> >

Gatot Nurmantyo Bicara soal TNI Vs PKI hingga Kesamaan Pola 3 Pemberontakan

Peristiwa | 28 September 2021, 06:39 WIB
Jenderal Gatot Nurmantyo (Sumber: Tangkapan layar webinar TNI VS PKI)

Komunisme Berasal dari Syarikat Islam

Sementara komunis masuk ke Indonesia dibawa oleh seorang warga negara Belanda pada 1913 bernama Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet.

Pada 1915, seorang tokoh komunis Indonesia, Semaun, bertemu dengan orang  ini. Setahun sebelum pertemuan mereka, Semaun telah bergabung dengan Syarikat Islam.

“Jadi, komunisme berasal dari Syarikat Islam. Menarik juga, di kos, di rumah ketua umum Syarikat Islam, HOS Cokroaminoto bersama Bung Karno dan Kartosuwiryo. Jadi tokoh PKI, nasionalis, dan Islam garis keras jadi satu di situ. Satu guru ini,” tambahnya.

Tidak lama berselang, Semaun yang awalnya bekerja pada Jawatan Kereta Api Belanda di Surabaya, dipindahkan ke Cabang Semarang, dengan gaji yang lebih memadai.

Di semarang, Semaun langsung menduduki jabatan sebagai redaktur surat kabar milik serikat buruh jawatan kereta belanda yang terbit dalam bahasa Melayu.

“Singkatnya, selain sebagai ketua umum (partai komunis ISDF) di semarang pada tahun 1918, Semaun juga didaulat sebagai dewan pimpinan Syarikat Islam Semarang,” jelasnya.

Setelah beberapa kali memimpin aksi buruh bersama Alimin dan Darsono di sana, Semaun memiliki pengaruh yang luas, namun karena sikap dan prinsip komunisme yang mereka anut, membuat hubungannya dengan anggota Syarikat Isam lainnya menjadi renggang.

Pada 23 mei 1920 mereka mengganti ISDF menjadi partai komunis dan diam-diam tetap aktif di Syarikat Islam.

Tokoh Syarikat Islam kala itu, H Agus Salim pun menegakkan disiplin setelah berganti nama menjadi Partai Syarikat Islam (PSI), di tahun 1921.

Hanya berselang lima tahun sejak partai komunis itu berdiri, tepatnya pada tahun 1926, mereka melakukan pemberontakan.

Meskipun tokohnya diasingkan ke Belanda, dan ribuan orang anggotanya dibunuh, 13 ribu orang ditahan dan 1300-an kader PKI dikirim ke Boven Digoel, mereka tetap dapat berkembang, dan dapat menjadi kekuatan yang besar dan berani melakukan pemberontakan pada belanda.

“Jadi memang sebelum bangsa ini merdeka, partai komunis Indonesia ini adalah punya antropologi budaya pemerontak, dan pemberontakan ini ditumpas karena kondisi persenjataannya tidak sehebat Belanda,” kata Gatot.

Tujuan pemberontakan PKI kala itu adalah membuat Republik Soviet Indonesia. Mereka berkiblat pada Soviet.

Dari peristiwa itu, kata Gatot,sangat jelas bahwa pemberontakan kepada Belanda tersebut bukan sebagai patriotisme kebangsaan Indonesia, karena tidak dilakukan bersama dengan kekuatan bangsa lain, tetapi semata-mata untuk merebut kekuasaan dan berkuasa. Itulah ciri khas PKI.

Setelah PKI ditumpas dan terus menerus diawasi Belanda, hanya dibutuhkan waktu 20 tahun atau setelah 4 tahun Indonesia merdeka, yakni pada 1948, PKI kembali melakukan kebiasaannya memberontak.

“Bayangkan, bagaimana suasana kebangsaan kita tahun 1948, negara masih dalam usia yang sangat belia, dinamika politik yang sangat tinggi, juga sedang menghadapi agresi militer Belanda, peluang ini dimanfaatkan untuk kudeta pada tahun 1948, disertai ciri khas yang ketiga, menculik, menganiaya warga sipil, polisi, dan ulama.”

Tetapi melalui operasi militer, terutama dari pasukan Siliwangi, pada akhir November 1948 pemerontakan PKI di Madiun dapat ditumpas dengan ditembak matinya Muso dan menyerahkan dirinya Amir Syarifuddin.

Namun, pada pemilu 1955, atau tujuh tahun setelah pemberontakan, PKI telah kembali muncul menjadi kekuatan politik yang sangat berpengaruh, dan berhasil menjadi partai pemenang nomor empat  dalam pemilu 1955.

Pembentukan Nasakom pada Februari 1956 berakibat pecahnya dwi tunggal republik, dan Bung Hatta yang terus menerus diserang propaganda PKI kemudian menyatakan mundur dari jabatannya sebagai wakil presiden.

“Bagi Hatta, Nasakom  berarti bekerja sama dengan PKI. Betapa kuatnya pengaruhnya. Terbentuknya poros Jakarta Peking secara otomatis membuat Indonesia telah berkiblat politik ke blok komunis  China.”

Datangnya senjata dari China untuk angkatan kelima memperkuat gagasan PKI. Bahkan pada April 1965 Perdana Menteri China datang ke Jakarta dan terang-terangan mendesak Indonesia membentuk angkatan kelima.

Dia mendesak agar buruh dan tani dipersenjatai sebagai angkatan kelima. Pembentukan angkatan kelima tersebut dimaksudkan agar PKI dapat menandingi kekuatan militer, musuh utamanya, militer dan Islam, khususnya TNI angkatan darat.

“Atas perkembangan tersebut, Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Nasution menyatakan bahwa sebaiknya seluruh rakyat juga dipersenjatai, agar tidak bisa dipengaruhi, bukan hanya kaum buruh dan kaum tani saja,” urainya.

Untuk menahan gerakan politik PKI dengan Nasakom, pimpinan TNI Angkatan Darat mendukung terbentukya ormas-ormas, seperti Kosgoro tahun 1957, Soksi tahun 1960, MKGR tahun 1960, serta melindungi ormas Islam dari serangan PKI, antara lain HMI dan PII.

Namun, sejak tahun 1960an di sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, PKI banyak melakukan aksi yang ditujukan pada lawan politiknya.

Tokoh agama dan orang sipil yang tidak berdosa diculik, dihilangkan paksa, hingga tidak diketahui kuburnya.

Hanya dalam waktu 10 tahun sesudah pemilu 1955, yaitu pada tahun 1965, PKI kembali melakukan pemberontakan akibat kelengahan TNI, khususnya angkatan darat

“Mengapa lengah? Pak Harto mengatakan, karena terlalu percaya PKI yang bercita-cita luhur untuk rakyat seperti partai dan organisasi sosial lainnya, ternyata sebaliknya, justru berkhianat.”

Pengkhianatan terbesar PKI terjadi pada tahun 1965, yakni G30S/PKI pada 30 September 1965, yang berujung gugurnya tujuh pahlawan revolusi.

Bahkan, lanjut Gatot, bukan hanya dari pihak tentara, tidak sedikit korban jatuh akibat kekejaman PKI, dari kalangan masyarakat, terutama para ulama.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU