> >

Mengenal Sindrom Stevens Johnson yang Dialami Aktris Kartika Putri

Kesehatan | 26 Februari 2024, 16:00 WIB
Kartika Putri Idap Autoimun (Sumber: Instagram)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Artis Kartika Putri mengaku mengidap sindrom Stevens Johnson setelah wajahnya, seperti area bibir, lidah, dan jidat tampak mengalami luka. Lewat akun Instagram pribadinya, Kartika Putri menyampaikan dirinya mengalami sindrom Stevens Johnson karena masalah autoimun.

Sindrom Stevens Johnson merupakan reaksi kulit yang jarang terjadi, namun sangat serius. Penyebab utama biasanya karena penggunaan obat-obat tertentu.

Melansir laman Mayo Clinic, sindrom Stevens Johnson ditandai dengan kelainan serius pada kulit dan selaput lendir yang jarang terjadi. Biasanya sindrom ini muncul dengan gejala mirip flu, diikuti dengan ruam nyeri yang menyebar dan melepuh. 

Baca Juga: Diduga Herpes Karena Alami Ruam Kulit, Kartika Putri Ternyata Kena Autoimun

Kemudian lapisan atas kulit yang terkena akan mati, terkelupas dan mulai sembuh setelah beberapa hari. Beberapa jenis obat-obatan seperti epilepsi, antibiotik, serta obat penghilang rasa sakit anti-inflamasi disebut sebagai pemicu kondisi ini. 

Sindrom Stevens Johnson juga bisa menyerang anak-anak. Hal ini disebabkan infeksi seperti pilek atau flu, luka dingin, dan demam kelenjar. 

Dikutip dari laman National Institutes of Health, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terkena sindrom Stevens Johnson, seperti konsumsi obat-obatan tertentu, perderita HIV atau AIDS, hingga keturunan genetik yang juga menderita sindrom Stevens Johnson.

Perawatan untuk sindrom Stevens Johnson berfokus pada menghilangkan penyebabnya, merawat luka, mengendalikan rasa sakit, dan meminimalkan komplikasi seiring pertumbuhan kembali kulit. 

Diperlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk pulih. Meski tampak sepele, sindrom Stevens Johnson juga dapat menimbulkan komplikasi.

Komplikasi akibat sindrom ini seperi infeksi darah (sepsis) yang terjadi ketika bakteri dari infeksi memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini adalah kondisi yang berkembang pesat dan mengancam jiwa yang dapat menyebabkan syok dan kegagalan organ.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Gading-Persada

Sumber : Mayo Clinic, National Institutes of Health


TERBARU