> >

Mengapa Elite Gerindra Beda Menyikapi Pembubaran FPI?

Politik | 3 Januari 2021, 08:47 WIB
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Rahayu Saraswati. (Sumber: Kompas.com)

"Kami mempertanyakan apakah pembubaran FPI itu sudah dilakukan sesuai mekanisme UU Ormas, khususnya pasal 61 yang harus melalui proses peringatan tertulis, penghentian kegiatan dan pencabutan status badan hukum?" kata Habiburokhman,  Rabu (30/12/2020).

Namun, sikap terhadap pembubaran FPI juga mendapat dukungan dari Wakil Ketua Umum Rahayu Saraswati. Sara, demikian sapaanya, berharap kelompok pemecah belah tidak diberi tempat.

"Justru untuk bangkit dari permasalahan 2020, kita tidak membutuhkan pihak-pihak yang memecah belah tapi saatnya kita menjaga persatuan bangsa," kata Sara, meski tidak menyebut nama FPI.

Sikap Sara, sebenarnya sama dengan sikap sang ayah, Hashim Djojohadikusumo yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra. Hashim adalah sosok di Gerindra yang tidak punya kecenderungan dekat dengan kelompok-kelompok Islam berhaluan keras. 

Hashim bahkan sering mengeritik kehadiran kelompok-kelompok intoleran atau kekerasan atas nama agama. Dia juga pernah mengeritik Kementerian Pertanian (ketika dijabat Suswono) yang dituduh menyingkirkan para pegawai beragama Kristen.

Baca Juga: Setelah FPI Bubar, Fadli Zon: Selamat Atas Lahirnya "Front Persatuan Islam".

 Gerindra sendiri punya hubungan dekat dengan FPI ketika Pilkada 2017 yang dimenangkan Anie Baswedan dan Pilpres 2019 lewat Ijtima Ulama yang memberi mandat untuk Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. 

Hubungan dekat ini masih berlanjut sampai sekarang. Terbukti, ketika Sara menyatakan mendukung pemerintah yang membubarkan kelompok pemecah belah, Fadli Zon langsung merespin bahwa itu bukan sikap resmi partai. 

“Tidak ada keputusan @gerindra mendukung pembubaran organisasi tanpa proses pengadilan. Sbg Negara hukum tetap harus menjunjung tinggi konstitusi n UU,” cuitnya, Sabtu (2/1/2021). 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU