> >

Cerita Keluarga Korban Kebakaran Lapas Tangerang: Dia Merintih, Ingin Tempat yang Layak

Peristiwa | 10 September 2021, 21:06 WIB
Kondisi Blok C Lapas Tangerang yang terbakar pada Rabu (8/9/2021). (Sumber: Kompas TV/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Keluarga korban tewas mengeluhkan kondisi bangunan Lapas Kelas I Tangerang, tempat anggota keluarga mereka menjalani pembinaan. 

Salah satunya adalah Angelin, tante dari narapidana bernama Petra Eka. Angelin menyebut, keponakannya sebenarnya akan bebas 5 bulan lagi sebelum kebakaran itu terjadi.

Menurut Angelin, korban terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga pada 4 September 2021.

Baca Juga: Penyidikan Kasus Kebakaran Lapas Tangerang Temui Titik Terang, Diduga Ada Kesengajaan

“Terakhir itu dia meminta pembayaran uang kamar. Dia sudah ditagih, jadi harus dibayar. Saya bayar Rp100 ribu setiap minggu,” ujar Angelin pada KompasTV, Jumat (10/9/2021).

Angelin menyebut, keponakannya membutuhkan uang sewa agar mendapat kamar penjara yang lebih layak.

“Dia mengejar saya untuk membayar uang kamar karena kalau tidak membayar, dia dikeluarkan ke aula,” tutur Angelin.

Keponakannya pernah mengeluhkan kondisi hidup dalam penjara, terutama di aula, bila tidak membayar uang sewa kamar.

“Di aula ini himpit-himpitan. Dia bisa tidur muka ketemu kaki. Jadi, dia itu merintih. Dia pengin tempat yang baik dan layak,” beber Angelin.

Ia pun menyayangkan kondisi Lapas Tangerang yang tidak menjamin keselamatan keponakannya.

“Kita dengar kapasitas dalam penjara tidak memenuhi (standar). Keluarga kita dibina di sana, berharap dijamin juga keselamatannya. Kita berharap mereka pulang selamat juga, tapi pulang dengan mayat,” kata Angelin.

Pengakuan serupa datang dari Rosada, adik dari seorang narapidana kasus narkotika yang tewas dalam kebakaran di Lapas Tangerang.

“Kalau ada duit, nanti Aa pindah blok dan dapat loker. Harus ada duit dulu. Pengin tidur yang agak enakan dikit, agak lega,” ujar Rosada.

Baca Juga: Cegah Lapas Kebakaran Lagi, Menkumham Yasonna Minta Pengguna Narkotika Direhabilitasi saja

Korban juga mengeluhkan makanan penjara yang tak layak kepada keluarga. Sebab itu, ia kerap meminta kiriman uang dari keluarga.

“Masalah makanan kurang gimana ya. Makanya dia selalu minta beli lauk, kiriman duit, dan pulsa,” ucap Rosada.

Rosada mengatakan, pihak keluarga mesti mengeluarkan Rp600 ribu per bulan untuk membayar sewa kamar dan membeli makanan layak bagi abangnya.

“Harapannya, pemantauannya lebih baik lagi. Fasilitasnya ditingkatkan dari segi makanan dan lain-lain. Jangan mentang-mentang ada di dalam dicuekin saja,” tambah Rosada.

Sebelumnya, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly mengakui, Lapas Tangerang mengalami kelebihan kapasitas atau overcapacity sebesar 400 persen.

Yasonna menyebut lapas yang dibangun pada 1972 ini diisi oleh sebanyak 2.072 orang napi.

"Lapas Tangerang ini overcapacity 400 persen, penghuni ada 2.072 orang, yang terbakar ini adalah Blok C 2 itu model paviliun-paviliun," ungkap Yasonna Laoly dalam konferensi pers di Lapas kelas I Tangerang, Rabu (8/9/2021).

Baca Juga: Lapas Bagansiapiapi Jadi Penjara Terpadat di Indonesia, Kapasitas 100 Diisi 900 Orang

Selain menyatakan soal kapasitas yang berlebih, Yasonna juga menjelaskan pada saat kebakaran terjadi pada pukul 01.45 WIB dini hari, kondisi beberapa ruangan napi masih terkunci.

Saat ini, Mabes Polri dan Polda Metro Jaya sedang menyelidiki penyebab kebakaran Lapas Tangerang. Polda Metro Jaya menemukan ada unsur pidana berupa kelalaian dalam insiden itu.

 

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU