> >

Soal Perbedaan Awal Puasa Ramadan 2024 di Indonesia, Kemenag Imbau Masyarakat Hargai Perbedaan

Peristiwa | 8 Maret 2024, 15:46 WIB
Ilustrasi rukyatul hilal. (Sumber: KOMPAS.com/AJI YK PUTRA)

Pendekatan ilmiah seperti hisab dan rukyatul hilal diperkenalkan sebagai metode empiris yang dapat menjembatani perbedaan pandangan.

Baca Juga: Dugaan "Kongkalikong" Almas dan Jokowi Soal Putusan MK yang Loloskan Gibran

"Kemenag terus membuka ruang dialog dan diskusi terkait penentuan awal Ramadan. Dari situ diharapkan akan terjadi proses tukar informasi dan pemahaman terkait pilihan dalam mengawali puasa Ramadan," jelasnya.

Kemenag menekankan bahwa perbedaan dalam menentukan awal puasa Ramadan tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan, melainkan kesempatan untuk bertukar informasi dan pemahaman.

Baca Juga: Suka dan Duka di Balik Buku '79 Kisah di Balik Liputan Istana Era Soeharto hingga Jokowi'

Muhammadiyah, misalnya, menggunakan argumentasi hisab wujudul hilal, sementara pemerintah mengandalkan hisab dan konfirmasi rukyatul hilal. Diskusi dan pemahaman terbuka diharapkan dapat memperkaya wawasan keberagamaan.

"Bagaimana argumentasi awal Ramadan 1445 H pada 7 Maret atau 10 Maret? Kita bisa diskusikan agar bisa saling memberikan pemahaman," kata Anna.

 

 

Penulis : Danang Suryo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU