> >

KAI Larang Warga Ngabuburit Dekat Rel Kereta, kalau Melanggar Bisa Kena Denda Rp15 Juta!

Humaniora | 21 Maret 2024, 14:05 WIB
Ilustrasi. KAI melarang keras masyarakat untuk melakukan aktivitas di sekitar jalur kereta api.  (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pada bulan Ramadan, momen ngabuburit menjadi salah satu waktu yang paling dinanti untuk mengisi waktu menjelang berbuka puasa dengan beragam kegiatan. Seperti mengaji, jalan-jalan sore, berbelanja takjil untuk berbuka puasa, serta berbincang dengan teman dan keluarga.

Namun, akhir-akhir ini, fenomena ngabuburit di sejumlah daerah mulai mencuat dengan aktivitas "nongkrong" atau beraktivitas di sekitar rel atau jalur kereta api. 

Vice President Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, hal itu sangat membahayakan keselamatan perjalanan kereta api dan masyarakat itu sendiri.

Baca Juga: KAI Services Buka Lowongan Kerja Posisi Cuci Kereta dan Driver Distribusi untuk Lulusan SMA/SMK

"Banyak masyarakat yang melakukan aktivitas ngabuburit di sekitar jalur kereta api dengan duduk atau nongkrong sambil melihat kereta api lewat, berjualan, bahkan ada yang menaruh benda asing atau memindahkan batu balas (kerikil) di jalur kereta api. Hal ini tentunya dapat merusak prasarana kereta api dan bahkan dapat membahayakan perjalanan kereta api," kata Joni dalam keterangan resminya, Kamis (21/3/2024). 

Oleh karena itu, Joni menegaskan KAI melarang keras masyarakat untuk melakukan aktivitas di sekitar jalur kereta api. 

"KAI dengan tegas melarang masyarakat berada di jalur kereta api untuk aktivitas apa pun selain untuk kepentingan operasional. Selain membahayakan diri, beraktivitas di jalur kereta api termasuk ngabuburit juga dapat mengganggu perjalanan kereta api,” tegasnya. 

Joni menyatakan, larangan beraktivitas di jalur kereta api telah diatur dengan jelas dalam UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 181 ayat (1). 

Baca Juga: Sakit saat Mudik Apa Bisa Pakai BPJS Kesehatan Tak Sesuai Faskes? Ini Penjelasannya

Dalam aturan itu disebutkan, setiap orang dilarang berada di ruang manfaat jalur kereta api, menyeret, menggerakkan, meletakkan, atau memindahkan barang di atas rel atau melintasi jalur kereta api, ataupun menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain, selain untuk angkutan kereta api. 

“Selain dapat membahayakan keselamatan, masyarakat yang melanggar juga dapat dikenai hukuman berupa pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak Rp15.000.000. Hukuman tersebut sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 199 UU 23 tahun 2007," ungkapnya. 

Menurut Joni, permasalahan ini juga disebabkan oleh banyaknya bangunan liar yang berdiri di sekitar jalur kereta dalam area rumaja (ruang manfaat jalan), rumija (ruang milik jalan), dan ruwasja (ruang pengawasan jalan).

Rumaja diperuntukkan untuk pengoperasian kereta api dan merupakan daerah yang tertutup untuk umum. Rumija diperuntukkan untuk pengamanan konstruksi jalan rel, dapat dimanfaatkan atas izin pemilik jalur dengan ketentuan tidak membahayakan operasi kereta api. 

Baca Juga: KAI Gelar Promo Ramadan Festive 2024, Ada 38.000 Tiket Kereta dengan Harga Diskon

Sedangkan ruwasja diperuntukkan untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api, serta dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain dengan ketentuan tidak membahayakan operasi kereta api.

"Masyarakat diharapkan untuk mematuhi aturan yang ada dan tidak mendirikan bangunan secara ilegal di area-area tersebut," ucapnya. 

Hal ini diatur dalam Pasal 178 UU 23 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa setiap orang dilarang membangun gedung, membuat tembok, pagar, tanggul, bangunan lainnya, menanam jenis pohon yang tinggi, atau menempatkan barang di jalur kereta api yang dapat menghalangi pandangan bebas dan membahayakan keselamatan perjalanan kereta api. 

Dampak dari ketidakpatuhan masyarakat terhadap aturan yang berlaku, KAI mencatat bahwa selama tahun 2023 sampai dengan Maret 2024, terdapat 575 kasus kecelakaan orang tertabrak kereta dengan rincian 474 meninggal, 55 luka berat, dan 46 luka ringan.

Baca Juga: Bandara Singkawang Dibangun dengan Skema KPBU dan CSR, Jokowi Ucapkan Terima Kasih kepada Pengusaha

KAI tetap konsisten dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan berkoordinasi dengan kewilayahan setempat mengenai risiko beraktivitas di sekitar jalur kereta api. Tidak hanya itu, KAI juga rutin melakukan pengawasan dengan menempatkan personel untuk melakukan patroli di titik-titik rawan.

“Kami mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam menciptakan keselamatan bersama dan kelancaran perjalanan kereta api. Kami juga mengimbau kepada masyarakat agar ikut memberi pengertian atau teguran apabila ada yang bermain atau melakukan aktivitas di jalur kereta api,” tutup Joni.

 

 

Penulis : Dina Karina Editor : Vyara-Lestari

Sumber :


TERBARU