> >

Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo: Moeldoko Tak Mencerminkan Kualitas, Etika, dan Moral Prajurit

Politik | 17 Maret 2021, 00:40 WIB
Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat menghadiri Muktamar XVIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Univeritas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (3/8/2018). (Sumber: KOMPAS.com/Andi Hartik)

JAKARTA, KOMPAS TV - Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, angkat bicara soal keterlibatan Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko, dalam upaya kudeta kepemimpinan di Partai Demokrat.

Menurut Gatot, keterlibatan Moeldoko dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara, tidak mencerminkan kualitas seorang prajurit TNI.

Baca Juga: Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Mengaku Diajak Kudeta AHY, Langsung Teringat Jasa SBY

"Saya ingin garis bawahi, apa yang beliau (Moeldoko) lakukan sama sekali tidak mencerminkan kualitas, etika, moral dan kehormatan yang dimiliki seorang prajurit," kata Gatot dikutip dari akun Instagram pribadinya pada Selasa (16/3/2021).

Menurut Gatot, sikap Moeldoko yang melakukan kudeta terhadap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bukan representasi seorang prajurit.

Sebab, lanjut Gatot, prajurit TNI selalu memegang teguh demokrasi, serta bersikap sesuai moral dan etika.

Ketika mendengar nama Moeldoko disebut-sebut terlibat kudeta kepemimpinan di Partai Demokrat, Gatot mengaku sempat tidak percaya.

Baca Juga: Sindir Moeldoko yang Jadi Ketum Partai Demokrat Tapi Bukan Kader, Gatot Nurmantyo: Memalukan

Selain itu, Gatot juga sempat menilai tidak yakin bahwa Moeldoko akan mau menerima pinangan untuk menjabat sebagai ketua umum Partai Demokrat yang ditetapkan oleh KLB di Deli Serdang pada 5 Maret lalu.

"Bukan apa-apa hanya karena hampir saya tidak percaya bahwa akan kejadian dan beliau mau," kata Gatot.

"Logika berpikir saya, saya tidak menduga. Mengapa, karena beliau adalah senior saya di akademi militer, beliau juga ikut membentuk saya."

Dengan seluruh atribut sebagai prajurit TNI yang melekat, hingga ikut KLB dan terima didaulat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Gatot mengaku sangat susah menduga mantan atasan dan seniornya itu melakukan tindakan tersebut.

Baca Juga: Alasan Gatot Nurmantyo Tolak Kudeta AHY: Teringat Jasa SBY

Sebelumnya, Gatot juga pernah melontarkan pernyataan terkait kisruh yang terjadi di Partai Demokrat. Gatot mengaku sempat diajak turut serta melakukan kudeta kepada AHY.

Gatot mengatakan sempat diiming-imingi bakal mendapat posisi penting di tubuh Partai Demokrat jika bersedia mengikuti KLB Demokrat di Deli Serdang.

Namun, Gatot menolak tawaran tersebut karena seketika teringat kenangan di Istana bersama mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Banyak yang bertanya kepada saya, 'Pak, Bapak juga digadang-gadang menjadi...'. Ya saya bilang 'Siapa sih yang enggak mau," kata Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu.

Baca Juga: Rombongan AHY Datangi Jusuf Kalla, Ada Nasihat hingga Dukungan Moril untuk Demokrat

"Partai dengan 8 persen kalau enggak salah kan besar, dia (Partai Demokrat) mengangkat presiden, segala macam kaya gitu. Ada juga yang datang sama saya."

Gatot mengatakan, tawaran tersebut memang menarik. Ia lantas menanyakan bagaimana proses kudeta di Partai Demokrat kepada orang yang mengajaknya itu.

Menurut orang tersebut, kata Gatot, caranya dengan melakukan KLB. Dalam KLB itu, posisi AHY diganti karena ada mosi tidak percaya. Setelah AHY lengser, baru dilakukan pemilihan untuk posisi ketua umum yang baru.

"Datang, 'menarik juga' saya bilang. Gimana prosesnya? Begini pak, nanti kita bikin KLB. KLB terus gimana? Ya nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu. Mosi tidak percaya, AHY turun," ujar Gatot.

Baca Juga: Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Dukung AS Tolak Klaim China Soal Laut China Selatan

"Setelah turun, baru pemilihan, 'Bapak nanti pasti deh begini, begini'. Oh begitu ya, saya bilang begitu gitu."

Gatot menerangkan kisahnya ketika menjadi prajurit TNI. Bahwa dirinya yang ketika itu menjabat Pangkostrad lalu dinaikkan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) karena SBY.

"Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh itu hal biasa. Tapi kalau saya naik bintang tiga itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti Presiden tahu. Apalagi Presidennya tentara waktu itu Pak SBY," ujar Gatot.

Saat menjabat Pangkostrad, Gatot mengaku sempat dipanggil SBY ke istana. Ketika itu, SBY bilang akan menjadikan Gatot Nurmantyo sebagai KSAD. Gatot pun langsung mengucapkan terima kasih kepada SBY.

Baca Juga: Laporkan Hasil KLB ke Kemenkumham, Partai Demokrat Kubu Moeldoko Apresiasi Jokowi Setinggi-tingginya

Lebih lanjut, Gatot mengatakan, dirinya bisa mempunyai karier tinggi di instansi TNI berkat dua presiden berbeda. Pertama, kata dia, berkat SBY dan kedua Presiden Jokowi.

"Maksud saya begini, apakah iya saya dibesarkan oleh dua Presiden. Satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Joko Widodo kan gitu," ujarnya.

"Terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?"

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU