti, stimulan hyposteroid yang terkandung dalam ubi yang mudah sekali ditemukan Jamaika, adalah faktor yang membuat pelari negara ini merajai trek dan lintasan dunia mengalahkan pelari-pelari dari negara-negara maju yang memiliki pola latihan, fasilitas dan teknologi tinggi untuk membantu manusia berlari lebih cepat dari waktu ke waktu.

Eits, tapi bukan hanya itu saja. Hal ini seperti yang disampaikan sprinter Yohan Blake yang malah menunjuk tekad besar orang Jamaika menjauhi kemiskinan yang justru membuat pelari-pelari jarak pendek negara itu berlari lebih kencang. 

Menurutnya, cabor lari adalah harapan yang bisa menyulap nasib mereka.

“Ketika kami kecil dulu kami menghabiskan waktu di luar rumah, mengejar-ngejar mobil,” kata Blake seperti dikutip laman Firstpost.

Baca Juga: Sprinter Alvin Tehupeiory Terhenti di Urutan Kedelapan

Dan wahana untuk melarikan diri dari kemiskinan itu adalah kompetisi lari tingkat sekolah menengah atas yang disebut Inter-Secondary Schools Boys and Girls Championships yang lebih umum dikenal dengan ‘Champs’.

“Champs adalah awal dari semua ini. Turnamen ini mengubah Anda dari anak-anak menjadi orang dewasa. Ini salah satu kejuaraan tingkat SMA terbesar di dunia. Jika Anda mengikutinya maka Anda akan menyaksikan pelari-pelari sekaliber Bolt, Fraser-Pryce, Veronica Campbell, Elaine Thompson. Semua pelari ini muncul dari Champs,” ungkapnya lagi. 

Adapun Champs, kompetisi ini sudah ada sejak 1910 setiap tahun selama empat hari di Stadion Nasional di Kingston, ibukota Jamaika. 

Kendati hanya tingkat SMA, turnamen ini menarik perhatian puluhan ribu orang dan diliput oleh televisi dan media. Pada akhirnya, kompetisi ini menjadi kawah candradimuka untuk para pelari dalam membiasakan hidup di bawah sorotan dan tekanan publik.

Pada tahun lalu Champs ditiadakan gara-gara pandemi Covid-19, namun kemudian digelar lagi tahun ini. 

Para pencari bakat dari Amerika Serikat sering menyambangi Champs sembari menawarkan beasiswa kepada mereka yang paling potensial.

“Berkompetisi di Champs mengajari saya soal menang dan kalah. Kompetisinya sendiri mengesankan. Anda melawan yang terbaik, tak hanya saat final,” kata Blake.

Baca Juga: Sprinter Indonesia Alvin Tehupeiory Melesat ke Babak Utama

Sementara itu, Usain Bolt dalam otobiorafinya “Faster Than Lightning”, menyebut Champs sebagai ‘detak jantung keberhasilan atletik Jamaika.'

Karena pentingnya, sekolah-sekolah berlomba mencari bakat muda yang bisa mewakili mereka dalam Champs dan meraih medali. 

Begitu sekolah mendapatkan bakat yang diincarnya, maka sang bakat akan ditawari beasiswa pendidikan.

Faktor lainnya di balik sukses atletik Jamaika adalah pelatih. 

Berkat mantan perdana Michael Manley, Jamaika mempunyai GC Foster College of Physical Education and Sports sejak 1980. 

Di sini, pelatih-pelatih terbaik dihasilkan, yakni pelatih yang bisa mencari dan mengasah sprinter-sprinter berbakat.

Tetapi dalam catatan sejarah, sebelum era itu pun Jamaika kaya dengan sprinter kelas dunia. 
Sebelum merdeka dari Inggris pada 1962, sprinter-sprinter mereka memenangkan medali Olimpiade London 1948 dan Olimpiade Helsinki 1952. 

Di London, Arthur Wint menjadi pelari pertama Jamaika yang memenangkan emas Olimpiade nomor 400m, sedangkan Leslie Laing, Herb McKenley, dan George Rhoden memecahkan rekor dunia saat memenangkan medali emas estafet 4x400m di Helsinki.

Sejak era Bolt, dominasi atletik Jamaika itu kian besar. Tetapi sayang sudah tak ada Bolt di Tokyo 2020, pun tak ada sprinter putra Jamaika yang masuk 10 besar dalam peringkat 100m dan 200m.

Baca Juga: Yasmine Al-Dabbagh Cetak Sejarah, Sprinter Perempuan Arab Saudi di Olimpiade Tokyo 2020

Tapi tidak demikian halnya dengan sprinter putri yang lebih siap membuat gebrakan di Tokyo.
Di sektor ini, ada Fraser-Pryce yang saat ini sprinter putri nomor satu dunia, lalu Thompson-Herah dan Jonielle Smith yang masuk 10 besar.

Thompson-Herah adalah peraih dua medali emas Olimpiade Rio 2016 pada nomor sprint 100m dan 200m.

Masih ada nama-nama besar seperti Shericka Jackson, Stephenie-Ann McPherson, Candice McLeod, Megan Tapper, Britany Anderson, Briana Williams, Yohan Blake, Demish Gaye, Ronald Levy, Damion Thomas dan Hansle Parchment.

Jamaika mengirimkan 61 atlet ke Tokyo 2020 yang khususnya memburu medali lari jarak pendek mulai 100m, 200m, 400m, estafet 4x100m, estafet 4x400m, dan 110m lari gawang, sampai nomor baru estafet 4x400m campuran.

Di luar itu, ada segelintir atlet yang dipasang berlomba pada nomor lari 800m, 1.500m, lompat jauh, lompat jangkit, tolak peluru, dan lempar cakram.

Baca Juga: Perjuangan Atlet Indonesia Hari Ini, Hendra/Ahsan Berebut ke Final dan Sprinter Alvin Siap Melesat

Penulis : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU