> >

Mengapa Elite Gerindra Beda Menyikapi Pembubaran FPI?

Politik | 3 Januari 2021, 08:47 WIB
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Rahayu Saraswati. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Pembubaran Front Pembela Islam (FPI) oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) yang diteken enam lembaga tinggi negara, Rabu (30/12/2020) masih menyisakan polemik.

Setidaknya, polemik terkait dasar hukum pembubaran dan sikap partai politik di Parlemen yang tidak satu suara.

Bahkan, internal Partai Gerindra terlihat tidak satu suara dalam menyikapi keputusan tersebut. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Fadli Zon misalnya, salah satu yang cukup keras menentang pembubaran FPI.

Dalam salah satu cuitan twitternya, Fadli menentang keras pembubaran tersebut. "Sebuah pelarangan organisasi tanpa proses pengadilan adalah praktik otoritarianisme. Ini pembunuhan thd demokrasi n telah menyelewengkan konstitusi," tulis akun Twitter @fadlizon, Rabu (30/12/2020).    

Baca Juga: Partai Gerindra Dukung Pemerintah Bersikap Tegas kepada Kelompok Intoleran

Sikap mendukung Fadli terhadap keberadaan FPI bukan datang begitu saja. Sudah lama dia memiliki hubungan erat dengan para petinggi FPI, termasuk Rizieq Shihab sebagai imam besar. Ketika Rizieq Shihab pulang ke Indonesia, Fadli turut hadir di sana. Bahkan, saat Rizieq di Makah, Fadli pun pernah menemuinya.

Fadli bukan satu-satunya yang dekat dan selalu membela FPI. Di parlemen ada anggota Komisi III Habiburakhman, Romo Muhammad Syafii, dan anggota Komisi II Sodik Muhajid.

Ketika terjadi insiden penembakan terhadap enam Laskar FPI, Fadli dan Romo datang langsung ke Rumah Sakit Polri untuk menjemput jenazah.

Sementara Habiburakhman, tak kalah seperti Fadli yang mempertanyakan kebijakan pemerintah yang melarang aktivitas FPI. 

Baca Juga: Bergabung di Kabinet Jokowi-Ma'ruf, Gerindra: Tak ada Alasan untuk Tidak Kritis

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU