> >

Kenapa Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Dijeda Satu Bulan? Ini Penjelasan Dosen Kedokteran Unika

Update corona | 14 Juli 2021, 23:28 WIB
Siswi SMP usia anak mengikuti vaksinasi COVID-19 di halaman parkir Gembira Loka Zoo, Umbulharjo, Yogyakarta, Selasa (13/7/2021). (Sumber: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Dosen Fakultas Kedokteran Unika AtmaJaya Ellen Wijaya menjelaskan, pemberian vaksin Covid-19 perlu diberi jeda waktu sebulan atau kira-kira 28 hari guna memberikan kekebalan tubuh yang optimal sebelum imunisasi lain. Demikian dilansir dari Antara, Rabu, (14/07/2021).

Hal itu juga berdasarkan sejumlah rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait anak usia 12-17 tahun yang akan mendapatkan vaksin Covid-19.

"Kita baru diberikan vaksin Covid-19. Antigen masuk ke dalam tubuh. Tubuh sedang memberikan respons dengan membentuk antibodi supaya bisa memberikan kekebalan terhadap SARS-CoV-2. Saat itu, kalau tubuh diberikan imunisasi lainnya, nanti kekebalan yang diusahakan untuk SARS-CoV-2 tidak menjadi optimal," ujar dokter Ellen Wijaya dalam webinar kesehatan, Rabu.

Tubuh perlu dibiarkan membentuk antibodi secara optimal setelah suntikan vaksin Covid-19 dengan jarak minimal satu bulan dengan pemberian imunisasi lainnya.

Sebenarnya, menurut Ellen, yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah itu, ketentuan serupa juga berlaku untuk vaksin lain semisal Hepatitis B dan HPV.

Lebih lanjut, IDAI juga merekomendasikan anak yang akan divaksin Covid-19 tidak mengalami imunodefisiensi, kanker darah yang menjalani kemoterapi, mendapatkan steroid dosis tinggi, sembuh dari Covid-19 kurang dari 3 bulan, memiliki penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa dan acute demyelinating encephalomyelitis.

Kemudian, terkait persiapan sebelum anak divaksin sebaiknya orang tua memastikan kondisi mereka sehat, tidak demam (di atas 37,5 derajat Celcius), beristirahat cukup, tidak memiliki komorbid tertentu.

"Orang tua bisa mengomunikasikan pada anak misalnya manfaat divaksin, lokasi suntikan, kondisi yang bisa terjadi usai divaksin semisal nyeri di area bekas suntikan dan sebagainya, tidur cukup, anak dalam kondisi sehat," jelas Ellen yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu.

Baca Juga: Jokowi Apresiasi Vaksinasi Door To Door Pelajar

Seorang siswi mendapat suntikan vaksin Covid-19 Sinovac produksi PT Biofarma di SMAN 20 Jakarta, Kamis (1/7/2021). (Sumber: KOMPAS TV)

Tips kalau Anak Demam

Setelah disuntik vaksin, anak bisa beraktivitas seperti biasa karena kalaupun muncul efek samping biasanya bersifat ringan misalnya nyeri di bekas suntikan. Kondisi ini bisa diatasi dengan mengompres area nyeri itu dengan air hangat.

Bila anak demam, cobalah ukur suhunya menggunakan termometer. Bila suhunya di atas 38 derajat Celcius, anak gelisah, rewel, maka bisa diberikan obat semisal Paracetamol sembari dibantu kompres.

Tetapi apabila anak merasa tidak apa-apa dengan kondisi demam itu, orang tua tidak perlu khawatir dan lakukan saja observasi.

"Demam adalah mekanisme tubuh anak yang sehat. Kalau tubuh kemasukan virus, bakteri jahat tubuh akan melawan dengan membentuk demam. Demikian juga ketika tubuh dimasukkan antigen yang sudah dilemahkan atau vaksin, maka tubuh akan membentuk respons antibodi dan salah satu manifestasinya demam. Demam bukan suatu kondisi yang berbahaya," tutur Ellen.

Dia menambakan, kalau ada keraguan terkait efek samping yang dirasakan anak usai divaksin, orang tua bisa melaporkan ke tenaga medis yang melakukan vaksinasi.

 

Catatan Redaksi: Judul artikel ini mengalami perubahan pada Sabtu (17/7/2021) setelah redaksi mendapat keterangan lanjutan dari pihak narasumber.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU