> >

Korea Utara Ejek Sekjen PBB Antonio Guterres Boneka AS karena Kecam Peluncuran Rudal

Kompas dunia | 21 November 2022, 10:32 WIB
Menlu Korea Utara Choe Son Hui mengejek Sekjen PBB Antonio Guterres sebagai boneka Amerika Serikat karena karena bergabung dengan kecaman yang dipimpin AS (Sumber: Yonhap)

SEOUL, KOMPAS.TV — Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui mengejek Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai "boneka Amerika Serikat" karena karena bergabung dengan kecaman yang dipimpin AS atas uji coba rudal balistik antarbenua Korea Utara baru-baru ini.

Seperti laporan Associated Press, Senin, (21/11/2022) Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya mengeluarkan pernyataan yang mengutuk keras peluncuran ICBM Korea Utara pada hari Jumat, dan mengulangi seruan kepada Korea Utara untuk "segera berhenti mengambil tindakan provokatif lebih lanjut."

Pernyataan Guterres muncul setelah Amerika Serikat dan negara-negara lain mengeluarkan kritik serupa terhadap uji coba ICBM Korut yang menunjukkan potensi kemampuan menyerang di mana pun di benua AS.

"Saya sering menganggap sekretaris jenderal PBB sebagai anggota Gedung Putih AS atau staf Departemen Luar Negerinya," kata Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah Korea Utara KCNA.

"Saya menyatakan penyesalan yang mendalam atas fakta bahwa Sekjen PBB mengambil sikap yang sangat tercela, mengabaikan tujuan dan prinsip Piagam PBB dan misinya yang tepat yaitu menjaga ketidakberpihakan, objektivitas, dan kesetaraan dalam segala hal."

Choe menuduh Guterres mengabaikan AS dan sekutunya yang membawa uji ICBM Korea Utara ke Dewan Keamanan PBB, dengan mengatakan bahwa "Ini jelas membuktikan bahwa dia adalah boneka AS."

Baca Juga: Jepang Kian Jengkel ke Korea Utara, Rudal Kim Jong-Un Dilaporkan Jatuh di ZEE Negara Itu

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menggandeng gadis kecil yang diyakini sebagai putrinya Kim Jung-ae, saat memperhatikan peluncuran rudal, Jumat (19/11/2022). (Sumber: KCNA)

Dewan Keamanan PBB menjadwalkan pertemuan darurat hari Senin pagi terkait peluncuran ICBM Korea Utara atas permintaan Jepang.

Tetapi tidak jelas apakah pertemuan DK PBB itu dapat menjatuhkan sanksi ekonomi baru pada Korea Utara karena China dan Rusia, dua anggota dewan pemegang hak veto, telah menentang langkah AS dan sekutunya untuk memperketat sanksi terhadap Korea Utara atas uji coba rudal balistiknya yang dilarang awal tahun ini.

Pada hari Minggu, para diplomat top dari negara-negara industri demokrasi utama dunia mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan langkah tegas oleh Dewan Keamanan PBB sebagai reaksi atas peluncuran rudal Korea Utara.

 

"Tindakan (Korea Utara) menuntut tanggapan yang bersatu dan kuat dari masyarakat internasional, termasuk perlunya tindakan signifikan lebih lanjut yang akan diambil oleh Dewan Keamanan PBB," kata pernyataan menteri luar negeri dari negara-negara Kelompok Tujuh - Kanada, Prancis , Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

Peluncuran ICBM Korea Utara hari Jumat adalah yang terbaru dalam uji coba rudal Korea Utara yang sedang berlangsung, yang menurut para ahli dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan nuklir dan meningkatkan pengaruhnya dalam diplomasi masa depan.

Korea Utara mengatakan pemimpin Kim Jong-un mengamati peluncuran rudal Hwasong-17 hari Jumat dan menyebutnya sebagai senjata "yang andal dan berkapasitas maksimum" untuk menahan ancaman militer Amerika Serikat.

Baca Juga: Kim Jong-Un Ingin Perkuat Persenjataan Korea Utara di Luar Angkasa, Bentuk Departemen Baru

Peluncuran peluru kendali Hwasong-15 oleh Korea Utara pada tahun 2017. Korea Utara menggertak sebagai satu dari segelintir negara yang memiliki senjata nuklir dan peluru kendali canggih, salah satunya Hwasong-15 yang digadang mampu mencapai titik manapun di Amerika Serikat (Sumber: AP Photo/KCNA)

Beberapa ahli mengatakan Hwasong-17 masih dalam pengembangan tetapi itu adalah rudal jarak jauh Korut dan dirancang untuk membawa beberapa hulu ledak nuklir untuk mengatasi sistem pertahanan rudal AS.

Korea Utara berpendapat kegiatan pengujiannya merupakan peringatan bagi Amerika Serikat dan Korea Selatan atas serangkaian latihan militer mereka yang diyakini Korea Utara sebagai latihan invasi.

Washington dan Seoul berkeras latihan mereka bersifat defensif.

Dalam pernyataannya hari Senin, Choe kembali membela uji coba misil negaranya, menyebut uji coba itu "sah dan adil dalam melaksanakan hak untuk membela diri" melawan "latihan perang nuklir yang provokatif" oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Dia mengatakan itu "paling menakjubkan dan menyedihkan bagi saya" karena Guterres masih menyalahkan Korea Utara atas gejolak ketegangan baru-baru ini di Semenanjung Korea, bukan menyalahkan Amerika Serikat.

Sehari sebelum uji ICBM negaranya, Choe mengancam akan melancarkan tanggapan militer yang "lebih ganas" terhadap langkah-langkah AS untuk meningkatkan komitmen keamanannya terhadap Korea Selatan dan Jepang.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU