> >

Rakyat Palestina di Gaza Merasa Tewasnya 6 Pekerja Asing Lebih Penting dari Pembantaian Warganya

Kompas dunia | 7 April 2024, 14:30 WIB
Anak-anak Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Jumat, 23 Februari 2024. Sekitar 1,5 juta warga Gaza mengungsi di Rafah, wilayah yang berkemungkinan akan menjadi target serangan Israel berikutnya. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)

GAZA, KOMPAS.TV - Rakyat Palestina di Gaza merasa tewasnya 6 pekerja asing di wilayah tersebut lebih penting bagi Barat ketimbang pembantaian 30.000 warganya.

Tujuh pekerja Pusat Dapur Dunia (WKC), dengan enam di antaranya pekerja asing terbunuh dalam serangan yang dilakukan Israel, Senin (1/4/2024).

Salah satu korban merupakan berkewarganegaraan ganda, Amerika Serikat (AS)-Kanada.

Baca Juga: Janji Komandan Militer Iran Balas Serangan Israel, Bakal Berikan Kerusakan Maksimal ke Zionis

Serangan itu, akhirnya membuat AS menekan Israel untuk membuka lebih banyak area untuk membiarkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Tapi hal itu membuat warga Palestina di Gaza, merasa enam pekerja asing itu lebih penting dari sekitar 32.000 warga Gaza yang dibantai Israel.

“Sepertinya hidup dari orang asing lebih berharga sehingga kita akhirnya mendengar kemarahan darinya (Presiden AS Joe Bide), dan kepentingannya sehingga meningkatkan jumlah bantuan yang masuk Gaza,” kata Ahmad Zidan, 30 tahun, dikutip dari The National.

Israel memutuskan membuka jalan masuk ke Gaza dari pelabuhan Ashdod dan penyeberangan Erez, yang juga dikenal sebagai Bait Hanoun.

Pengiriman bantuan kemanusiaan dari Yordania juga terus meningkat.

Pembukaan area tersebut dilakukan beberapa jam setelah Biden melakukan hubungan telepon dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada

Sumber : The National


TERBARU