> >

Jusuf Kalla: Tidak Bisa Dibandingkan Kerumunan Pilkada dengan Kerumunan Habib Rizieq

Peristiwa | 6 Desember 2020, 19:24 WIB
Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla saat meninjau lokasi gedung usai meresmikan Menara Kompas, gedung baru Kompas Gramedia, di Palmerah, Jakarta Pusat, Kamis (26/4/2018). Peresmian Menara Kompas ditandai dengan pengetikan kata Kompas menggunakan mesin ketik bersejarah oleh Wapres. (Sumber: (KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI) )

JAKARTA, KOMPAS TV - Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla memberikan tanggapan soal kerumunan yang terjadi pada dua peristiwa yang berbeda. 

Adapun peristiwa yang dimaksud yakni kerumunan terkait gelaran pemilihan kepala daerah atau Pilkada dengan kerumunan yang diciptakan pendukung pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab beberapa waktu lalu.

Menurut pria yang akrab disapa JK itu, dua kasus yang menimbulkan kerumunan tersebut tidak bisa dibandingkan. 

Baca Juga: Mencemaskan! 68% Orang Tidak Tertarik Ikuti Kampanye Pilkada 2020 - ROSI

“Tidak bisa dibandingkan kerumunan Pilkada dengan kerumunan Habib Rizieq,” kata JK saat seperti dikutip dari Tribunnews.com pada Minggu (6/12/2020).

JK menjelaskan, jumlah kerumunan yang diciptakan simpatisan FPI beberapa waktu lalu, terutama saat kepulangan pemimpin mereka, Rizieq Shihab, merupakan di luar dugaan pemerintah.

“Memang jauh jumlahnya. Memang orang terkejut, kami terkejut, pemerintah juga tidak siap karena laporan intelijen yang memperkirakan ada 5000 sampai 6000 orang di airport, padahal berkali-kali lipat,” ujarnya.

Sementara terkait penyelenggaraan Pilkada berbeda. Sebab, kata JK, Pilkada sudah dipersiapkan secara matang oleh pemerintah.

Baca Juga: Ferdinand Hutahaean Siap Hadapi Putri Jusuf Kalla: Saya Juga Punya Hak untuk Melaporkan Balik

“Pilkada saya kira tidak seperti itu memang pada awalnya saja, pada saat pendaftaran di bulan Juli-Agustus lalu,” katanya.

Lebih lanjut, JK mengatakan, kasus Covid-19 di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara lainnya yang memiliki penduduk ratusan juta seperti Amerika Serikat dan India.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan jumlah kasus Covid-19 meningkat di sejumlah negara, termasuk terkait faktor kedisiplinan masyarakat dan faktor kebijakan pemerintah.

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU