> >

Gampangnya Memiliki Senjata di Swiss, Cerminan Pertahanan Negara yang Rapuh?

Kompas dunia | 10 Juli 2022, 07:30 WIB
Gun Factory, toko senjata di pinggiran Desa Rudolfstetten Friedlisberg, Swiss, Jumat (8/7/2022). (Sumber: Krisna Diantha / Kompas.tv)

AARGAU, KOMPAS.TV - Dari dalam seperti gudang penyimpanan barang. Sebuah gedung minimalis dengan jendela yang dipagari teralis besi. Pintu masuk utama bahkan seperti lebih diperuntukkan kendaraan pengangkut barang ketimbang konsumen biasa. 

Namun jika masuk di dalamnya, terlihatlah penampakan sebenarnya. Kaca etalase dengan ratusan senjata laras pendek. Sementara senjata laras panjang, tertata rapi di rak khusus yang telah disediakan.

Aneka senjata laras panjang di toko senjata Gun Factory milik Rolf W Schauelberger di Desa Rudolfstetten Friedlisberg, Provinsi Aargau, Swiss, Jumat (8/7/2022). (Sumber: Krisna Diantha / Kompas.tv)

"Schoen, gell (Indah, bukan)?“ tutur Rolf W Schauelberger, pemilik toko senjata Gun Factory kepada KOMPAS.TV di pinggiran Desa Rudolfstetten Friedlisberg, Swiss, Jumat (8/7/2022). 

Rudolfstetten Friedlisberg adalah desa pinggiran. Masuk Provinsi Aargau, berbatasan dengan Provinsi Zurich, kota terbesar di Swiss. Penduduknya hanya 4.500-an. Ada kawasan industri, perumahan, dan hutan desa. Gun Factory masuk kawasan industri, berada di pinggiran desa itu. 

Baca Juga: PBB Pilih Lima Anggota Tak Tetap Terbaru di Dewan Keamanan, Termasuk Jepang dan Swiss

Sungai Aare yang baru-baru ini terkenal di Indonesia, melintas tenang di desa ini, sebelum akhirnya bergabung dengan Sungai Rhein, di Koblenz. Lalu melintasi Jerman, selanjutnya berakhir di Rotterdam, Belanda.

Seperti aliran sungai ini, konsumen Gun Factory juga mengalir hingga keluar Swiss.

"Kalau ditanyakan bagaimana bisnis senjata api sekarang ini, ya sedang bagus bagusnya,“ imbuh Rolf.

Sejak perang di Ukraina pecah, kata Rolf, makin banyak masyarakat Swiss yang membeli senjata api.

"Di Aargau dan Zurich, kepemilikan senjata api naik dua kali lipat,“ jelasnya.

Melihat Ukraina yang tidak banyak berdaya diinvasi Rusia, menurut Rolf, menjadi penyebab utamanya.

"Masyarakat tahu, kalau perang, pemerintah tidak bisa berbuat banyak, jika perang pecah,“ imbuhnya.

Rolf W Schauelberger, pemilik toko senjata Gun Factory di pinggiran Desa Rudolfstetten Friedlisberg, Provinsi Aargau, Swiss saat berbicara pada koresponden Kompas.tv Krisna Diantha, Jumat (8/7/2022).  (Sumber: Krisna Diantha / Kompas.tv)

Di Swiss diperkirakan terdapat 2,5 juta pucuk senjata api yang tersimpan di rumah pribadi, 25 persen dari jumlah penduduknya. Sebagian berasal dari wajib militer. Sebagian lainnya, ya hasil membeli di toko seperti yang dikelola Rolf.  

Menurut undang-undang yang berlaku di Heidiland, setelah wajib militer, diperbolehkan membawa dan menyimpan senjata api di rumahnya.

Dulu, kepemilikan senjata api cukup tinggi. Namun, lambat laun makin berkurang. Sebagian besar masyarakat Swiss menyerahkannya kepada pemerintah.

Tetapi, mengapa tidak banyak penyalahgunaaan senjata api di Swiss?

"Kami orang Swiss mengerti tanggung jawab sebagai pemegang senjata api," katanya.

Meskipun bebas bisa menembak kapan saja, penggunaannya sangat dipikirkan masak-masak oleh pemiliknya.

"Tidak seperti negara lain. Tetapi di Swiss memang hampir tidak pernah terjadi tembak-menembak antar-manusia dengan senjata api pribadinya,“ terang Rolf.

Memiliki senjata api juga tidak sulit. Asal tidak pernah tersangkut kejahatan dan berusia 18 tahun, kata Rolf, maka sudah bisa memiliki senjata api.

"Semua syarat itu online bisa didapatkan,“ katanya.

Baca Juga: Wilayah Udara Swiss Kembali Dibuka Seusai Ada Masalah Komputer Lalu Lintas Penerbangan

Namun, ada beberapa warga negara asing yang tetap tidak bisa memiliki senjata api.

"Pecahan Yugoslavia, Sri Lanka, Turki dan Aljazair, tidak bisa mendaftar,“ katanya.

Pecahan Yugoslavia itu antara lain Serbia, Bosnia, Kosovo, Albania dan Kroasia.

"Masyarakat dari negara-negara itu dianggap tidak memiliki tanggung jawab bagus terhadap kepemilikan senjata," katanya.

Etalase toko senjata Gun Factory di Desa Rudolfstetten Friedlisberg, Provinsi Aargau, Swiss, Jumat (8/7/2022), memajang lusinan senjata laras pendek. (Sumber: Krisna Diantha / Kompas.tv)

Jika urusan administratif sudah terpenuhi, tinggal ke toko senjata api.

"Bayar, dapat, deh," kata Rolf.

Tidak hanya satu, tetapi hingga tiga sejata api. Umumnya, tidak banyak yang gagal dalam proses mendapatkan izin kepemilikan senjata api.

Di etalase toko ini, senjata api termurah dibandrol 500 swiss franc, setara Rp7,5 juta.

"Untuk ukuran Swiss, tidak mahal. Orang Swiss daya belinya kuat," kata Rolf.

Umumnya, jual beli senjata api itu untuk kegiatan olahraga dan perburuan. Namun, tetap senjata mematikan, bahkan bisa untuk perang. Rolf kemudian menunjukkan senjata laras panjang tentara Swiss, Sig.

Lalu, apakah Swiss akan lebih baik menghadapi invansi negara asing, misalnya jika perang pecah?

"Melawan helikopter, pelontar roket atau artileri berat lainnya, apa gunanya?“ katanya. Ribuan bunker juga hanya bisa menahan sementara waktu.

"Berapa lama lagi Ukraina akan bertahan?“ tanyanya.

Saat ini, pertahanan Swiss juga rapuh. Amunisi sangat terbatas akibat pandemi dan disusul perang di Ukraina.

Ruag, industri strategis yang dulunya memproduksi amunisi, juga dibeli Barette, industri senjata Italia.

"Kalau nanti perang, kita tergantung dengan Italia. Bukan hal bagus," katanya.

 

(Krisna Diantha - Swiss)

 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU