> >

Komisi VII DPR Setuju Vaksin Nusantara Lanjut Uji Klinis Tahap III dan Masuk Konsorsium Riset

Peristiwa | 16 Juni 2021, 18:58 WIB
Dokter Terawan Agus Putranto saat menunjukan proses pembuatan Vaksin Nusantara (Sumber: YouTube/Komisi VII DPR RI Channel)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Komisi VII DPR RI setuju vaksin Nusantara lanjut uji klinis tahap III dan masuk dalam konsorsium riset vaksin Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi VII Eddy Soeparno dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII dengan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 secara virtual, Rabu (16/6/2021).

"Komisi VII DPR RI mendukung penuh pengembangan vaksin imun Nusantara oleh Dokter Terawan Agus Putranto dan mendesak lanjutan uji klinis fase III yang sesuai dengan kaidah uji klinis, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah," ujar Eddy Soeparno.

Kesepakatan itu dibacakan dalam kesimpulan rapat dengar pendapat Komisi VII DPR RI bersama Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Terawan, dan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19.

Komisi VII juga mendukung agar Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ismunandar untuk memasukkan riset vaksin Nusantara berbasis sel dendritik sebagai salah satu pengembangan riset vaksin pihaknya.

Baca Juga: Politikus PKS Berharap Vaksin Nusantara Masuk Konsorsium Riset Vaksin dan Uji Klinis Tahap 3

Artinya, sekarang sudah ada delapan platform yang digunakan dalam pengembangan riset vaksin. Antara lain, subunit protein rekombinan mamalia based dan yeast based, Inactivated Virus, Protein rekombinan fusi, Protein rekombinan, DNA, MRNA, Virus-Like-Particles, Adenovirus, Adenovirus dan Adeno-Associated Virus-Based, dan Sel Dendritik.

Selain itu, Komisi VII DPR juga mendukung pengembangan segala jenis pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia yang dibuat oleh anak bangsa.

Hal ini merupakan komitmen DPR dalam mendukung inovasi anak bangsa menuju kemajuan dan kemandirian Indonesia.

Selanjutnya, DPR sepakat agar Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 segera merampungkan pengembangan vaksin Merah Putih. Hal ini agar vaksin tersebut dapat segera diproduksi secara masif.

Diberitakan sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS Mulyanto berharap Vaksin Nusantara dapat masuk dalam konsorsium riset vaksin dan lanjut uji klinis tahap tiga.

Pernyataan tersebut disampaikan Mulyanto dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII dengan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 secara virtual, Rabu (19/6/2021)

"Sikap politik PKS adalah vaksin nusantara dimasukkan ke dalam konsorsium riset vaksin bagian dari 7 platform tadi menjadi 8 platfrom," kata Mulyanto.

Baca Juga: Vaksin Nusantara Distop, Lanjut Jadi Penelitian Sel Dendritik

Mulyanto juga menjelaskan Vaksin Nusantara yang diinisiasi pembuatannya oleh Dr. dr. Terawan Agus Putranto ini dikembangkan dengan berdasar pada terminologi integrasi dari invelsi menuju inovasi.

Sehingga harapannya, Vaksin Nusantara dapat lanjut ke tahap uji klinis tiga. Sebab, sebuah teknologi harus dikembangkan tidak hanya di hulu saja, melainkan harus sampai ke hilir.

Artinya, manfaat dari teknologi itu dapat dilakukan baik dari skala sosial maupun skala komersial.

Perlu diketahui, Vaksin Nusantara merupakan gagasan dari mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.

Mulanya, vaksin ini diberi nama Joglosemar tetapi seiring dengan perkembangannya, berganti nama menjadi vaksin Nusantara. Vaksin ini belum dapat digunakan sebab masih dalam proses tahap uji klinik.

Uji klinik Vaksin Nusantara sempat menuai polemik, lantaran pada prosesnya diduga uji klinis I dilakukan oleh pihak asing.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI yang tersiar secara daring pada Kamis (8/4/2021).

Berdasarkan pengamatannya, tim peneliti dari RSUP dr. Kariadi Semarang dan Universitas Diponegoro tak banyak berperan dalam uji klinis I Vaksin Nusantara.

Ia juga menyoroti kejanggalan dalam pengembangan sel dendritik untuk Vaksin Nusantara.

Tim peneliti menyebut vaksinasi dendiritik akan berjalan di tempat terbuka. Padahal, kata Penny, aktivis menggunakan sel dendritik mestinya berjalan di tempat yang steril dan tertutup.

Baca Juga: Kemenkes Hentikan Sementara Uji Klinis Vaksin Nusantara

Penny membeberkan, tim vaksinator terlebih dahulu akan mengambil sampel darah setiap penerima vaksin Nusantara. Sampel darah itu akan ditemukan dengan perlengkapan vaksin dari sel dendritik.

Sel dendritik yang telah mengenal antigen dalam darah akan menjalani inkubasi selama 3-7 hari.

Barulah hasilnya akan disuntikkan ke tubuh penerima vaksin. Tim peneliti berharap sel dendritik itu akan memicu imun tubuh membentuk sistem pertahanan terhadap virus Covid-19.

“Artinya harus ada rentetan validasi yang membuktikan bahwa produk tersebut benar-benar steril, tidak terkontaminasi sebelum dimasukkan ke subjek (penerima vaksin). Dan itu tidak dipenuhi,” jelasnya.

Akibat polemik tersebuk, kemudian BPOM tidak memberi izin lanjutan uji klinis tahap II untuk proses pengembangan Vaksin Nusantara. Pengembangan vaksin itu pun berhenti sementara.

Adapun setelahnya, uji klinis tetap dilakukan di Rumah Sakit Kariadi Semarang Jawa Tengah pada Selasa (16/02/2021) melakukan uji klinis tahap kedua vaksin nusantara. Vaksin ini rencananya dapat digunakan pada pasien yang memiliki komorbid.

Baca Juga: Vaksin Nusantara Jadi Sebatas Penelitian Sel Dendritik

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU